Bab 9 : Sebuah Ikatan

132 15 5
                                    

Haiii, ketemu lagi sama Banyu dan Syafira <3

Di Tangerang hujan deras.
Di kota kamu gimana?

Waktu terasa begitu cepat ya, besok udah weekend lagi. Kalian ada rencana mau kemana?

Disini ada yang lahir tahun 2002 sama kayak aku juga nggak?
Kita bestiean yuuu <3

Nggak bosan-bosan untuk selalu ingetin buat nggak jadi silent readers ya guys. Kasih apresiasi penulis dengan tekan 🌟 di pojok bawah!

Kasih komenan terbaik kalian untuk chapter ini! 🔥

Happy reading!

~~~

Kehadiranmu di hidupku adalah anugerah terbesar yang Allah berikan.
Sebuah anugerah yang selalu aku syukuri.
Jangan pernah pergi dari hidupku.
Mari jalani susah senang dunia bersama. Menuju surga-Nya.

— Abimanyu Ghaffar Elrasyid —

☔☔☔

“Aku ke kamar Kinan dulu, ya. Mau mastiin dia udah tidur apa belum,” ujar Syafira ketika dirasa Banyu sudah mulai tenang. Banyu tidak banyak bicara. Pria itu mengangguk, membiarkan Syafira memeriksa keadaan Kinan. Banyu masih belum siap bertemu Kinan saat kondisinya saja berantakan seperti sekarang.

Syafira memasuki kamar Kinan. Kamar bernuansa pink putih dengan banyak boneka beruang. Syafira melihat Kinan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Terdengar isakan pelan yang membuat hati Syafira ikut tersayat. Seorang anak kecil pun tahu jika suasana hati orang-orang di sekitarnya sedang tidak baik-baik saja. Justru, memori ketika masih kecil akan merekam hal-hal yang bisa saja tidak bisa dilupakan ketika dewasa.

Syafira duduk di tepi kasur Kinan, mengusap rambut Kinan. Beberapa saat Syafira melakukan itu, tangisan Kinan justru semakin kencang.

Disaat seseorang bersedih, sudah seharusnya dia menangis.

“Kinan sayang, pasti sedih ya lihat Papa sama Mama berantem?”

“Oma juga,” ucap Kinan, “mereka kenapa, Kak?”

Sulit menjelaskan apa yang terjadi. Biarlah nanti Banyu sendiri yang menjelaskan. Syafira hanya akan berusaha menenangkan Kinan agar pikirannya tidak terganggu dengan situasi beberapa saat lalu.

“Ada masalah yang harus mereka selesaikan. Kinan jangan mikirin itu ya. Sekarang tidur, yuk? Udah malam. Kak Syafira temenin, ya?” Syafira menarik selimut Kinan, hingga memperlihatkan wajah Kinan yang penuh dengan air mata. Matanya pun bengkak.

Sejak awal, Syafira tidak memaksa Kinan untuk memanggilnya mama juga. Meski, beberapa kali Yumna menegur Kinan untuk menyebut Syafira mama atau bunda.

“Kinan nggak bisa tidur,” ujarnya, terdengar cadel saat menyebut kata 'R'.

“Mau dibacain buku nggak?”

Biasanya, Banyu lah yang membacakan Kinan buku sebelum tidur. Lalu, Syafira akan ikut mendengarkan di sampingnya dan memeluk Kinan sampai anak itu tertidur.

“Papa mana?”

“Papa di bawah. Masih kerja,” ujar Syafira.

“Malam ini ditemenin sama Kakak dulu, ya. Gak apa-apa, kan?”

Kinan mengangguk.

On Your Wedding DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang