01. Perjumpaan

8 6 0
                                    

"Kak Asimoy." Kak Asima yang sedang makan menoleh ke arahku.

"Iya, Ley? Sudah makan?"

Kepalaku mengangguk.

Aku ikut duduk di samping kak Asima. "Kak Cindy dimana ya, Kak?"

"Chintia belum dateng, katanya tadi ada urusan. Tapi sekarang sudah jalan."

Kami sekarang berada di ruang makan yang ada di sanggar tari bersama, itu nama sanggar tari tempat kami berlatih.

"Kak, aku ke toilet sebentar, ya." Setelah mendapat jawaban, aku segera pergi cepat-cepat dari sana.

Ntahlah, tiba-tiba perutku mules, mungkin karena aku tadi makan ayam geprek level 10.

"Uhhh." Ujarku lega, setelah 5 menit di toilet akhirnya urusanku selesai. Aku kembali ke aula. Melihat jam yang melingkar di pergelangan tanganku yang jarum pendeknya menunjuk angka 3 dan jarum panjangnya di angka 12. Yaampun! Latihannya akan dimulai sebentar lagi.

Aku buru-buru mengambil langkah sampai tak sadar aku menabrak seseorang. Belum sempat aku melihat wajahnya, tangannya sudah terulur, membantuku untuk kembali berdiri setelah tadi terjatuh ke lantai.

"Maaf dan terima kasih." Ucapku dengan nafas tersengal-sengal karena sehabis berlari. Aku lanjut berlari masuk ke dalam ruangan, untungnya latihan belum dimulai.

"Darimana, sih?" Itu suara Kak Chintia.

"Toilet. Kakak juga darimana, lama datangnya." Aku ikut duduk diantara Kak Chintia dan Kak Asima.

"Ada urusan, biasa bisnis."

"Ck." Decakku kesal.

Aku menatap pintu saat melihat seseorang masuk. Itu... Itu bukannya orang yang sempat aku tabrak tadi? Tampan sekali! Tadi aku hanya melihatnya sekilas, tak begitu jelas. Kali ini aku benar-benar melihat dengan jelas. Ciptaan Tuhan yang sangat indah, selain aku. Batinku.

Ko Fernan, selaku ketua di sanggar ini memperkenalkan dia kepada kami. Namanya Kziel Benaya.

"Sudah, segitu saja?"

Kak Chintia melirik ke arahku. Seakan bertanya apa maksud dari perkataan ku.

"Tidak sekalian umur, alamat, nomor telepon, status, tipe cewe idaman, gitu?"

Kak Asima tertawa.

"Haha, kalau itu tanya pribadi aja, Ley." Ada benarnya, sedikit yang tau, akan lebih baik bukan?

"Kak Benaya, tampan sekali, ya. Dilihat dari jauh saja sudah bikin senang." Ucapku tanpa sadar saat memandanginya dari jauh.

"Ih, Valley suka Kak Benaya! Kak Benayaaaa──someone love you!" Katanya kuat sambil menunjuk-nunjuk diriku. Aku sontak memukulnya dengan kipas── peralatan tari kami yang ada di tanganku. Orang-orang yang ada di sekeliling kami menatap kepada kerusuhan yang berasal dari kami.

"Diam, tidak!" Aku meletakkan kipas itu, kemudian mencubit perutnya sampai dia diam.

"Baiklah. Lagian kan, aku cuma mau bantu, Ley."

"Jangan panggil Kak Benaya. Nanti kalau Kakak itu dengar, mungkin saja dia jadi risi. Panggil Bibi aja."

"Omo, Bibi. Sosweeet!" Dia memukul-mukul bahuku dengan ekspresi salah tingkah, aku memutar bola mata malas.

"Teman-teman, mari, kita sudah dipanggil ke depan." Ajakan dari Kak Asima membuat kami bangkit dari tempat duduk, kemudian berjalan ke arah panggung yang baru dipasang kemarin.

Aku mengambil duduk didepan agar bisa melihat Bibi dengan jelas. Dia manis sekali, seriously!

Aku merasakan dibelakang ku ada beberapa orang yang sedang grasak-grusuk entah sedang apa. Aku melirik ke belakang, oh pantas saja! Kak Jesika, Kak Katherine dan Angel datang bersamaan.

"Sekalian saja tidak datang." Bisikku.

"Berisik." Kata Kak Jesika membuatku tertawa pelan. Menjaga suara, takut-takut Ko Fernan akan menegur kami.

Kami duduk di ujung panggung, membentuk lingkaran kecil disana.

"Coba lihat." Aku menunjuk pada Bibi, yang tampaknya sedang mengecek mic.

"Apakah itu pembawa acara di event kita kali ini?"

Valley mengangguk.

"Tampan, bukan? Cocok sekali denganku."

"Semua menampilkan wajah ingin muntah kecuali, Kak Asimoy dan Kak Ketlin, sungguh baik sekali.

"Ley, bermimpi lah sepuasmu."

Mereka tertawa, sedangkan aku merengut sebal.

***

"Kamu ikut serta dalam event ini, Ley?" Tanya Kak Katherine.

Kami sekarang berada di sebuah cafe yang letaknya tak jauh dari sanggar tari.

Kami tadi tidak latihan, kami hanya diberi pengumuman untuk event yang akan di rayakan sanggar tari.

"Iya Kak, sebentar lagi kan liburan semester. Itu artinya aku memiliki banyak waktu untuk latihan."

"Baguslah kalau begitu. Kami semua juga ikut."

Hi, Bi!Where stories live. Discover now