13. Lupa?

0 2 0
                                    

"Valley, sudah, yuk, nangisnya. Nanti kepala kamu sakit. Gimana kalau kita masuk saja ke dalam ruangan? Kamu memangnya tidak mau lihat Kak Benaya."

Qefra benar, sekarang saja kepala Valley sudah seperti mau pecah karena pusing yang menyerang. Mungkin, karena terlalu lama menangis. Valley segera bangkit berdiri, dia kelas ingin melihat kekasihnya itu. Eh? Apakah dia masih dianggap kekasih oleh Benaya?

Ceklek...

Valley membuka pintu dengan perlahan. Terkesiap dengan pemandangan yang pertama dilihatnya. Benaya sedang menatap langit-langit kamar dengan pandangan kosong. Entah apa yang dipikirkan pria itu. Valley juga tidak tahu.

Valley mendekat. "Kak Benaya?" Panggilnya hati-hati.

Benaya menoleh, untuk beberapa saat mata mereka saling bertubrukan. Mata Valley memancarkan kerinduan, sedangkan, Benaya masih saja menunjukan pandangan yang kosong.

"Kakak kenapa? Ada yang sakit?"

Benaya menggeleng.

"Kamu siapa?"

Deg

Meskipun Valley sudah tahu bahwa Benaya lupa ingatan. Tapi tetap saja, melihat langsung reaksi lelaki itu yang tidak mengenali dirinya, seakan ingin menarik hati Valley dari tempatnya. Rasa nyeri di dadanya begitu menyeruak.

Ingin saja Valley mengatakan bahwa dirinya adalah Valley, kekasih Benaya. Tapi itu tidak memungkinkan. Apalagi Valley terus teringat kata dokter untuk tidak memaksa pasien mengingat sesuatu dulu untuk saat ini, karena bisa berdampak buruk untuk kesehatan pasien.

"Bunda dimana?"

Pertanyaan Varzo membuat kening Valley berkerut. Bunda? Setahu Valley, Benaya memanggil Tante Revi dengan sebutan Mama, bukan Bunda.

"Bunda? Bunda siapa, Kak?"

"Bunda Ani. Dimana?"

Valley diam tak bergeming. Otaknya masih belum bisa mencerna.

"Kok diam, sih? Bunda dimana?!"

Valley terperanjat saat Benaya mulai meninggikan suaranya, matanya menusuk memaksa Valley untuk segera menjawab pertanyaannya.

"E-eh itu, Bunda tidak bisa kesini. Jadi, aku yang jaga Kakak. Tidak apa 'kan?" Terpaksalah Valley harus berbohong agar Benaya bisa tenang untuk sementara ini.

"Oh, begitu. Kalau Bunda sudah tiba, bilang padaku."

Valley mengangguk, setelahnya mendengar dengkuran halus dari atas brankar. Benaya tertidur. Mungkin efek tidak sadar selama satu tahun mengakibatkan raga pria itu terlihat sangat lemah.

"Aduh, Bunda nya Kak Benaya, siapa, sih?!" Mengacak rambutnya, Valley sekarang bingung sendiri. Kalau saat bangun nanti Benaya tidak menemukan Bundanya, mungkin saja pria itu akan marah.

Qefra dan Zeerhtac baru saja masuk ruangan saat mendengar tidak ada suara dari kamar ini, alias hening.

"Valley." Panggil Zeerhtac. Langkah dua orang itu mendekati Valley yang duduk di samping brankar.

"Zee, aku mau tanya?"

Sebelah alis Zeerhtac terangkat, "tanya saja, Valley."

"Kamu kenal sama Bundanya Kak Benaya?"

Kentara sekali wajah Zeerhtac langsung muram setelah Valley bertanya.

"Kenapa tanya itu, Valley."

Helaan nafas panjang Valley terdengar sebelum dia berucap, "tadi Kak Valley nyariin Bundanya. Bahkan hampir saja marah kalau aku tidak jawab dimana bundanya."

"Kamu bilang apa?"

"Aku bilang, Bunda nya tidak bisa kesini. Untuk sekarang, aku yang jaga."

"Valley, ini akan menjadi sangat rumit."

"Kenapa, Zee?"

"Kak Kziel dan Bundanya terakhir kali bertemu lima tahun yang lalu. Mereka tidak pernah berkomunikasi. Lalu, tempat tinggalnya saja kita tidak tahu dimana, bagaimana kita mau mencarinya?"

"Kamu dekat dengan Kak Benaya?"

"Dekat, tapi tidak terlalu dekat juga. Aku mengenal Kak Kziel bukan karena sepupuku bertunangan dengannya. Jauh sebelum itu, aku dan Kak Kziel sudah saling mengenal. Itu karena kedua orang tua kami adalah sahabat lama."

"Kalau Kak Benaya punya Bunda, berarti Tante Revi?"

Zeerhtac mengangguk, "Tante Revi itu Ibu tiri Kak Kziel. Kak Varzo itu saudara tirinya. Bunda dan Papa nya Kak Kziel sudah lama berpisah."

Wow! Fakta baru lagi untuk Valley.

"Pantas saja Kak Benaya tidak mau apapun yang terjadi kepadanya diketahui oleh keluarganya. Aku yakin, Kak Benaya tidak terlalu akur dengan keluarganya."

"Valley, aku tahu lokasi terakhir Bunda Ani, Bundanya Kak Kziel. Kalau kamu mau, aku bisa beri tahu, tapi aku tidak berjanji bahwa Bunda Ani masih berada disana."

Ada binar di mata Valley, jika Benaya tidak bisa mengingatnya, Valley bisa memenuhi permintaan Benaya. Siapa tahu, Valley dan Benaya bisa menjadi dekat. Valley akan mencari Bunda Ani.

"Baiklah, Zee. Aku akan mencari Bunda Ani, bagaimanapun aku harus menemukannya. Kalian doakan aku, ya."

"Pasti." Kompak Zeerhtac dengan Qefra.

***

"Tapi, saat aku pergi nanti, siapa yang akan menjaga Kak Benaya?" Ujar Valley.

"Astaga, Valley. Ada aku disini, ada Qefra juga. Kamu tidak perlu khawatir, segera temui Bunda Ani, dan kembalilah kemari secepatnya. Kamu mendoakanmu, selalu." Zeerhtac meyakinkan Valley.

Saat ini Valley sudah bersiap untuk pergi mencari Bunda Ani. Bermodalkan alamat yang ditulis Zeerhtac di secarik kertas kecil, dan juga uang tabungan yang dimilikinya, serta uang pegangan yang diberikan Zeerhtac dan Qefra tadi. Awalnya memang Valley sudah menolak keras, tapi kedua temannya itu bahkan lebih keras memaksa Valley untuk membawa.

Apalagi, Valley akan pergi jauh. Kita tidak tahu apa yang akan dialaminya disana. Kata-kata itu yang Zeerhtac ingatkan kepada Valley, hingga akhirnya perempuan itu mau menerima uang dari Zeerhtac dan Qefra.

***

Bye, Valley.

/23-12-23/

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 23, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Hi, Bi!Where stories live. Discover now