🔞[[CHAPTER 11]] : "IMBALAN"🔞

1.4K 86 29
                                    

Setelah mengatakan itu Ilay menarik dirinya dan meninggalkan Jeong Taeui dengan wajah memerah sempurna.

Jeong Taeui merasa ingin memukul wajahnya bertubi-tubi.

Sial! Kenapa rasanya dirinya begitu malu sekarang?!

>>>>>>>><<<<<<<

🔞CHAPTER 11 : 'Imbalan' 🔞

>>>>>>>><<<<<<<<

Gerakan pulpen yang menggoreskan tinta di atas sebuah buku terlihat begitu tegas.

Tidak, bukan tegas sebenarnya, tapi Jeong Taeui sedang terburu-buru sekarang ini. Menyalin peraturan sekolah UNHRDO jelas membutuhkan waktu yang cukup lama, APA LAGI IA HARUS MENYALINNYA SEBANYAK 100x!!

Arghh!! Jeong Taeui menggeram, menggerutu di dalam hatinya. Menyumpahi pria dari Komite Disipliner yang menjatuhinya hukuman tidak tanggung-tanggung seperti ini! Setelah hukuman Utama membersihkan kamar mandi sekolah selama seminggu, ia masih harus berkutat dengan salinan peraturan yang begini banyaknya! Belum lagi ia harus menyelesaikan semuanya dalam waktu 3 hari lagi!

Jeong Taeui ingin menangis. Jujur jarinya sangat pegal karena terus menulis sejak dua jam lalu. Lihat saja jari telunjuknya sudah mulai membentuk gembungan kapalan yang terasa nyeri. Tulisannya bahkan sudah tak begitu jelas dan seperti goresan cakaran ayam atau bebek, tapi Jeong Taeui sudah tak peduli lagi. Yang penting salinanannya bisa segera selesai karena setelah bel sekolah, ia masih harus menjalankan hukuman lainnya.

Sret--

"Tck, "

Jeong Taeui mendecak karena salah menuliskan kata. Ia pun menyoretnya tanpa berpikir panjang.

Sampai sebuah suara menegurnya.

"Kau seharusnya tak membuat coretan di buku itu. Christoph menderita penyakit OCD* jadi dia pasti akan menyuruhmu membuat ulang salinannya jika kau tak menghapusnya dengan benar. "
[[Ps : OCD = OCD sering berpusat pada suatu motif, misalnya takut kuman atau kewajiban mengatur benda-benda dalam pola tertentu]]

Suara yang Jeong Taeui kenal dan-- jujur-- merasa muak ketika mendengarnya.

Jeong Taeui melirik dengan wajah sebal, menatap Pria berdarah Eropa yang baru saja mengatakan hal penting dengan SANGAT TERLAMBAT.

"Kenapa baru mengatakannya?! "

Pria itu duduk di samping Jeong Taeui sembari memangku dagu. Memiringkan sedikit kepalanya agar dapat menatap Jeong Taeui yang wajahnya tertekuk tak senang. Mata kelabunya yang indah melengkung, melihat sosok Jeong Taeui yang kesusahan dan seperti ingin menyerapah di depan wajahnya.

"Kau terlihat sangat serius, jadi aku tak mau mengganggu. Lagi pula wajahmu ketika tengah fokus sambil mengerutkan dahi terlihat cukup menghibur. "

Jika saja Jeong Taeui memiliki lebih banyak keberanian, ia akan dengan senang hati menarik bibir pria ini dan menguncirnya dengan karet gelang!

"Dan, bukankah kau membawa penghapus? Apa kau terlalu bodoh sehingga melupakannya, atau kau hanya terlalu malas saja?"

Jeong Taeui sudah lelah menanggapi pria itu dan memilih meraih penghapus berupa Tipe-X cair di dekatnya. Memang benar ia membawa Tipe-X tapi Jeong Taeui hanya malas menggunakannya karena lama kering. Jeong Taeui mengoleskan cairan di dalam benda itu ke kertas. Kemudian membalik halaman-halaman sebelumnya lagi di mana Jeong Taeui sempat menggoreskan coretan karena salah menulis kata.

Jeong Taeui kembali merutuk di dalam hati.

Sebenarnya menyelesaikan tugas yang satu ini tak semelelahkan ketika Jeong Taeui harus menggosok lantai Kamar mandi. Ia hanya harus duduk lebih lama dari biasanya dan terus menulis dengan tenang. Lagi pula ini tak seperti dirinya harus menulis Essay atau laporan pekerjaan.

Your's To ClaimWhere stories live. Discover now