[[CHAPTER 1]]

2.3K 99 10
                                    


"Paman, apa tempatnya masih jauh? "

"Tidak. Sebentar lagi kita sampai. Bukankah perjalanannya cukup menyenangkan?"

"Siapa juga yang senang diculik ke negara antah brantah saat sedang bekerja?! "

Pemuda bersurai coklat mengerucutkan bibirnya. Melirik sensi pada pria bermantel hitam yang duduk tenang di sampingnya. Pria itu hanya terkekeh menanggapi protes dari keponakannya yang terus cemberut sejak pertemuan mereka semalam.

"Maaf, aku sedang terburu-buru dan jadwal ku padat. Jadi kupikir akan lebih baik jika membawamu secepatnya kesini. "

Pemuda itu makin merasa sebal. Setelah menyeretnya dari tempat kerja, membelikan tiket pesawat, lalu naik kapal dan masuk ke pulau terpencil di negara asing , pamannya masih saja merasa tak bersalah. Pamannya bahkan sudah membuatkan paspor untuk dirinya seakan-akan ia memang telah siap untuk dibawa pergi keluar negeri!

Pemuda bersurai kecoklatan itu menatap keluar kaca mobil. Ke arah langit biru yang tengah menunjukkan keindahan pagi yang cerah. Kepalanya menyandar dengan tenang pada pintu mobil yang terkunci rapat. Mata itu terpejam sejenak, seakan pemuda itu tengah mencoba menggali kembali ingatannya semalam.

Saat dirinya sedang bekerja dan seseorang yang sangat tak terduga muncul di sana.

Saat itu jam menunjukkan pukul 11.30 malam. Sudah hampir waktu jam tutup kafe, sehingga pemuda itu memutuskan untuk memberesi meja-meja dan sampah yang berserakan agar bisa segera pulang. Boss nya orang yang cukup cerewet perihal kebersihan, tapi dia tak pernah bawel mengenai jam tutup kafe yang kadang sedikit lebih awal karena pemuda itu selalu bertindak cekatan dalam menangani masalah bersih-bersih.

Saat itu, di tengah ketenangan malam yang senyap, saat dirinya sedang mengelap meja sembari bersenandung lemah, suara pintu kafe yang terbuka terdengar jelas di telinganya.

"Oh, sudah mau tutup ya? Apa aku bakal mengganggu kalau memesan secangkir kopi? "

"Ah, iya. Kami sudah mau tutup--" Jeong Taeui mengangkat kepalanya dan bersiap memberikan sapaan ramah pada pelanggan tersebut. Namun begitu dirinya melihat siapa pelanggan yang datang dan tengah menjulang di hadapannya, kalimatnya terhenti begitu saja.  Lap di tangannya sontak terjatuh. Senyum yang sebelumnya terpasang di wajah yang tampak lelah itu pun memudar sepenuhnya.

"... Paman Changin... "

Sosok itu, si tamu tak diundang sekaligus pamannya, Jeong Changin tersenyum ramah ketika melihat pemuda di hadapannya berdiri terpaku dengan mata membola tak percaya. Lantas menyapa dengan suara lembutnya yang khas dan mata melengkung ramah,

"Lama tak jumpa, Jeong Taeui. "

Pamannya yang bekerja di luar negeri tiba-tiba muncul di hadapannya. Masih dalam balutan jas biru gelap dan dasi berwarna serupa. Seakan-akan pria itu baru saja pulang dari tempat kerja. Tubuh tegapnya terbalut mantel hitam tebal yang kelihatan mahal dan cukup berat. Rambutnya bahkan masih tersisir rapi kebelakang dan tampak mengkilap saat terpapar cahaya lampu kafe.

Si pemuda yang di panggil Jeong Taeui tentu saja terkejut bukan main, tapi segera mengendalikan dirinya dan meminta izin untuk menggunakan sejenak bangku depan agar bisa berbicara dengan pamannya.

"Tidak langsung pulang saja? Kau malah mengajakku bicara disini. " Kata Jeong Changin keheranan. Jeong Taeui menghela napas sembari meletakkan segelas kopi di hadapan pamannya,

"Nggak akan lama, bukan? Biasanya paman akan langsung pergi setelah mengatakan apa yang ingin paman katakan. "

Jeong Changin hanya tersenyum. Tampaknya keponakan termuda nya ini memang sudah hafal benar dengan kebiasaan pamannya. Pria itu pun meluruskan punggungnya ke kursi dan meraih cangkir kecil berisi kopi hitam kemudian menyeruputnya pelan.

Your's To ClaimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang