Bab 6 : Maaf, Syafira

201 25 4
                                    

Aku bukanlah orang baik.
Aku juga bukan manusia sempurna.
Namun, aku selalu berpegang teguh pada janjiku sendiri.
Tak tahu jika pada akhirnya kau membuatku kecewa.

— Syafira Anindhita —

☔☔☔


Beberapa kali Syafira mengerjap saat mendapati pesan singkat dari seseorang yang sedang berusaha ia lupakan. Adimas mengatakan ingin bertemu jika Syafira ada waktu. Bagaimana ini? Apakah Syafira harus menemuinya? Keadaan sudah berbeda, tak sama seperti dulu. Tetapi, Syafira tidak ingin menaruh dendam pada seseorang. Sekalipun dia ingin, tetapi membenci orang bukan yang Syafira inginkan. Akhirnya, dia pun membalas pesan Adimas dan menjawab bahwa dia bisa bertemu lusa di hari libur.

“Bidan Syafira, terima kasih ya sudah membantu saya bersalin. Alhamdulillah, berkat kelas-kelas Bidan disini lahiran saya berjalan normal. Nggak ada robekan sama sekali. Rasanya puas sekali bisa lahiran di Klinik Azzura,” ucap seorang ibu baru yang baru melahirkan tadi pagi secara normal.

Syafira sendiri yang menanganinya. Syafira tersenyum, dia mengamati bayi perempuan di pelukan sang ibu.

“Alhamdulillah. Semua berkat kehendak Allah. Sehat-sehat ya Ibu dan dedek bayi. Selamat mengASIhi,” ujar Syafira.

Keluarga kecil itu pulang diantar ambulance karena saat datang membawa ambulance desa.

“Waah, gila nggak sih? Masa ada berita kayak gini?”

Syafira memasuki ruangan dimana bidan-bidan lain tengah beristirahat. Mereka sedang asyik menggosipkan sebuah berita. Awalnya, Syafira enggan nimbrung namun ia tertarik juga saat Tiara memberitahukan artikel yang tengah heboh akhir-akhir ini.

Seorang bayi prematur di Klinik XXX dimandikan tanpa sepengetahuan sang ibu. Kemudian, diperbolehkan pulang tak lama kemudian.

“Eh, dimana itu?” tanya Syafira terkejut.

Seorang bayi yang lahir secara prematur atau belum cukup minggu seharusnya dirawat secara intensif di rumah sakit dengan peralatan yang memadai. Jarang sekali pihak klinik memiliki alat secanggih itu. Lalu, bayi yang sehat pun minimal harus menunggu 1x24 jam baru boleh dimandikan. Setelah bayi prematur sudah dipastikan benar-benar pulih setelah dirawat secara intensif paling tidak dua minggu, baru bayi diperbolehkan pulang.

“Kok ada berita kayak gini, sih? Malu-maluin kerjaan Bidan aja,” celetuk Wanda, yang ikut histeris mendengar berita itu di televisi semalam.

“Lalu, bayinya gimana, Ra?” tanya Syafira, kemudian.

“Meninggal, Kak. Bayangin bayi nggak ada sekilo dimandiin. Gedek banget aku tuh.”

Innalillahi, semoga ibu dan keluarganya diberikan ketabahan.”

Syafira menyesalkan ada kejadian tersebut. Meski sebagai seorang manusia, atau pihak tenaga medis pun tak pernah luput dari kesalahan. Tapi, seharusnya hal-hal dasar seperti itu pihak klinik mengetahuinya.

Syafira makan siang dengan nasi kotak yang biasa dibagikan. Hari ini Syafira tidak membawa bekal karena Umi juga nampak sibuk. Dia makan bersama bidan lain. Kemudian, bergantian shift hingga tak terasa waktunya Syafira pulang.

***

Adimas menunggu di kafe sendirian. Rasanya, jantung Adimas berdebar saat memikirkan ia akan bertemu dengan Syafira lagi. Dia menemui Syafira diam-diam tanpa sepengetahuan Jihan. Kepalanya menoleh ke arah pintu masuk. Syafira datang. Dia tidak sendiri melainkan datang bersama Banyu.

On Your Wedding DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang