Bab 12 : Nyaman

96 13 0
                                    

Hai. Kalian lagi ngapain?
Kalian baca part ini jam berapa?

Udah vote belum?
Udah komen belum?
Kalau belum yuk buruan🌟✨

Tangerang lagi adem, kota kalian gimana?

Happy reading ya!
Enjoy this chapter with your coffee hihi ☕

~~~

Aku tidak ingin lalai dalam kewajibanku.
Jadi, menjauhlah dariku.

— Abimanyu Ghaffar Elrasyid —

☔☔☔

Setelah shalat subuh, Banyu keluar dari rumah sendirian. Tidak ada orang, mungkin yang lain belum bangun. Yah, semalam setelah pulang dari angkringan mereka bermain PS di ruang tengah. Sementara Banyu, langsung masuk ke dalam kamar. Dia menghubungi Syafira, namun Syafira tidak membalas. Mungkin, sudah tidur. Jadi, Banyu pun langsung tidur tanpa keluar kamar lagi.

Raya? Setelah insiden muntahnya ketahuan Banyu dia pun langsung ke kamarnya. Menolak ajakan Farel bermain PS dengan dalih dia sudah mengantuk. Raya sudah memastikan bahwa tidak ada yang tahu dia muntah kecuali Banyu. Itu membuatnya lega.

Udara pagi Jogja membuat pikiran Banyu terasa lebih fresh. Dia berjalan kaki mengunjungi pasar tradisional. Tentu saja untuk membeli bahan masakan. Rencananya Banyu akan menyetok sayur, lauk, buah untuk seminggu kedepan agar dia tidak bolak-balik ke pasar. Mengingat ia harus fokus pada pendidikan di hari-hari selanjutnya.

Dulu, Banyu sering mengantar Bunda ke pasar. Jadi, ia tidak ragu untuk tawar-menawar. Tapi, kebanyakan harga disana lebih murah dibandingkan di Jakarta. Banyu jadi sungkan untuk menawar. Setelah dirasa cukup, Banyu kembali ke rumah dengan berjalan kaki juga. Sekalian berolahraga.

“Lo darimana, deh? Anjir, bawa apaan tuh?” tanya Ramdan yang sudah bangun. Ia sedang menonton TV berita pagi yang menampilkan kebakaran di sebuah pabrik.

Di sebelahnya, ada Hilman yang nampak masih memejamkan matanya.

“Dari pasar,” jawab Banyu.

“Lo bisa masak?” tanya Joseph yang tiba-tiba membuka kamarnya.

“Lumayan.”

Banyu berjalan menuju dapur. Disana, ada Raya yang sedang membuat minuman collagen. Banyu memang sempat melihat sebelumnya. Disana ada dua kotak minuman collagen.

“Kamu... belanja?” tanya Raya, saat matanya melihat Banyu mengeluarkan barang belanjaan satu-persatu.

“Iya, nggak mungkin kan kita makan mie instan terus? Kalau beli, ya kantong jebol juga.” Banyu akan memasak sop ayam, bahan yang tidak diperlukan dia masukkan ke dalam kulkas untuk di masak esok harinya.

Banyu memotong ayam menjadi beberapa bagian kecil. Dengan telaten, ia mengiris bumbu seperti bawang merah, bawang putih, daun bawang, seledri, tomat. Semua itu tak luput dari pandangan Raya. Raya merasa takjub melihat seorang pria memasak di depan matanya. Entah mengapa, jantungnya berdebar saat ada di samping Banyu.

“Kamu jago masak rupanya,” puji Raya ketika Banyu mulai mencicipi rasa masakannya.

“Nggak juga. Mau nyoba?” tanya Banyu.

Raya mengangguk, dia mengambil sendok Banyu untuk mencicipi sop tersebut. Namun, Banyu mengambil kembali sendok itu.

“Ambil yang baru saja, Raya.”

On Your Wedding DayWhere stories live. Discover now