6

10.3K 686 23
                                    

"Kevin." Bunyi teriakan terdengar di sepanjang lorong.

Kevin yang kebetulan melewati lorong mendengar bentakan marah, memejam kan matanya berusaha mengusir rasa takut.

Dia tau itu Kakaknya.

Dan pastinya Kevin akan disalahkan.

Areksa sudah berada di hadapan Kevin dengan ekspresi marah.

Mendorong tubuh Kevin di dinding, Areksa mencengkram rahang Kevin.

"Dengar, lo enggak ada hak sama sekali bermain dengan adik gue. Siapa yang nyuruh loh bermain dengan dia ha??!!"

"Tidak ada yang suruh, Kevan kembaran aku jadi aku berhak main sama dia," Bantah Kevin dengan berani.

"SIALAN, ENGGAK LO GA ADA HAK SAMA SEKALI ANJING." Areksa yang sudah emosi, malah semakin menjadi-jadi saat melihat Kevin membantah.

"AKU ADA HAK KAK. AKU KEMBARANNYA." Bentak Kevin balik, walaupun rahangnya sudah sakit tidak Kevin peduli kan.

"Justru kalau Kevan deket sama lo, dia bakal celaka lo sadar nggak si."

"Harusnya lo itu cukup diem dan jangan banyak pola. Ngarepi apa lo sama kita ?? dengan modal deketin adik gue enggak akan bisa bikin keluarga gue sayang sama lo!!"

Setelah mengatakan itu Areksa melepaskan tangannya dari rahang Kevin lalu pergi begitu saja, terlihat rahang Kevin merah terbukti seberapa kuat Areksa menekannya.

"Tapi aku juga keluarga Kakak kalau Kakak lupa. Seharusnya untuk dapetin kasih sayang tidak harus mengemis kan?"

***

Suasana ruang tamu suram karena kehilangan Kevan.

Gina saat pulang arisan bersama teman-temannya, mendengar kabar anaknya membuat dia menangis tanpa henti.

Matanya tiba-tiba tertuju kearah Kevin yang sedang lewat membuat dia langsung menghampiri Kevin.

Bunyi tamparan terdengar sekali lagi,

Kevin yang mendapatkan tamparan memilih diam menunggu kelanjutannya.

"Gara-gara kamu anak saya jadi hilang, dan kamu malah santai disini tanpa rasa bersalah sama sekali." Ucap Gina mengebu-gebu.

"Bisa tidak kamu itu menjauh dari anak saya, berhenti selalu ada di sekitar anak saya. Dan stop banyak pola itu membuat saya muak."

Kevin hanya diem menunduk, hati nya sakit saat Mamanya sendiri tidak melihatnya. Dan hanya terfokus kan kepada yang lain tanpa melihat dia ada atau tidak.

Ternyata benar, perkataan lebih menyakitkan daripada pukulan.

Dan sekarang Kevin mengalaminya.

Sedangkan Gio yang melihat istrinya memarahin Kevin memilih diam dan tidak peduli, begitupun juga dengan Areksa.

"Adek pulang," Teriak Kevan dengan semangat.

"Kevan??!!" Seru Gina saat tau anaknya dalam keadaan baik-baik saja.

"Ada apa ini?" Tanya Kevan merasa bingung dengan suasana terjadi.

"Kamu kemana aja sayang Papa cari-cari kamu enggak ada. Papa takut kamu kenapa-kenapa." Kata Gio langsung menggedong anaknya.

"Kevan tadi pergi ke mall sama Kakak Mentari. Tadi Kakak tiba-tiba datang waktu Kevan lagi cari tempat sembunyi dan ngajak Kevan ke mall sama ke taman seru banget tau Papa." Ujar Kevan dengan antusius menyenangkan bermain dengan Kakak perempuannya.

"Lain kali bilang ke Papa yah sayang biar Papa enggak khawatir cariin kamu. Kamu juga Mentari bilang dulu ke Papa."

"Iya Pa Maaf" Kata Mentari Apa adanya.

Kevin yang melihat semuanya hanya bisa diam. Bahkan setelah kejadian ini keluarganya tidak ada yang meminta maaf kepadanya. Mungkin memang dia tidak seberarti itu.

Kevin langsung pergi menuju ke kamar. Dan mengobati lukanya lebih baik mengistirahatkan tubuh dan pikiranya.

Tamparannya memang sakit tapi tak sebanding dengan hatinya.

Sudah berapa kali dia mendapatkan luka hari ini?

***

Setelah kejadian hilangnya Kevan sekarang keluarganya sedang melaksanakan makan malam.

Kevin sendiri? dia harus berusaha menahan perih perutnya karena merasa lapar.

Saat ini sedang belajar dan mengabaikan rasa sakit. Dia juga malas harus bertemu keluarganya. Mereka bilang tidak boleh dekat-dekat bukan maka dengan senang hati Kevin menuruti.

Lagian dari awal Kevin sudah kecewa. Dan berjanji tidak akan berharap kan? Kevin sudah terbiasa dengan kesendirianya mau keluarganya tidak melihat keberadaanya pun tidak masalah.

Mungkin hanya sakit hati sedikit?

Saat sedang fokus belajar.  Bunyi pintu terbuka Areksa melihat adiknya sedang mefokuskan diri. Lalu menghampiri sang adik

"Sorry." Singkat areksa.

Mungkin Areksa tidak membenci adeknya, dia hanya merasa tidak suka saja. Lagi pula kejadian Kevan hilang itu salah Kevin menurut Areksa karena kalau saja Kevin tidak mengajak adiknya bermain mungkin kejadian seperti ini tidak akan terjadi.

Dan ucapan perminta maafan itu bukan untuk perkataannya, karena Areksa rasa ucapannya sudah benar. Ucapan perminta maafan untuk melukai rahang Kevin. Seharusnya dia tidak kasar seperti tadi mungkin karena panik.

Setelah mengatakan itu Areksa pergi tanpa mendengar jawaban sang adik.

"Enggak guna," Ucap Kevin melanjutkan belajarnya.

***

• 🌷🌷🌷
• 😵‍💫😵‍💫😵‍💫
gButzz

Different (END) Where stories live. Discover now