17

10.6K 744 34
                                    

"Kevan." Teriakan demi teriakan terdengar.

"Vin itu mereka ayo," Ucap Kevan mencoba membantu Kevan berdiri. Memang sekarang Kevan dan Kevin berteduh di pohon besar.

"Enggak bisa."

"Maksud kamu? Pasti bisa ayo,"

"Enggak bisa Van, liat tanahnya longsor." Ucap Kevin lemah.

"Yaudah sekarang gantian kamu aku bantu." Ujar Kevan dengan keras kepala.

"Tinggalin aku,"

"Kamu gila!!??" Teriak Kevan tanpa sadar.

Menarik pelan tangan Kevan, Kevin melangkah ke depan berbatuan.

"Ayo aku bantu naik, aku enggak bisa ikut kamu tolong ngertiin," Setelah mengatakan itu Kevin mencoba membantu kembaranya dengan menggedong kembaranya melewati pundaknya.

"Kamu yakin kuat Vin?"

"Iya buru cari ranting kuat di sekitar terus pegang, aku coba bantu kamu pakek tangan." Ucap Kevin menahan berat badan Kevan dengan kedua pundaknya tak lupa tangan ikut serta membantu.

Berhasil.

"Aku bisa naik Vin, gantian kamu," Ucap Kevan mengulurkan tangan.

"Tinggalin aku, lari jangan sampek kehilangan jejak yang lain,"

"Tapi kamu??"

"Aku gapapa,"

"Yaudah aku cari bantuan dulu ya tunggu sini, kamu harus kuat." Teriak Kevan lalu lari mencari bantuan.

"Enggak bisa, aku enggak kuat Van," Batin Kevin kemudia tak sadarkan diri.

***

Kevan terus berlari tidak memperdulikan tubuh yang sudah lemahnya, dan juga jantungnya yang mulai sakit. Dia mencoba mencari bantuan, berharap menemukannya.

"Kevan!!" Teriak terdengar dari arah belakang membuat Kevan yang awalnya menghadap kearah depan, kini berbalik menghadap ke belakang.

"Akhirnya," Batin Kevan saat melihat ada Gio, Areksa dan beberapa tim yang membantu mencari Kevan.

"Kevan, kamu kemana saja sayang. Papa udah nyari kamu dimana-mana dari kemarin." Ucap Gio memeluk erat anaknya tak lupa memberikan ciuman sayangnya seperti biasa.

"Papa khawatir Nak, kamu gapapa kan? Tubuhmu engga ada luka kan, lalu apakah jantungmu kambuh?" Ujar Gio memeriksa setiap rinci tubuh anaknya.

"Engga ada Pa," Jawab Kevan berusaha agar tidak menangis. Ada rasa haru saat Papanya masih hawatir seperti dulu.

"Syukurlah." Ucap Gio kembali memeluk Kevan.

"Yaudah ayo kembali Kakak Mentari sama Mama kamu udah khawatir." Melepaskan pelukannya Gio mengajak Kevan untuk kembali.

"Syukur deh kamu gapapa Dek!!" Ujar Areksa mengusap rambut Adiknya pelan.

"Iya Kak," Jawab Kevan dengan senyum manisnya, tunggu dulu dia melupakan seseorang.

"Kevin!!" Seru Kevan tanpa sadar.

"Ngapain bahas anak itu? Pasti dia nyatai-nyatai engga jagain kamu, awas aja kalau balik Papa kasih hukuman." Ucap Gio tidak suka. Sebenarnya ada rasa janggal di hati Gio karena sedari kemarin pun Gio tak melihat Kevin sama sekali.

Different (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang