1

16.7K 892 15
                                    

Petikan gitar berbunyi mendukung suasana malam yang sunyi dan sepi. Kevin memadang kearah langit dengan tatapan tak bisa di artikan.

Saat ini Kevin sedang berada di balkon kamar nya tak lupa dengan segelas kopi menemaninya dan juga gitar. Ia memainkan gitar tak beraturan untuk menghilangkan rasa tak karuan yang ada di dalam hatinya.

Mendengar kabar dari sang Bibi yang sudah merawat Kevin dari kecil, membuatnya bingung dengan satu hal. Keluargnya akan kembali, dan itu yang Kevin dengar yang membuatnya bingung dengan perasaannya saat ini.

Kenapa mereka kembali??!!

Kenapa mereka tidak disana saja !!

Lalu alasan apa mereka kembali lagi?? Seharusnya mereka sudah bahagia bukan disana? lalu kenapa mereka tidak menetap saja.

"Kalau kek gini aku harus gimana?" Ucap pelan Kevin pada dirinya sendiri, ia harus bersikap seperti apa nanti.

Tak peduli dengan semuanya yang akan terjadi Kevin menuju ke tempat tidurnya lalu merebahkan seluruh tubuhnya disana, tak butuh waktu lama Kevin sudah tertidur dengan pulas tanpa peduli dengan apa yang terjadi besok.

***

Sinar matahari mengarah ke arah kamar menandakan matahari sudah muncul, Kevin terbangun saat mendengar suara ribut ke arah bawah. Mengosok matanya dengan satu tangan untuk menghilangkan rasa ngantuk nya, ia segera bangun untuk mandi.

Tak butuh waktu lama ia sudah siap dengan baju biasanya, hari ini adalah Minggu membuat ia bisa bersantai di bawah sambil menikmati televisi tak lupa sarapan yang sudah di siapkan oleh sang Bibi.

"Kira - kira Bibi masak apa yah." Kata pelan Kevin sambil berjalan menuju ke arah bawah. Entah kenapa fikiranya tiba - tiba teringat sesuatu.

"Tunggu dulu, bukan nya mereka datang sekarang yah? berarti yang di bawah itu??" Kata Kevin dengan nada panik, segera ia bergegas - gegas menuju ke bawah untuk memastikan.

Sampai di bawah dapat Kevin lihat seluruh keluarganya disana tak kecuali para Kakaknya, mereka masih belum menyadari akan kehadirannya.

"Aku harus gimana?" Ucap dalam hati.

Saat tadinya ia mengelamun kearah depan pandangannya tersentak saat melihat kembarannya melihat kearahnya dengan senyum manis.

"Halo kamu Kevin yah? kembaran aku? kenalin aku Kevan." Menghampiri Kevin lalu mengucapkan dengan senyum manis tak lupa memberikan tangannya bermaksud seperti salam perkenalan.

"Aku udah kenal kamu loh, hehe di kasih tau Papa." Lanjutnya dengan bahagia.

"Iyah" Jawab singkat Kevin, bukan apa ia hanya masih belum terbiasa apalagi nanti pasti akan selalu bertemu terus dengan keluarganya.

"Oke, ayo duduk," Balas Kevan langsung ia membawa Kevin menuju kearah sofa di tengah - tengah, sedangkan Kevin yang ditarik hanya pasrah tanpa memberi perlawanan.

"Kevin?" Kata salah satu Kakaknya Areksa Bagaskara Pradana. Jika di lihat seperti berumur 17 tahun.

Kevin hanya mengangguk sebagai tanda jawaban, ia jadi ingin pelukan kenapa salah satu dari mereka tidak memeluknya sama sekali? apakah mereka tidak merindukannya? setidak berarti itukah ia.

Kevin memiliki seorang kakak dua satu kakak cowok yang bernama Areksa yang kedua kakak cewek yang bernama Mentari Puriana. Dan sepertinya kakak ceweknya ini tidak menyukainya dapat Kevin liat kakaknya tidak menatapnya sama sekali.

"Kevan ayo kekamar nak, Mama udah siapin semuanya diatas," Ucap Gina Valian. Seorang ibu dari keempat anaknya?? memang dari tadi Kevin tidak melihat Mamanya ia hanya melihat Papanya yang sedang memangku kembaranya, kakak cewenya yang sedang bermain ponsel dan kakak cowoknya yang pergi setelah bertanya namanya tadi.

"Tapi Ma," Kata Kevan kepada sang Mama.

"Nggak ada tapi-tapian, kamu harus tidur Mama udah siapin tempat mandinya kamu mandi dulu baru tidur."

"Jangan nakal Kevan dengerin kata Mamamu ayo Papa gedong." Setelah mengatakan itu Gio Putra Pradana, kepala keluarga itu berdiri lalu pergi begitu saja.

Kevin hanya menatap ketiganya pergi dengan tatapan datar. Memandang kearah kakak ceweknya yang dari tadi sibuk bermain handphone.

"Nggak usah ngarepin kasih sayang, dari awal kami datang kemari hanya menuruti keinginan Adik kami, jadi berhenti berfikir jauh." Ucap Mentari lalu pergi begitu saja.

Mendengar itu Kevin hanya tersenyum tipis, "Aku udah tau kak, walaupun begitu tetep aja sakit." Gumam pelan.

"Gila sakit hati amat ajir, padahal cuman gitu doang. Dasar mental yupi gini doang udah nangis cengeng banget si. Tapikan aku juga adiknya juga, kenapa seolah-olah adiknya cuman Kevan doang??" Ucap Kevin menahan air matanya agar tidak jatuh. Pada akhirnya ia tidak bisa menahannya dan menumpahkan air matanya di ruang keluarga, dan dihari pertama keluarganya datang.

Different (END) Where stories live. Discover now