11. Jenguk

0 1 0
                                    

"Kalian yakin mau ikut?" Tanya Valley entah ke berapa kalinya.

"Iya Valley sayang." Jawab Qefra gemas, karena sedari tadi Valley selalu bertanya dengan pertanyaan yang sama.

"Baiklah. Ayo!"

Valley mengendari motornya disusul Zee dan di belakangnya Qefra yang juga menaiki motor sendiri.

Sudah seminggu sejak Zee masuk di Mentari School. Mereka bertiga sangat akrab, wajar karena Qefra adalah tipe yang mudah bergaul, sedangkan Valley karena sudah mengenal Zee. Valley sudah bercerita semua tentang Benaya. Hari ini, Qefra dan Zee meminta untuk ikut serta menjenguk Benaya.

Valley telah sampai di gedung tinggi bernuansa putih. Menaiki lift dengan tujuan lantai 7. Setelah tiba, Valley mencari pintu dengan nomor 005. Valley berjalan masuk ke kamar Benaya, sedikit merapikan sofa yang ada di ruangan itu.

Benaya di rawat di ruang VIP. Yang artinya di ruangan itu hanya 1 pasien. Perawatannya juga sangat baik, dan Valley senang akan itu.

Menghela nafas pelan, Valley memandangi wajah Benaya dari sofa di ujung ruangan. Qefra dan Zee belum tiba. Mereka bilang akan mampir ke toko sebentar untuk membeli buah tangan. Padahal kan mereka menjenguk pasien yang sedang koma, lalu akan dikemanakan buah tangan mereka nanti?

Suara pintu yang dibuka mengalihkan atensi Valley. Melihat kedua temannya masuk sambil tersenyum.

"Maaf lama, Valley." Setelah meletakkan buah-buahan yang dibeli mereka. Qefra ikut duduk di sebelah Valley.

"Loh, Kak Kziel?" Ucap Zee dengan nada terkejut.

"Kamu kenal Kak Benaya, Zee?"

Zee mengangguk pelan. "Kak Kziel tunangan sepupu aku, Valley."

Valley memegang dadanya. Jantungnya seakan ingin berhenti saat itu juga. Benaya tunangan? Tapi Benaya tak pernah mengatakannya.

"Kamu udah kasih tau Tante Revi Kak Kziel di rawat?"

Valley menggeleng. "Kak Benaya bilang, apapun yang terjadi sama dia jangan pernah kasih tahu ke keluarganya."

Valley tahu itu karena sempat membaca di buku kecil yang jatuh dari jaket Benaya.

"Valley aku ga tahu harus bilang apa. Tapi Kak Kziel memang sudah bertunangan. Dia benar-benar tidak memberitahukannya kepadamu?"

"Zee, Kak Benaya sama sekali tidak pernah kasih tahu soal itu. Aku juga kaget kalau Kak Benaya sudah tunangan." Air mata Valley luruh seketika. Dia tidak sanggup. Baru sehari dia bahagia ketika Benaya menyatakan cinta kepadanya, baru sehari mereka menghabiskan waktu bersama. Tapi setelah itu Benaya kecelakaan dan koma satu tahun dan belum siuman sampai saat ini. Ditambah lagi sekarang dia mengetahui fakta baru, Benaya sudah bertunangan.

"Bukan kamu yang salah disini Valley. Aku hanya bertanya, tidak menyudutkanmu." Zee memeluk Valley, membiarkan Valley mengeluarkan rasa sakitnya lewat air mata yang tak berhenti turun.

Setelah sedikit tenang, Valley melepas pelukannya kemudian menghapus air matanya.

"Tapi kenapa kamu tidak bilang saat aku menceritakan tentang Kak Benaya kepada mu?" Tanya Valley.

"Tentu saja. Kamu menyebutnya Kak Benaya. Sedangkan kami memanggilnya Kziel. Aku juga tidak tahu, bahwa mereka adalah orang yang sama."

"Kamu belum makan kan, Valley? Bagaimana kalau kita pergi ke kantin. Kak Benaya biar Zee yang jaga." Qefra yang sedari tadi diam sekarang membuka suara.

"Tidak. Bagaimana jika aku pergi Kak Benaya siuman."

"Baiklah, kalau begitu aku dan Zee yang akan pergi kantin membeli makanan, kita makan disini."

Valley mengangguk menyetujui.

"Ayo, Zee."

***

Di dalam rumah bernuansa putih terdapat dua perempuan berbeda generasi sedang berbincang serius.

"Tante benar-benar tidak tahu Benaya dimana. Lagian untuk apa Tante menyembunyikan Benaya."

Seorang gadis dengan dandanan menor hanya berdecak kesal mendengar penuturan wanita paruh baya di depannya.

"Tante Revi pasti bohong! Tante kan Mama nya, masa Tante engga tahu, udah satu tahun loh!"

Revi sedang duduk di sofa dengan Wristly, tunangan Benaya. Tadi gadis itu datang dan langsung marah-marah kepada Revi karena selama setahun ini dia tidak pernah berjumpa dengan Benaya. Wristly terus menyalahkan Revi dan berfikir Revi menyembunyikan Benaya darinya.

"Yaampun, Wristly. Kalau Tante tahu dimana Benaya, untuk apa Tante ikut cariin dia?"

"Halah, itu pasti alasan Tante aja! Tante ga suka sama aku, makanya Tante sembunyiin Benaya dari aku."

"Udahlah Wristly mau pulang aja. Males lihat Tante, huh!"

Setelah kepergian gadis itu, Revi hanya menggelengkan kepalanya. Jika bukan karena sesuatu mana mau dia menjodohkan anak sulungnya dengan gadis tidak punya etika itu.

Revi berjalan kembali memasuki kamarnya, tapi sebelum itu dia berhenti saat melihat foto laki-laki di ruang tengah. Mengambil bingkai itu kemudian mengusapnya pelan.

"Kamu dimana, Nak. Mama rindu sekali."

***

Satu kata untuk Wristly?

/20-12-23/


Triple up!!!
Wajib vote sih...

Hi, Bi!Where stories live. Discover now