Bab 4 : Abimanyu Ghaffar Elrasyid

166 23 9
                                    

Haiii, apa kabar?

Di Tangerang hujan, di daerahmu hujan nggak?

Mendekati weekend, kalian ada rencana liburan kemana?

Jangan lupa follow aku dulu ya biar nggak ketinggalan info

Mohon untuk nggak jadi silent readers ya karena demi menghargai aku sebagai penulis. Biar aku semangat untuk lanjutin cerita OYWD dan cerita-cerita lainnya. Emang, aku maksa 😋.

Jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya, siapa tahu aku double update hihi

Di antara karyaku yang udah terbit, kalian udah peluk yang mana?

Happy reading guys
Enjoy ^^

~~~

Aku ingin mengenal sosokmu.
Dalam ikatan halal yang sudah Allah tentukan.
Aku selalu berdoa agar namamu lah yang tertulis di Lauful Mahfudz.
Nama yang akan menjadi takdirku. Selamanya.

— Abimanyu Ghaffar Elrasyid —

☔☔☔

Meski semalam ia pulang larut, Banyu selalu bisa bangun malam untuk shalat tahajjud. Kepalanya masih agak pening ketika ia mengambil air wudhu. Mungkin, karena beberapa hari ini dia menggantikan jadwal Dokter Kamari yang mengambil cuti melahirkan. Untuk sementara, Banyu lah yang akan menggantikan sampai perubahan jadwal keluar dari rumah sakit. Barang kali, ada dokter baru. Tetapi, Banyu tidak berharap pada rumah sakit. Ia mensyukuri apapun itu dalam pekerjaannya membantu pasien.

Banyu menghabiskan waktu hingga adzan subuh dengan membaca Al-Quran. Lalu, bersiap membantu Bunda Yumna di dapur membuatkan sarapan.

“Udah nggak usah, kamu duduk aja sana,” usir Yumna saat Banyu akan membantunya mengocok telur.

“Bunda selalu gitu ya kalau mau dibantuin anaknya,” ucap Banyu, seakan mengeluh pada sikap beliau.

“Kamu kan udah rapi gitu, nanti kena noda minyak gimana bajunya? Udah sana duduk, lagian cuma buat sarapan kamu doang. Bunda bisa kok,” ujar Yumna tak mau kalah.

Tak ingin berdebat di pagi hari, Banyu pun mengalah. Ia duduk menunggu Yumna membuat sarapan. Sesekali mengecek ponsel barangkali ada kerjaan lain.

Padahal, pekerjaan Banyu saja sudah banyak. Tetapi, dasarnya sejak dulu Bayu suka bekerja.

“Nanti kamu pulang jam berapa?” tanya Yumna. Menaruh piring berisi roti gandum, telur, alpukat, juga susu kesukaan Banyu.

“Insya Allah sore, Bun. Kenapa?”

“Kamu lupa? Hari ini kan udah jadwalnya jemput Kinan. Bunda udah kangen sama cucu.”

Tentu saja Banyu ingat. Bahkan, sejak kemarin ia sudah gatal ingin menjemput Kinan di rumah mamanya. Tetapi, sesuai perjanjian waktu Kinan akan di bagi untuknya, dan mama kandung Kinan. Banyu tidak ingin egois dalam membesarkan Kinan meskipun dia ingin Kinan selalu bersamanya. Meski dia kerepotan, Banyu tidak mempermaslahkan itu.

“Iya, habis dari rumah sakit Banyu akan langsung jemput Kinan kok, Bun,” ujar Banyu kemudian.

“Apa Bunda mau ikut?” tawar Banyu.

Mendengar itu, membuat raut wajah Yumna yang sebelumnya bahagia karena Kinan akan pulang langsung berubah. “Kamu saja, Nak. Bunda tunggu di rumah ya. Nanti ajak Kinan beli makanan, ya. Stok di rumah sudah habis.”

On Your Wedding DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang