CHAPTER 12: PART 3 - CALCULATION ZONE

229 41 5
                                    



***

"Tenang Oaks

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Tenang Oaks." suara itu terdengar begitu santai, bahkan pria yang sudah menginjak usia lebih dari 30 tahun itu mengeluarkan sebuah rokok dari dalam saku jas mahal miliknya. Menyalakan sebuah korek dan mulai menghisap rokok tersebut. "Aku sudah tidak tertarik pada Jaedvin."

"Tentu, karena kau hanya hanya akan mengencani remaja." Jeno buka suara, ia lalu menonaktifkan beberapa impaln yang sebelumnya menyala. Jeno sebenarnya tidak mau menonaktifkan, ia akan merasa sangat puas jika bisa menghajar wajah pria yang ada dihadapannya ini. Namun Jaemin sedaritadi tidak mengalihkan pandangannya dari Jeno, menyuruh pemuda tampan itu untuk mengontrol implannya. "Kau seharusnya merasa malu pada dirimu sendiri."

"Oaks," Sezra melempar rokoknya kebawah, lalu menginjak rokok itu dengan keras. "Kau sama sekali tidak berubah.Mulutmu itu seharusnya ku robek saja."

Suasana ini sangat tidak menyenangkan. Jaemin sedaritadi diam memperhatikan dua orang yang telihat bertukar hinaan menggunakan mulut mereka. Rasanya Jaemin melihat dua ekor kucing yang berebut makanan. Sambil menghembuskan naspasnya sedikit kasar, Jaemin menatap kearah Sezra malas. Pemuda manis itu juga tidak mau terlalu lama melihat orang yang pernah menghancurkan hidupnya. Ia hanya ingin semuanya selesai dan segera kembali ke Node tanpa memiliki masalah.

Dengan penuh rasa malas, Jaemin akhrinya buka suara, "Jika kau tidak memiliki kepentingan kami akan pergi."

"Aku punya." Sezra memberikan seluruh perhatiannya pada Jaemin. Saat Sezra mengatakan ia sama sekali tidak tertarik pada Jaemin, semua itu bisa terlihat dari matanya.Pria dewasa itu benar-benar jujur, karena ia bahkan melihat kearah Jaemin dengan santai tanpa ada rasa bersalah ataupun lainnya, "Aku ingin kalian mencuri sesuatu."

Bukan sekali dua kali ada orang yang memintannya untuk mencuri sesuatu. Terkadang Jaemin sendiri bosan mendengarnya. Jaemin sendiri sudah cukup populer di kawasan kumuh ini sebagai pembuat mod. Jadi pemuda manis itu yakin semua orang yang menemuinya seharusnya tahu bahwa ia bukan seorang pencuri.

Mengabaikan Sezra yang tidak behenti menatap kearah matanya, Jaemin kembali menghembuskan napasnya kasar. Pria ini juga seharusnya tahu ia tidak akan melakukan pencurian, kenapa pria yang sudah menginjak usia 30 tahun ini harus mencarinya.

"Kami bukan geng, kami tidak mencuri barang tapi menjual mod." Jaemin sedikit mendelik diakhir kalimatnya.

"Apa bedanya, kalian sama-sama melakukan hal ilegal untuk hidup." Sezra menyentuh titik yang sensitif dengan cepar, membuat Jaemin dan Jeno terdiam tanpa mengelurakan sepatah katapun. "Kau tahu berapa banyak denda yang harus dibayar jika ada yang melaporkan mengenai mod yang kau buat di dalam implan perangkat lunak siber. Dan berapa lama kau akan di penjara."

Tentu pria itu akan membahas hal ini. Jaemin tidak pernah berpikir jika apa yang ia lakukan bukanlah sesuatu yang ilegal. Membuat mod dan memasangkan mod dalam sebuah implan perangkat lunak siber memang tidak sajalan dengan aturan yang ada di Rise. Tapi, setidaknya aturan itu tidak begitu diperhatikan di wilayah kumuh milik mereka.

CYBERPUNK: THE VARIEGATION BLUE • NOMINWhere stories live. Discover now