08. Saudara?

1 3 0
                                    

Kring...

Valley melenguh pelan saat dering telepon mengganggu tidur siangnya.

Tertera nama Varzo disana.

"Halo."

"Iya, ada apa, Kak?"

"Hari ini Mama ulang tahun, Valley. Dan nanti malam akan ada acara, kamu di undang. Datang, ya?"

Valley sedikit resah, tapi dia juga tidak enak jika harus menolak. Dia dekat dengan Mama Varzo. Mamanya baik, dan selalu lembut kepadanya, mana bisa Valley menolak.

"Em..."

"Datang, ya? Mama sangat menunggu kehadiranmu."

"Baiklah, Kak."

"Terima kasih. Nanti aku jemput jam 7. See you."

Valley menghembuskan nafas panjang saat telepon sudah dimatikan. Seharusnya dia tidak terpaksa seperti ini, seharusnya dia senang karna Varzo sudah dia anggap seperti Abangnya sendiri.

Seharusnya seperti itu. Jika saja Varzo tidak memiliki perasaan lebih kepadanya, dan berambisi untuk memilikinya, mungkin saja Valley masih care terhadap laki-laki itu.

"Sudahlah, untuk apa memikirkan itu. Lagipula, aku sudah mengatakan dengan baik kepadanya untuk jangan menaruh perasaan lebih kepadaku. Sekarang aku harus bersiap, Tante Revi pasti sangat sedih jika aku tidak datang."

Valley bangkit dari kasur kemudian segera bersiap.

***

Valley menatap dirinya di pantulan cermin. Kali ini dia memakai gaun lengan panjang berwarna pink selutut. Di bagian atas gaun tersusun rapi pita-pita kecil, sedangkan bagian roknya tersebar manik-manik yang berkilau. Valley memilih untuk mengikat setengah rambutnya kemudian menjepitkan pita berwarna pink. Memakai kalung serta gelang mutiara berwarna pink. Dan Mengaplikasikan make up yang natural.

Tas nya juga berwarna pink, dia memakai sepatu higheels berwarna pink yang tidak terlalu tinggi.

Valley terlihat sangat imut dengan pakaian serta aksesoris berwarna pink.

Valley tersenyum puas. Setelahnya, dia memilih untuk menunggu di teras karena sekarang jam sudah menunjukkan pukul tujuh tepat.

Tin!!!

Mobil Varzo datang tepat setelah Valley selesai menutup pintu.

Valley masuk kedalam mobil, duduk di samping Varzo yang terus menatapnya.

"Kenapa, Kak?"

Varzo tersadar, langsung mengalihkan wajah.

"Kamu cantik sekali."

Valley mengangguk kemudian berucap, "terima kasih."

Setelahnya, Varzo mengemudikan mobil dalam diam. Tak ada percakapan sampai tiba di depan rumah Varzo yang terlihat sudah ramai.

Varzo memarkirkan mobilnya, kemudian langsung turun, mengitari mobil, dan membukakan pintu untuk Valley.

"Terima kasih, Kak."

"Sama-sama. Mari." Varzo mengajak, kemudian mereka masuk ke dalam rumah.

Valley kikuk, disini sangat ramai, mungkin keluarga besar Varzo.

"Valley!"

Ah, untungnya Tante Revi mendatangi Valley.

"Selamat ulang tahun, Tante." Valley memberikan paper bag berwarna pink, yang sudah dipersiapkannya sore tadi. Tidak mungkin dia datang dengan tangan kosong.

"Terima kasih, calon menantu." Gurau Revi, kemudian memeluk Valley.

"Mari kita kesana." Revi mengajak Valley ke muka ruangan. Disana terdapat meja yang diatasnya adalah kue ulang tahun.

Semua menyanyikan lagu selamat ulang tahun dengan meriah, kemudian Revi meniup lilin. Revi memotong-motong kue kemudian menyuapi kue tersebut, kepada Gema, Ayah Varzo. Kemudian kepada Varzo. Dan suapan yang terakhir untuk── Valley membulatkan matanya, Benaya?!

Sedang apa lelaki itu disini, apakah dia adalah keluarga besar Varzo?

Benaya melirik Valley sekilas. Setelahnya, Valley tak melihat lagi lelaki itu.

Setelah acara makan-makan, sekarang adalah waktunya untuk para tamu berdansa di ruang keluarga. Karpet merah dengan nuansa yang elegan telah tersebar di lantai itu.

Revi memulai dengan Gema. Kemudian beberapa keluarga lain juga ikut berdansa dengan pasangan mereka.

Valley hanya tersenyum menatap mereka. Valley jadi rindu orang tuanya yang tidak tinggal bersamanya.

Valley tersentak saat Varzo tiba-tiba membawanya ke tengah ruangan. Musik berhenti, semua orang kini menatap ke arah Valley dan Varzo kemudian bersorak riuh. Perlahan tapi pasti, Varzo menuntun Valley untuk menari. Cukup mudah bagi Valley, karena dia anak tari.

Setelah kurang lebih 20 menit berdansa, mereka berhenti.

Acara telah berakhir. Valley memilih berjalan-jalan di taman belakang untuk mencari udara segar. Sedari tadi nafasnya seakan mencekik, karena terlalu banyak orang di ruangan itu.

Valley merentangkan tangan untuk meregangkan otot-ototnya yang terasa pegal.

"Akh." Valley terkejut saat seseorang menarik lengannya kemudian membawanya ke tempat yang lebih jauh.

"Lepas── Kak Benaya?"

Valley terkejut mendapati Benaya. Dia kira tadi ada yang akan menculiknya.

Benaya tak bergeming, wajahnya datar, tanpa ekspresi.

"Kamu ada hubungan apa sama Varzo?"

Valley menelan ludah, entah mengapa wajah datar Benaya saat ini terlihat menyeramkan.

"We just friend, Kak. Kita sudah kenal dari smp."

"Just friend tapi dekat sekali. Sampai berdansa bersama."

"Maaf, Kak. Tadi Kak Varzo tiba-tiba datang dan ajak aku berdansa. Kalau aku tahu juga, aku akan menolak."

Ucapan Valley tak mendapat balasan. Valley menatap Benaya yang terlihat murung sedari tadi.

Valley menggenggam tangan Benaya, kemudian berucap, "Kak Benaya jangan murung dong, jadi jelek tahu."

"Oh gitu. Jadi yang ganteng itu Varzo, ya?"

Valley menggeleng.

"Kak Benaya yang ganteng. Makanya mukanya jangan ditekuk seperti itu."

Benaya tersenyum. Valley itu sangat manis, mana bisa dia marah.

"Tapi Valley, sepertinya kalian sangat dekat, ya? Sampai Mamanya bilang kamu calon menantunya."

"Tante Revi bercanda, Kak."

"Tidak bercanda. Kamu memang calon menantunya."

Valley menggeleng. Benaya mengatakan itu pasti karena Benaya marah.

"Tapi bukan menantu dari anaknya Varzo, tapi dari anaknya Benaya."

Valley tersenggak.

"Ka-kak? Kakak anaknya Tante Revi?" Tanya Valley tak percaya.

Benaya mengangguk sebagai jawaban.

***

Hi, Bi!Where stories live. Discover now