Episode 4 (Empat)

1.2K 7 0
                                    

Aku masih kesal dengan mbak Yuni yang menutup pintu rumahnya, aku ingat melihat kelanjutannya. Jujur saja aku ingin lihat pak Angga gak pakai apa-apa, membayangkan bagaimana bulu di seluruh tubuhnya membuat aku merinding parah.

Aku tahu denah rumah pak Angga, disana terdapat jalan kecil menuju belakang rumah. Aku mengendap-endap ingin mengintai mereka, entah kenapa aku sampai seperti ini. Aku cemburu pada mbak Yuni yang bisa menikmati aroma tubuh pak Angga yang jantan.

Saat melewati jalan kecil tersebut terlihat anaknya sedang tertidur di kamarnya, tapi tiba-tiba saja dia menangis. Aku jongkok sembari menyaksikan dari arah jendela luar, tiba-tiba saja mbak Yuni masuk ke kamarnya dibarengi pak Angga tanpa busana sama sekali.

Bagian bawahku sangat gatal sekali karena mbak Yuni sambil menyusui anaknya digagahi pak Angga dari arah belakang.

"Kamu ini gak sabaran sayang."

"Udah keras, masa harus dikeluarkan lagi."

Jelas sekali aku mendengar percakapan mereka berupa, belum lagi beberapa kali mereka mendesah karena keenakan. Aku sendiri takut apabila melakukannya bersama pacarku,  padahal pacarku sudah sering merayuku untuk menyatukan tubuh dalam satu ranjang tapi aku selalu bisa menolak.

Tapi menyaksikan pak Angga tanpa busana benar-benar membuat aku ingin melakukannya, jauh dalam benakku ketika melakukan dengannya ingin membenamkan wajahku pada kedua ketiaknya secara bergantian.

"Sayang, aku mau keluar."

"Iya sama."

Aku lihat pak Angga semakin kecil menggoyangkan tubuhnya kepada tubuh mbak Yuni, hingga aku menyaksikan bagaimana dia mengerang dan pada saat itu aku bisa melihat barang panjang dan berwarna coklat keluar dari lubang senggama mbak Yuni.

Ini adalah kali pertama aku melihat batang lelaki dewasa, aku belum pernah menyaksikan ini sebelumnya. Beberapa kali aku menelan ludah karena ini benar-benar membuaiku.

Hingga aku dengar suara pintu depan terbuka.

"Gawat."

Aku tidak tahu harus berbuat apa karena kini aku yang berada di jalan kecil menuju pekarangan rumah pak Angga terdiam, aku sendiri menyadari kalau pak Angga sedang duduk di teras rumahnya tanpa baju.

"Sayang, ambilkan Pampers dong."

Inilah kesempatanku untuk pergi, secepat kilat aku pergi karena kalau ketahuan orang bisa gawat pikirku.

"Darimana kamu?"

Aku lihat mas Alif baru pulang dari mesjid, dia menatapku curiga.

"Dasar lelaki aneh, masa sama keluarga saja sampai harus tutup aurat segala." Batinku.

Tapi aku sadar mungkin dia melakukan itu semua karena adanya mbak Yuni istri mas Bambang dan mbak Tini istrinya mas Baron.

"Gak dari mana-mana, jalan-jalan aja bete di rumah melulu."

"Oh."

Untung mas Alif itu orangnya cuek, jadi aku bisa bernafas lega. Tapi itu hanya sementara karena ketika dikamar dan membaringkan tubuhku seketika terbayang kejadian barusan, bahkan beberapa kali aku memejamkan mataku justru bayangan pak Angga yang tanpa busana selalu terbayang.

Bersambung

My Fetish with Tetangga.Where stories live. Discover now