13

9.2K 572 2
                                    

"Sakit," Tubuhnya sakit semua benar-benar tidak bisa di rasakan sama sekali.

Biasanya jika sudah begini Kevin akan demam tapi...

Rasanya Kevin akan melewati masa demamnya dengan sulit, karena Bibiknya pergi pulang ke kampung.

"Please tubuh jangan demam dulu ya, nunggu Bibik balik aja baru boleh demam." Ucap Kevin menyampekan ke diri sendiri, aneh tapi memang itu biasanya yang Kevin lakukan.

Memang Kevin saat ini berada di kamar, mendudukan dirinya di meja belajar. Besok ada ulangan dan dia harus belajar tapi masalahnya tubuhnya sakit semua.

Terlebih lagi Kevin beberapa hari belakangan ini melewati jam tidurnya, tentu saja bagaimana bisa tidur saat punggung mu sedang sakit? Dan pastinya merasakan tidak nyaman.

berusaha agar fokus ke belajarnya Kevin, mengabaikan rasa sakit setiap tubuhnya satu jam, dua jam, tiga jam, dia habiskan waktunya untuk belajar.

Merasa kepalanya pusing Kevin memejamkan matanya sebentar, mengahalau rasa sakitnya. Bukanya berhenti justru semakin menjadi, bahkan dia sudah merasa hidungnya mengalir sesuatu.

melangkah ke kamar mandi, Kevin membersihkan darah dari hidung. Setelah cukup merasa darah berhenti mengalir, Kevin melanjutkan kembali ke meja belajar. Mengabaikan bekas darah di area buka dan meja belajarnya.

Kevin rasa sudah cukup belajar, dia melangkah ke tempat tidur merebahkan tubuhnya tanpa harus tengkurep lagi, karena lukanya sudah mengeri di beberapa bagian mungkin hanya sisa sedikit.

Seharusnya dia sudah tertidur sekarang.

Tapi kenapa sekarang yang Kevin rasakan sakit bukan di punggung saja? Tapi di seluruh tubuhnya.

Kalau seperti ini akan sulit tidur.

"Nggak ada pilihan lain, aku harus tidur cepet biar nggak telat ulangan besok," Bangkit dari tempat tidur Kevin melangkah kearah meja belajar mengambil salah satu obat lalu kembali melangkah ke tempat tidurnya.

Memasukan obat yang di ketahui obat tidur itu tanpa minum karena tidak ada minuman disini, lalu Kevin menunggu reaksinya yang tak lama mata nya mulai memberat lalu tertidur begitu saja.

***

"Bagus Kevin pertahan kan nilaimu," Ucap Guru Matematika yang di ketahui bernama Bu Susi tapi kebanyakan siswa lain memanggilnya Bu Sus. Menyerahkan kertas lembaran yang terdapat nilai sembilan puluh lima.

"Terima kasih Bu," Ujar Kevin mengambil kertas ujiannya dengan senyum tulusnya, ada rasa bangga terhadap dirinya sendiri walaupun tidak bisa sempurna tapi dia bisa mengerjakan soal yang lumayan sulit tanpa menyontek seperti teman-teman lainnya.

"Sama-sama Nak," Setelah mengatakan itu BuSus pergi menyerahkan kertas hasil ujian ke siswa lain.

"Bangga kali kelihatan, pasti nyontek kan lo." Tuduh siswa yang ada di sebelah Kevin, yang di ketahui bernama Ihksan.

"Nggak lah nuduh-nuduh bukti mana bukti," Elak Kevin tak mau kalah, enak saja menuduh tanpa bukti di kira apa coba.

"Halah nyontek pasti lo," Kekeh Ihksan tetap merasa tidak percaya.

"Males ngomong sama kamu, mending pergi sana." Usir Kevin langsung tidur di atas meja, di banding meladeni orang iri seperti temannya, Kevin lebih memilih tidur karena dia merasa cukup pusing sekarang.

"Sombong amat," Ujar Ihksan lalu pergi dari meja Kevin.

***

"Silakan istirahat." Ucap Bu Sus langsung pergi dari kelas karena sudah merasa mendengar bel.

Kevin masih memilih tidur di atas meja di banding keluar kelas, bukannya takut, dia hanya malas mendengar cemohan orang di sekitarnya.

Merasa cukup lapar Kevin mengambil bekal di dalam loker lalu membukanya, tak lama kemudian dia langsung memakan lahap bekal itu.

"Kalau makan pelan-pelan nggak ada yang ngambil," Ujar pemuda tiba-tiba datang sambil mengusap pelan nasi yang ada di mulut Kevin.

"Siapa," Jawab Kevin dengan penasaran.

"Kenzo." Singkat Kenzo masih fokus ke arah muka Kevin merasa lucu dengan raut muka yang di tampilkan Kevin.

"Ngapain lihat-lihat sana pergi, najis amat nanti di kira homo lagi kita." Ucap Kevin sinis melanjutkan makanannya.

"Lucu banget si," Gemas Kenzo tanpa pikir panjang mengacak-acak rambut Kevin.

"Apasi gajelas sana pergi," Kesal Kevin tak lupa memasang raut pelotot. Bukan seram marah lucu menurut Kenzo.

"Yaudah gue pergi, lanjutin makanannya. Kalau ketemu lagi gue samperin." Setelah mengatakan itu Kenzo pergi dengan senyum di wajahnya.

"Gajelas, masa tiba-tiba dateng bilang lucu anak orang, belok keknya tuh orang." Kesal tapi masih melanjutkan makan itulah Kevin.

***

"Papa Kevin dapet nilai sembilan puluh lima di pelajaran Mat." Ucap Kevin yang saat ini mengejar sang Papa di lorong karena Papanya tidak mau berhenti atau menoleh kearahnya.

"Belum sempurna," Jawab Gio singkat.

"Yang sempurna kan hanya milik Tuhan Pa," Ucap polos Kevin.

Mendengar ucapan sang anak Gio menghentikan jalannya lalu menghadap kearah Kevin.

"Nilai mu belum sempurna, sampek seratus." Tekan Gio lalu melanjutkan perjalanan yang tertunda.

"Kalau nilai Kevin seratus bagaimana?"

"Bagus."

"Bagus aja?" Tanya sekali lagi Kevin.

Menghelas nafas, Gio menghadap kearah Kevin.

"Nilai sempurna itu bagus semua saudaramu mendapatkan nilai sempurna hanya kamu saja yang mendapatkan nilai di bawah seratus."

"Dan lagi kamu mengingikan apa dari saya? Jangan bermimpi saya tidak pernah memberi kan apapun untuk kamu kecuali kebutuhan mu saja." Lanjut Gio pergi dari pandangan Kevin.

Kevin berusaha mati-matian mendapatkan nilai bagus agar diapresiasi, tapi nyatanya Papanya tidak pernah puas apa yang dia capai.

***

masi bersama si Kevin mengejar kasih sayang keluarganya...

Kasihan kali idupnya Kevin bukannya dapet hadiah krn nilai mtknya bagus malah dapet tuntutan.

krn hastag nya ada brothership aku kasih adegan nya dikit².. Sama AA Kenzo Tanvan.. nnti seiring berjlan nya part aku kasih tau siapa Kenzoo😁
untuk part ini cukup kali yaa...

oh yaa jang protes ya tiap chapter aku isiin penderitaan Kevin 😁😁 soalnya dalam mimpiku si Kevin menderita muluk..

Yoo!!
Thank you for reading and voting

[aku ubah gaes dikit, biar makin nyesek😁]

Different (END) Where stories live. Discover now