Episode 11 (Sebelas)

221 5 0
                                    

Masa iya aku harus lewatkan kesempatan yang ada di depanku, susah payah aku mau kerja di rumah pak Angga walau hanya satu hari.

Aku lantas menuju ember yang berisi cucian kotor milik pak Angga dan mbak Yuni, celana dalam hitam aku ambil terlebih dahulu dan terlihat adanya semacam kerak berwarna putih. Aku cium dan campuran aroma pesing serta entah aroma apa itu cukup membuat aku terbius dan menggigit bibirku sendiri.

"Ini apa ya?"

Lanjut jelas aku mencari kaos oblong yang dipakai pak Angga, betapa bahagianya aku ketika mendapati kaos oblong pak Angga yang berwarna putih ada dibawah celana panjang yang dia pakai sebelumnya.

Terlihat noda kuning pada bagian ketiaknya, sungguh kecewa rasanya aku ketika mencium bagian itu karena tercium jelas aroma deodoran yang khas.

"Kirain pak Angga gak pakai deodoran."

Kecewanya aku pada saat itu, hingga aku tidak sadar kalau aku bekerja dirumahnya sudah hampir setengah tiga sore. Buru-buru aku pulang guna memasak untuk pak Angga yang tadi pagi diminta untuk memasak apa saja.

Sebelum aku masuk aku duduk dulu di kursi depan rumahku, tiba-tiba saja tercium aroma ketiak yang membuat aku terangsang siang itu.

"Mas Baron?"

Aku dikagetkan mas Baron yang keluar rumah dan duduk di sampingku, dia masih memakai celana pabrik dan kaos dalam warna putih.

"Mas ih keteknya bau."

"Masa sih May? Iya sih mas tadi gak pakai deodoran, habis soalnya May. Kamu tahu sendiri kalau mas harus pakai deodoran dua kali sehari, itu boros May."

"Makanya punya badan itu jangan bau!"

"Kayak itunya kamu wangi aja."

Perkataan mas Baron jelas cukup menyinggungku, tapi jujur saja aku sendiri belum pernah mencium bagaimana aroma kemaluanku. Tabu rasanya buatku untuk menyentuh bagian itu ketika bukan untuk cebok saja, tapi tiba-tiba saja kepikiran sesuatu dan buru-buru aku masuk kamar.

"Yang sudah pulang?"

Aku kontak Bara pacarku.

"Ini baru pulang?"

Lantas aku langsung saja bertanya kepadanya bagaimana aroma kemaluanku, karena bagaimanapun Bara pernah menyentuh bahkan memainkannya.

"Agak bau bawah putih, terus agak bau terasi gitu."

Kaget rasanya aku mendengar perkataan Bara, tapi yang buat aku heran adalah sampai bau terasi segala. Saat Bertanya kenapa aku menanyakan itu, aku cuma bilang iseng saja.

Aku yang kehausan keluar kamar dan gila sungguh gila, lagi dan lagi mas Bambang dan Mbak Yuni tempur disiang bolong begini. Aku bahkan sampai geleng-geleng kepala dengan kedua insan tersebut.

Terlihat mbak Tini sedang mengambil jemuran pakaian di belakang, aku hampiri dia dan mengajak sedikit mengobrol dengannya.

"Mbak?"

"Iya May."

"Mbak kok mau sih gituan sama mas Baron sebelum nikah?"

"Ssstttt."

Dia menutup mulutku dan menyuruhku untuk memelankan nada bicaraku.

"Jangan keras-keras nanti bapak sama ibu tahu."

"Oh iya maaf."

Lantas dia pun mulai bercerita kalau dirinya gak bisa tahan saat Baron mendekap dirinya saat sedang berkeringat pulang kerja, kemudian mereka terbawa suasana sampai melakukan yang tidak seharusnya.

Kemudian aku bertanya tentang bau anunya mbak Tini, dia tertawa dan mencubit hidungku.

"Mas Baron suka cium punya mbak gak?"

Dia terdiam sampai dia mengatakan kalau mas Baron suka mencium anunya, apalagi kalau pagi hari pas bau-baunya.

Sontak aku yang mendengar langsung mual dan ingin muntah, emang iya pria mau cium atau sampai jilat anunya perempuan.

"Kamu juga pasti nanti ngerasain sama Bara? Atau Bara sudah cium punya kamu?"

Pertanyaan mbak Tini benar-benar memojokkan aku, untung saja ibu segera memanggil aku untuk masuk kedalam.

"Ini bawa buat pak Angga, kayanya dia udah pulang."

Begonya aku yang terlalu lama mengobrol dengan mbak Tini, untung saja ibuku sudah menyiapkan masakan.

"Permisi pak Angga."

Tak lama berselang terlihat pak Angga yang sudah melepaskan kancing kemeja yang dia pakai, terlihat singlet putih cukup berkeringat daeinatah depan.

"Duh May, padahal saya cuma bercanda. Kamu malah repot-repot masak, ayo masuk."

Aku masuk dan menyuguhkan makanan untuk pak Angga, tapi dia ke kamar mandi terlebih dahulu. Wajahku seketika pucat karena aku tidak merapihkan tataan pakaian yang ada di ember cucian.

"Maya!"

Pak Angga memanggil dan sontak aku agak berlari menuju kepadanya, saat sudah dekat aku tersandung keramik dan aku peluk tubuh pak Angga. Sungguh nikmat apa yang aku rasakan karena wajahku tepat ada di ketiak kanannya dan aromanya jantan tanpa deodoran, alhasil daging dalam celana dalamku basah seketika.

My Fetish with Tetangga.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang