Episode 8 (Delapan)

967 7 0
                                    

Aku antar pak Angga menuju kamar mandi sembari membawakan air minum untuk Bara.

"Itu kamar mandinya pak."

"Oh iya, terimakasih ya May. Maaf sudah merepotkan kamu."

Dia menggaruk kepalanya dan astaga bulu ketiaknya begitu lebat dan ingin rasanya menenggelamkan wajahku walaupun bekas jilatan mbak Yuni.

"Iya pak, saya ke depan dulu ya."

"Iya."

Aku hampiri Bara dan dia terlihat serius dengan telepon yang dia terima, aku menunggu dan duduk guna menunggu dia selesai menelepon.

"May, aku harus ke tempat kerja. Ada kecelakaan kerja disana, jadi aku disuruh masuk malam."

Aku kecewa karena biasanya aku kalau pacaran bisa sampai 2 jam dan didalamnya pasti aku lakukan kegiatan menghirup ketiak Bara yang aku sukai.

"Tapi kan kamu baru tadi pulang siang, masa malam ini kerja lagi."

"Iya, jadi besok aku libur."

Aku cemberut dan dia mencium bibirku, katanya dia gemas kepadaku kalau aku sedang cemberut.

"Maaf."

Aku malu bukan main ketika ciuman aku cukup intens dengan bertukar lidah, tiba-tiba saja pak Angga ada di belakang kami dengan memakai handuk saja.

"Pak Angga, ada apa pak?"

Saat itu Bara pamit karena dia terlihat buru-buru, aku tidak bisa melarangnya.

"Maaf May, itu dikamar mandi ada sesuatu."

Aku curiga dengan gelagat pak Angga, aku pikir ini adalah caranya untuk memperkosaku. Secara aku cukup cantik dan dia tahu kalau kini hanya aku dan dirinya saja berdua di rumah.

Aku ikuti pak Angga menuju kamar mandi dan terlihat sesuatu yang cukup mengejutkan.

"Takut pak!"

Sontak aku memeluk pak Angga dan tanpa sadari handuk yang dia pakai melorot, aku yang sadar tidak dapat menahan malu dan segera menutup mataku.

"Itu darimana datangnya pak?"

"Seperti dari saluran pembuangan."

Ular piton dengan ukuran sedang ada di kamar mandi dan membuat kami syok.

"Tadi saya mau minta Maya buat menelepon damkar, tapi tadi sedang gituan sama pacarnya."

"Sttt, pak Angga jangan bilang siapa-siapa kalau tadi lagi gituan."

"Beres, sekarang bagaimana? Saya gak mungkin keluar rumah pakai handuk saja."

"Saya ke rumah bapak dulu buat minta baju sama mbak Yuni, sementara itu bapak tutup pintu kamar mandi takutnya ular itu keluar."

Kami sama-sama setuju dengan ideku, maka aku tancap gas menuju rumah pak Angga. Disana terlihat mbak Yuni sedang menyiapkan makanan, setelah aku cerita maka kamu berdua segera menuju rumahku.

Aku juga menelepon ayahku karena suasana cukup genting, tak butuh waktu lama mereka pun datang dengan wajah panik.

Dalam tidurku aku bermimpi kalau ketika handuk yang pak Angga pakai melorot dan justru aku bertindak lebih binal.

"Astaga."

Aku terbangun dan waktu menunjukkan jam 12 dini hari, aku yang haus segera keluar kamar menuju dapur.

"Enak mas, terus lebih kuat."

"Aku tuh lebih suka kalau kamu gak pake deodoran gini mas, enak bau ketek kamu itu."

"Ya masa di pabrik harus bau ketek, bisa kena sp aku sama atasan."

"Iya sih, pokoknya kalau bau kaya gini buat aku tambah gairah."

Gila pikirku, mbak Tini yang terlihat pendiam ternyata lebih frontal kata-katanya ketika beradu birahi dengan mas Baron.

Nasib-nasib punya kakak dua-duanya doyan banget tempur di kasur.

Bersambung

My Fetish with Tetangga.Where stories live. Discover now