Episode 10 (Sepuluh)

243 5 0
                                    

"Maaf mbak Yuni, bukannya kami tidak mau. Tapi ini sudah kami bicarakan dengan matang."

Mbak Yuni agak kecewa dengan perkataan pak Angga, tapi sebaliknya aku sangat senang karena bisa berduaan dengan pak Angga tanpa harus ada istrinya.

"Jadi gimana May, kamu mau kerja paruh waktu?" Tanya bapakku.

"Iya pak."

Mbak Yuni yang kecewa lantas masuk ke kamar dan membanting pintu, aku tidak banyak pikiran karena jujur saja sekarang hatiku begitu bahagia untuk menyambut hari esok dimana bisa berduaan sama pak Angga. Syukur-syukur mbak Yuni istrinya pak Angga lebih dari sehari ada di rumah orangtuanya pikirku.

Esok harinya sekitar jam lima pagi terdengar suara guyuran air di kamar mandi, aku tidak tahu siapa yang sedang mandi karena semua pintu orangtuaku dan ketiga kakakku masih tertutup.

"Eh May."

Rupanya ibuku yang sudah mandi subuh hari, aroma sampo dan sabun tercium jelas.

"Dingin-dingin gini tumben ibu mandi subuh?"

"Ya lagi pingin aja May."

Aku tahu betul kalau orangtuaku sudah tempur, karena ketika ibuku masuk kamar tiba-tiba saja keluar ayahku yang hanya memakai sarung dan tanpa baju.

Nampaknya aroma jantan memang diturunkan dari ayahku kepada ketiga anak laki-lakinya, buktinya aroma jantan ayahku saja bisa membiusku. Tapi aku tahu diri masa iya harus mengendus ketek ayahku sendiri.

"May, kamu mau mandi? Cepatan kalau gitu, bapak juga mau mandi keburu habis subuh."

"Iya pak, bentar."

Ya salah siapa sudah tempur semalaman malahan bangun kesiangan.

Jam 06.00 aku bersiap menuju rumah pak Angga, tapi aku dikejutkan dengan mas Bambang yang duduk di kursi depan rumahku.

"May, kamu gak kasihan sama mas DNA mbak Yuni?"

"Kasihan kenapa mas?"

"Mas sekarang belum ada kerjaan, mas malu sama bapak, sama mas Baron juga, kenapa kamu gak ngasih kerjaan ini sama mbak Yuni?"

"Mas, dengerin Maya ya. Maya juga kerja gak sampai sebulan, ini paling lama sampai besok. Maya juga palingan dapat uang dari pak Angga gak lebih dari 100 ribu."

Mas Bambang tiba-tiba saja memegang pipiku.

"Maafkan mas ya, mas harusnya ngerti kalau kamu juga butuh pengalaman kerja. Ya udah kalau gitu buruan berangkat keburu pak Angga pergi kerja."

Seusai mas Bambang masuk ke rumah aku segera mengetuk pintu rumah pak Angga, alangkah terkejutnya aku karena pak Angga hanya memakai celana pendek dan tanpa memakai baju sama sekali. Tonjolkan dibalik celananya Isa aku lihat karena bisa dibilang itu adalah celana pendek berupa celana dalam.

"Eh May, ayo masuk. Maaf ya saya belum mandi."

Gak mandi juga pak Angga sudah sangat menggoda aku, gila sungguh gila sungguh kenikmatan yang tidak dapat aku ingkari.

"Ii...iya pak Angga, gak apa-apa."

"Saya mandi dulu ya."

Sekitar sepuluh menit pak Angga mandi, saya keluar kamarnya sungguh tampan sekali pak Angga dengan kemeja dan celana hitam panjang.

"Saya kerja dulu ya May, nanti jam 12 kamu pulang aja. Nah nanti sore kalau bisa masak hehe..."

Aku tersenyum dengan candaan dari pak Angga, untung saja aku aku bisa masak jadi bisa menyuguhkan makanan untuk pak Angga.

Terdengar suara motor pak Angga yang pergi kerja, aku lantas mengambil lap pel yang ada di kamar mandi. Saya itu juga hatiku deg-degan bukan main, karena di dalam ember cucian terlihat pakaian pak Angga yang belum dicuci.

Bukan hanya celana dalam, tapi aku melihat adanya kaos oblong serta celana panjang bekas kemarin.

Aku pecahkan pikiran kotorku dan segera mengambil lap pel, tapi celana dalam hitam yang ada di posisi paling atas benar-benar membuat aku sangat tergoda.

My Fetish with Tetangga.Donde viven las historias. Descúbrelo ahora