Episode 1 ( Satu)

2.1K 12 0
                                    

Pagi yang cerah membangunkan aku yang semalam tidur secara tepat waktu, aku pakai kerudungku untuk keluar kamar, jujur saja aku agak risih kalau keluar kamar gak pakai kerudung. Alasannya tidak muluk-muluk yaitu aku memiliki 3 orang kakak dan lelaki semua.

Namaku Maya, sementara Baron, Bambang dan Alif adalah ketiga kakakku. Khusus mas Baron dan mas Bambang, mereka sudah menikah tapi masih satu rumah dengan orangtuaku.

"Baru bangun anak manja, lihat tuh sudah jam berapa?"

Aku lihat mas Baron sedang bersiap lari pagi, satu pemandangan yang selalu membuat aku kagum akan mas Baron adalah bulu ketiaknya yang aku pikir tidak di urus sama sekali. Karena mungkin dari ketiga kakakku, mas Baron lah yang memiliki bulu ketiak paling lebat. Hanya saja dia selalu memakai deodoran, jadi tidak ada aroma asam ketiak pada umumnya.

Nah beda lagi sama mas Bambang, walaupun sudah menikah dia tidak pernah risih dengan hanya memakai celana pendek dan tidak memakai baju dalam kesehariannya. Kadang mbak Yuni menegurnya agar memakai baju, karena bukan apa-apa bau dan sama ketek mas Bambang menyengatnya bukan main. Mungkin kalau aku di ruang tengah bisa tercium kalau dia sedang ada di kamarnya, mungkin hal itu karena mas Bambang kerjanya sebagai kuli bangunan. Beda dengan mas Baron yang kerja di pabrik, jadi bisa terlihat perbedaannya.

Kalau mas Alif gak bisa banyak untuk diceritakan, setiap hari ke mesjid dengan baju muslim dan sarung serta kopiah. Ketika sampai dirumah dia langsung masuk kamar dan pakaiannya sudah diganti serba tertutup, bahkan sesudah mandi saja dia langsung pakai baju di kamar mandi, handuk yang dia pakai hanya untuk menutupi bagian terpenting tubuhnya.

Karena bete aku putuskan untuk keluar rumah, betapa kagetnya aku ketika melihat ada lelaki ganteng sedang pindahan rumah, mungkin yang membuat aku terfokus adalah ada basah pada bagian ketiaknya.

"Kayanya kalau di isep enak baunya." Gumamku.

"Hei lagi ngapain, bengong Mulu?"

Aku kaget karena tiba-tiba ayahku ada di sampingku.

"Bapak, buat kaget saja ah."

"Bantuin bukan cuma lihat saja, itu pak Angga sama bu Yuni baru pindah kesini!"

"Iya pak."

Saat aku mendekati bersama ayahku, jantungnya berdebar kencang karena baru kali aku mencium aroma yang membuat aku mabuk kepayang, bahkan aku merasa kalau bagian bawahku agak basah.

"Saya Angga!"

Aku tidak sadar kalau pak Angga sedari tadi mengasongkan tangannya untuk berjabatan denganku, sampai ayahku menegurku.

"Maya, itu pak Angga ngajak kenalan."

"Oh iya, maaf."

Jujur mau tidak bis menahan diri kalau seperti ini terus, bahkan pacarku sudah tahu kelemahanku. Sering kali dia memanfaatkan kelemahanku untuk bisa bercumbu di kamar kosnya, menyesal jelas tapi aku sukar menolaknya. Tapi untungnya dia tidak berani kalau sampai bersilaturahmi kelamin. Dia hanya melakukan cumbuan biasa pada tubuhku.

Bersambung

My Fetish with Tetangga.Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu