Episode 7 (Tujuh)

1K 7 0
                                    

Aku keluar kamar mandi dan memberikan kaos mas Alif yang baunya buat aku mabuk kepayang.

"Nih mas bajunya!"

"Kamu gak apa-apain kan?

Aku menahan nafas sejenak kenapa mas Alif bisa tahu kalau aku berbuat macam-macam sama kaosnya.

"Gak ngapa-ngapain kok mas, ngapain juga aku ngapa-ngapain sama kaos mas Alif yang bau asem."

"Emang sampai kecium baunya sama kamu?"

Bodoh, bodoh kenapa aku sampai bisa kelepasan akan aroma ketiak mas Alif.

"Ya keciumlah mas, makanya aku cepetan beraknya."

"Awas ya kalau kaos mas dipakai buat lap bekas berak kamu."

"Ihh mas Alif, kurang kerjaan tahu."

Aku bercanda dengan memukul pelan Bagian dada mas Alif, sampai tanganku meleset menyentuh bagian ketiak kanannya.

"Dah ah mas mau masuk ke kamar dulu."

Aku juga masuk kamar dan kini aku dalam birahi tingkat tinggi karena aroma ketiak mas Alif tepat berada ada tangan kananku, ini sungguh nikmat sampai aku hendak melakukan masturbasi dikamar.

Mataku terbuka karena kumandang adzan ashar terdengar, buru-buru aku mandi dan shalat. Jujur hari itu aku terlalu mengeluarkan cairan pada bagian bawahku, rasanya kalau tidak mandi terus shalat terasa gak enak aja.

Malam harinya seperti sudah dijanjikan siang tadi, pacarku yang bernama Bara datang. Kulit putih dengan badan agak gempal, ditambah sedikit kumis membuatnya tampan. Walaupun sekarang ini ketampanan pak Angga sudah jauh mengalahkan Bara, kendati dia masih perjaka.

Aku sendiri berpenampilan memakai kerudung dengan piyama setelan, malas rasanya dandan hanya untuk sekedar pacaran di rumah.

"Bar, jaga rumah bentar ya. Om sama tante mau ke rumah paman dulu."

Aku terkejut karena tiba-tiba saja kakak dan orang tuaku meninggalkan aku dan bara berdua saja, tapi jangankan ditinggal di rumah berdua waktu di kosannya Bara saja aku tidak main nakal.

"Kalian pada mau kemana?"

"Itu mau ke rumah paman kamu, kan baru lahiran anak ke 6. Katanya mau nyusul bapak sama ibu."

Aku tersenyum dan tak lama berselang usai semuanya pergi, Bara mulai mendekatiku dan dia memperlihatkan ketiaknya yang basah.

"Ayo, ini masih basah. Aku gak pakai deodoran demi kamu."

Aku yang tidak tahan segera menenggelamkan wajahku pada ketiaknya yang basah, nikmat sekali aroma asam ketiaknya membuat aku melayang.

Sampai aku merasakan kalau tangannya mulai bergerilya di area gunung kembarku. Walaupun aku menikmati tapi aku agak risih karena kini tangannya mulai masuk dan hampir menyentuh secara bebas tanpa penghalang sama sekali.

"Assalamualaikum."

Kaget rasanya mendengar ada orang memberi salam, buru-buru aku melepaskan tubuhku dari tubuhnya Bara.

"Waalaikum salam, eh pak Angga ada apa ya pak?"

"Sa...saya boleh numpang mandi."

Aku kaget karena pak Angga numpang mandi di rumahku, aduh kenapa pas ada Bara sih kejadian seperti ini.

"Air di rumah saya habis."

Aku baru ingat kalau rumah di daerah kami menggunakan air ledeng yang jamnya sudah ditentukan untuk jadwal pengirimannya.

"Oh ya sudah pak Angga, silahkan itu dekat dapur kamar mandinya."

Jelas Bara kecewa karena gangguan dari pak Angga, tapi aku sangat bahagia karena ketika dia melihat tercium aroma asem keteknya. Bara yang tahu kalau aku suka aroma seperti itu langsung cemberut.

"Kamu suka aromanya?"

"Kamu kaya gak tahu aja."

"Idih, ada yang cemburu nih."

"Mudah-mudahan hujan deh."

"Kenapa kamu berharap hujan sih Bar?"

"Biar bisa nginep!"

Aku cubit hidungnya dan cium bibirnya, Bara sudah tidak masalah kalau aku cium bibirnya cukup lama. Bukanya aku agresif tapi jujur aku menyayanginya, aku gak mau kehilangan dia walau berat karena ada pak Angga.

Bersambung

My Fetish with Tetangga.Where stories live. Discover now