29

10.8K 960 91
                                    

***

"Ken, lo belum istirahat. Baju lo aja belum lo ganti, ayo gue anter pulang." Ucap Raffi baru datang di ikuti yang lain, rasanya prihatin dengan kondisi temannya itu.

Memang diantara mereka yang berteman, yang paling dekat dengan Kevin adalah Kenzo.

Orang pertama yang memberi Kevin kebahagiaan.

Orang pertama yang memberikan Kevin makna dari seorang teman, sekaligus rasanya di pedulikan oleh seseorang.

Dan sayangnya orang pertama juga yang membuat Kevin jatuh, sejatuh-jatuhnya dari harapan yang Kevin buat sendiri.

"Ta-takut gue Raf." Ucap Kenzo bergetar di sertai nafas memburu. Hatinya tak bisa tenang semenjak kejadian dimana Kevin tergeletak bersimpuh darah.

"Gue bener-bener nyesel, gobloknya gue Raf. Padahal gue yang buat Kevin bisa senyum dengan wajah yang selalu nampilin muka datar setiap di sekolah. Tapi gue juga yang hancurin senyum itu."

"Goblok banget gue. Bego, bego, bego, hiks." Ucap Kenzo kacau memukul-mukul kepalanya.

"Ken, jangan gini. Gue paham apa yang lo rasain." Ucap Daren mencegah tangan Kenzo hendak memukul kepalanya.

"Lo ga ngerti, lo semua ga ngerti. Gue selalu pingin ngerasain punya Adik Ren, gue pingin punya seseorang yang bisa gue lindungin. Hidup gue sesepi itu, waktu gue liat Kevin pertama kali. Hati gue kembali gerak buat ngelindungin seseorang. Gue ngerasa akan bisa ngebahagiain dan buat wajah itu tersenyum selalu. Tapi nyatanya?"

"Cuman gara-gara rasa suka gue ke cewe anjing itu gue harus kehilangan orang yang paling berarti di hidup gue."

"Kalau Kevin kenapa-kenapa gimana?!" Cemas Kenzo ingin melangkah ke arah ruangan yang sedang menangani Kevin.

"Ken, udah! Lo jangan kek gini lagi. Dari pada lo cemas kek gini ga bakal bikin Kevin bisa bangun. Sekarang lo harus bersihin diri. Minta doa sama yang di atas." Saran Daren mencegah Kenzo yang terlihat ingin mendobrak pintu ruangan Kevin.

Gio melihat semuanya! Melihat bagaimana kacaunya keadaan Abangnya Kevin. Dia melihat bagaimana wajah itu menampilkan raut cemas dan frustasi yang luar biasa.

Dia juga sama kacaunya seperti mereka! Bahkan tidak menganti pakaiannya hanya demi menunggu kabar anaknya.

Rasa bersalah itu semakin bertambah melihat keadaan kacau mereka. Sialan kepala keluarga seperti apa dia sebenarnya?! Bahkan dengan bodohnya berfikir sempit saat itu.

"Tuan?" Ucap seseorang ragu menghampiri Gio yang saat ini dalam keadaan kacau.

Gio tidak menjawab dia hanya menatap kosong ke arah perempuan tua di depannya.

Orang yang merawat Kevin dari kecil, Bibinya.

"Anda beneran Tuan Gio?!" Tanya Bibi yang di ketahuilah bernama Ana, memastikan pandangan apa kah salah atau tidak.

Mendengar itu Gio mengangguk pelan.

"Apa yang terjadi Tuan?! Kenapa semua nampak kacau." Ujar Bibi Ana mulai melangkah menghampiri mantan majikannya.

Different (END) Where stories live. Discover now