3

11.1K 705 2
                                    

"Punya orang tua egois banget, pingin diturutin tapi nggak ngerti anaknya." Ucap Kevin yang saat ini berada di kamar setelah pertengkaran dia dengan sang Papa Kevin lebih memilih mengurung dirinya di kamar di banding keluar kamar yang harus menyaksikan keluarga harmonis lagi.

"Punya Saudara nggak guna juga, yang di lindungin yang Kevan mulu, giliranku kapan?" Sekali lagi Kevin berbicara mengungkapkan isi hatinya yang punya saudara tidak ada gunanya sama sekali bukannya melidungi saudara yang lain malah hanya menyaksikan saja.

Dan Kevin lupa memangnya dia dianggap saudara?? mungkin hanya di anggap orang asing saja.

"Laper banget,"Ucap Kevin sambil menahan rasa sakit di perutnya dia lupa jika memiliki penyakit maag.

"Coba aja kalau Kevan yang jadi aku, semua orang pasti khawatir."

Jam dua belas malam, menandakan semua orang tidur. Kevin keluar dari kamar menuju kearah dapur, setelah menahan rasa sakit perutnya mati - matian karena tidak makan dia malah tertiduran. Dan sangat di sayangkan keluarganya salah satu dari mereka tidak ada yang mengajaknya makan sama sekali.

Melihat kulkas yang hanya ada bahan mentah Kevin mencari makanan di lemari lain siapa tau ada sisa dari makanan yang sudah di masak tadi, walaupun dingin setidaknya ada untuk dia makan.

Dan sayangnya tidak ada sama sekali makanan. Benar - benar jahat. Terpaksa Kevin mengambil roti di atas meja dan memakannya tidak cukup satu dia mengambil dua lembar roti lalu memakannya.

"Ngapain?" Areksa yang selesai mengerjakam tugasnya merasa haus keluar dari kamarnya menuju kearah dapur saat melihat lampu dapur hidup segera menuju kearah dapur dan ternyata itu Kevin.

"Makan," Jawab singkat Kevin. Dia tidak kaget saat tiba - tiba ada suara seakan sudah biasa akan hal itu.

Setelah Makan Kevin pergi ke kamar melanjutkan tidurnya, sedangkan Areksa yang melihat Kevin pergi tanpa pamit hanya diam sambil memandang punggung Kevin yang sudah menjauh.

***

Kevin keluar dari kamar menuju kearah dapur untuk mengambil bekal dari sang Bibi yang sudah dia beri tau untuk membuatkan bekal untuknya. Sengaja bangun pagi - pagi agar tidak ketemu keluarganya. Terlalu muak mendengar drama di pagi hari.

Setelah mendapatkan bis dan sampai dengan selamat di sekolah dia segera menuju kearah kelas untuk melanjutkan tidurnya.

Bangun - bangun kelas sudah ramai, itulah yang Kevin lihat. Raka pun sudah ada di dalam kelas yang saat ini sedang mengobrol dengan teman lainnya, entahlah membahas apa Kevin tidak mau tau.

"Vin lo datang ke acara ulang tahun Amel nggak?" Ucap Raka kepada Kevin yang saat ini mencoret - coret buku belakangnya itu.

"Ga di undang."

"Masa? orang kata Amel satu kelas di undang kok!! Bentar gue ngomong dulu ke Amel kalau gitu." Setelah mengucapkan itu Raka menuju ke bangku Amel untuk memastikan apakah ucapan Kevin benar atau tidak.

"Terserah." Jawab singkat Kevin walaupun dia yakin tidak di dengar.

"Mel katanya satu kelas di undang kok Kevin nggak lo undang?" Terdengar suara Raka keras itu bertanya kearah Amel yang membuat satu kelas mengarah kearah mereka berdua.

"Kevin ya? males aja si ngajak dia. Nggak asik soalnya gue ngundang yang gue sukai aja." Ucap Amel kepada Raka.

"Berarti lo nggak suka Kevin dong Mel?" Kata Raja salah satu anak kelas juga.

"Ehm bisa di bilang iya."

"Napah nggak suka Mel?" Tamya Raja sekali lagi.

"Nggak asik." Jawab singkat Amel.

Sedangkan Kevin yang mendengar itu hanya diam saja dan tidak peduli sudah biasa dia mendengar.

"Nggak bisa gitu Mel harus di undang semua." Kata Bagas, bisa di bilang anak ini pendiem dikelas. Tidak memihak siapapun netral.

"Yaudah gue undang lo Vin, tapi lo tampil harus bagus gue nggak mau ngundang gembel," Ucap biasa Amel tanpa peduli yang di ucapkan menyakiti seseorang atau tidak.

***

Setelah perdebatan terjadi, Kevin saat ini menunggu di halte bis mencari kendaraan umum yang bisa dia tumpangin.

Saat sedang menikmati kearah depan melihat kendaran berlalu lalang pandangannya terfokus kearah sekelompok yang sedang menuju kearah sini.

Tanpa di tahan tubuh kevin bergetar saat tau mereka mendekat kearahnya. Tanpa fikir panjang dia mengambil tasnya yang di letakan di kursi lalu segera pergi. Akan tetapi salah satu dari mereka berhasil menarik rambutnya membuat dia terjatuh.

"Mau kemana Vin? udah lama nggak ketemu masa udah kabur aja." Ucap seorang itu yang saat ini masih memegang rambut Kevin.

"Lepasin sakit." Sekuat tenaga Kevin menahan diri agar tidak berteriak atau dia akan merasakan yang lebih parah dari ini.

"Hahaha, sakit yah? masa gini doang udah sakit si, ikut gue bentar mau nggak."

"Nggak mau lepasin, sakit." Ucap permohonan Kevin sambil berusaha melepaskan diri walaupun akan sangat sulit.

"Udah ikut aja, ayo senang - senang sama kita dulu ya nggak Don?" Ucap salah satu dari mereka, yang saat ini ada empat orang, salah satunya bernama Doni sang ketua, yang lainnya Aldi, Yoga dan terakhir Deki yang mengucapkan kata - kata barusan.

Tanpa berperasaan Yoga mengambil tangan Kevin lalu menyeretnya tanpa peduli di tubuh anak itu akan ada luka atau tidak atas perbuatanya.

Disinilah Kevin berada di gang sepi. Rasanya dia semakin ketakutan saat mendengar tawa dari keempatnya.

"Hahaha, mari beraksi. Udah lama gue nggak pukul orang." Ucap Aldi.

Dan selanjutnya hanya ada Kevin yang memohon minta di lepaskan walaupun kelihatannya tidak mungkin karena terlihat keempatnya masih belum puas memukulin tubuh lemah Kevin.

***

Setelah memukul Kevin mereka pergi tanpa rasa bersalah. Kevin yang melindungi kepalanya dari pukulan dan saat ini menahan kesadarannya agar tetap terjaga. Segera dia bangkit dari tidurnya mengambil tas yang di lempar tadi dan berusaha bangkit.

Menahan rasa sakit area perut dan bagian dadanya Kevin duduk di halte bis tadi. Dan sepertinya tidak akan ada bis atau kendaraan lain lewat karena tempat sudah sepi.

Sialnya lagi cuaca tidak mendukung membuat hujan turun tanpa di minta. Dan dia harus berjalan di pinggir jalan berharap ada kendaraan lewat.

Hujan semakin deras membuat orang berbondong - bondong menepikan kendaraan agar tidak terjadi sesuatu. Begitu juga dengan Areksa yang saat ini berada di pinggir jalan sepi sambil menunggu hujan.

"Kevin!!??" Itulah respons pertama yang Areksa lihat saat mengetahui ada seseorang berjalan sendiri di hujan yang deras.

Segera Areksa mengambil payung dan memastikan apakah benar itu Kevin atau bukan.

Menyentuh pundak anak itu. Terlihat sekali setelah itu menoleh kearahnya dan benar dugaanya itu Kevin Adiknya.

"Ngapain disini?" Tanpa di tahan Areksa membentak Kevin saat tau keadaan anak itu bukan hanya basah kuyup akan tetapi juga babak belur.


•1022 hehehe😁😁
•janglup vote, and komen.

Different (END) Where stories live. Discover now