12. Siuman

0 2 0
                                    

Qefra dan Zeerhtac baru saja akan kembali ke kamar tempat Benaya dirawat, kalau saja Qefra tidak melihat Treo sedang duduk berdua dengan gadis yang sama yang pernah dilihatnya sedang bermesraan dengan Treo.

Qefra meremas ujung bajunya, matanya memanas, kemudian dia mendongak untuk menahan air mata.

"Qefra?" Panggil Zeerhtac karena tidak melihat pergerakan dari gadis di sampingnya sejak satu menit yang lalu.

Perlahan air mata Qefra luruh walau sudah ditahan. Hati Qefra sakit, meski dia sudah mengatakan bahwa dia tidak perduli lagi dengan Treo, hatinya berkata lain dia masih memiliki rasa untuk pria itu.

Zeerhtac mengedarkan pandangannya melihat apa yang juga sedang dilihat oleh Qefra. Tangan Zeerhtac terkepal di bawah, Zeerhtac memang sudah tahu semua tentang Treo dan bagaimana hubungan Qefra dengan pria itu.

Zeerhtac mengambil ancang-ancang menuju pria itu, tapi lengannya ditahan oleh Qefra. Zeerhtac menatap mata yang sudah sembab itu, melihat aura kesedihan yang dalam dari sana. Kepala Qefra menggeleng, pertanda melarang Zeerhtac untuk melakukannya.

"Tapi dia sudah keterlaluan, Qefra! Dia tidak pernah menghargai kamu." Jawab Zeerhtac dengan nada rendah, dia benar-benar marah.

Sebagai laki-laki yang menjunjung tinggi harga diri seorang perempuan, Zeerhtac tentu murka dengan apa yang dilakukan Treo. Jika Treo tidak bisa membuka hati untuk Qefra, kenapa dia juga tidak bisa untuk sekadar tidak membuat wanita itu terluka?

Zeerhtac mengusap wajah kasar. Tangannya memegang pergelangan Qefra kemudian membawa perempuan itu segera meninggalkan kantin.

Sepasang mata memperhatikan gerak-gerik mereka saat menjauh dengan rahang yang mengetat.

"Sudah berani bermain dengan pria lain ternyata."

***

Valley perlahan membuka matanya saat merasakan pergerakan di dekat kepalanya. Mengangkat kepalanya dari brankar, kemudian menatap jemari Benaya yang bergerak pelan. Valley mengerjap, mengusap kedua matanya. Mungkin dia salah lihat atau mimpi. Tapi Valley salah! Ini bukan mimpi. Cepat-cepat Valley menekan tombol kecil yang terletak diatas brankar Benaya, guna memanggil dokter.

Valley menunggu dengan cemas di kursi tunggu. Tadi saat tiba, dokter langsung menyuruh Valley untuk menunggu diluar.

Jantungnya berdetak sangat cepat. Valley menggigiti ujung jarinya untuk mengurangi rasa gugupnya.

"Valley!"

Valley melupakan sedikit rasa gugupnya. Berusaha tersenyum saat kedua sahabatnya datang. Tapi ada yang aneh dengan sahabat perempuannya. Matanya terlihat memerah seperti habis menangis.

Qefra menatap lantai tak berani untuk mendongak ataupun bercerita. Mata Valley tertuju pada Zeerhtac, menatap pria itu seakan meminta penjelasan.

"Tadi kita lihat Treo lagi sama dia di kantin."

Valley tentu tahu siapa yang dimaksud dia oleh Zee. Yaitu perempuan yang sama

"Dia lagi?" Tanya Valley jengah, siapa sebenarnya perempuan itu. Jika saja Qefra tidak menahan, mungkin Valley dan Zeerhtac sudah melabrak dua insan itu dari kemarin.

"Sudahlah, untuk apa membahas sialan itu. Valley, bagaimana keadaan Kak Benaya?"

Valley tersenyum. "Aku yakin Kak Benaya akan segera siuman. Tadi, jemarinya bergerak pelan. Sekarang dokter sedang memeriksa nya."

"Ah, syukurlah. Semoga Kak Benaya benar-benar segera siuman. Supaya kamu tidak galau terus." Qefra terkekeh pelan.

Pintu ruangan terbuka, menampilkan dokter dan seorang perawat yang baru keluar dari sana. Wajah dokter terlihat senang dan sedih bersamaan, Valley tidak bisa menerka apa yang akan disampaikan dokter tersebut.

"Dokter bagaimana keadaan Kak Benaya?" Tanya Valley tak sabaran.

"Selamat, pasien sudah siuman." Dokter itu tersenyum kecil, tapi raut kesedihan masih terpancar.

"Tapi..."

Valley, Qefra, dan Zeerhtac menatap penasaran dengan apa yang akan dikatakan dokter itu.

"Pasien mengalami amnesia."

Bruk...

Tubuh Valley ambruk seketika. Apalagi ini? Valley rasa semesta terlalu mempermainkannya. Benaya sudah koma satu tahun, kemarin dia mendapat fakta baru bahwa Benaya sudah bertunangan dan sekarang Benaya amnesia?

"D-dokter serius, kan?"

Dokter tersebut mengangguk pasti. "Tentu. Tapi tenang saja, amnesia pasien hanya sementara. Mungkin butuh beberapa bulan untuk pasien dapat kembali mengingat utuh."

Dokter kembali membalikkan badan menghampiri Valley setelah sebelumnya sudah beranjak pergi.

"Oh, ya, ingatan pasien tidak hilang sepenuhnya. Yang pasien ingat adalah kejadian-kejadian yang terjadi lima tahun yang lalu dan seterusnya. Lima tahun lalu kedepan pasien tidak ingat."

Setelah mengatakan itu, dokter benar-benar pergi dari sana. Menyisakan Valley yang masih lemas dengan air mata bercucuran. Juga, kedua sahabatnya yang berusaha menenangkannya.

***

/23-12-23/

Hi, Bi!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang