Episode 2 (Dua)

1.5K 12 0
                                    

Aku masih terbengong dan kembali ayahku membuyarkan lamunanku.

"Ayo bantu pak Angga sama istrinya, kasian pak Angga ngangkat barang sendiri!"

"Emang istrinya kemana pak?"

"Lagi netein dede bayi, jadi kita bantu dulu pak Angga."

Sebenarnya sih malas juga masa iya aku harus angkat barang-barang, seharusnya ketiga kakakku yang laki-laki yang bantu. Tapi karena aroma jantan pak Angga terus membuat aku terbuai, maka aku bantu tanpa ragu.

"Nah sebelah sini aja!" Ujar Angga yang mengarahkan meja di kamarnya untuk disimpan di sudut.

"Pak Angga, saya boleh ikut ke kamar mandi?"

"Apaan sih pak, rumah dakat masa ikut ke kamar mandi."

Kesal rasanya karena masa iya ayahku mau ke kamar mandi, padahal rumah kami bersebelahan.

"Silahkan pak, itu ada di ujung dekat dapur."

Kini aku dan pak Angga berada di dalam kamar, yang masih agak berantakan.

"Maaf!"

Tiba-tiba saja pak Angga mengangkat tangannya karena mengambil benda yang ada di atas lemari, mungkin yang paling berkesan adalah wajahku yang tepat berada di bagian ketiaknya yang basah.

"Apa ini, kenapa semakin basah?" Batinku.

Aku semakin tidak nyaman karena kini wajahku mulai mendekat tepat pada ketiak basah pak Angga. Aromanya membuat aku hilang akal sehat, tapi aku sadar ini sudah salah. Aku harus membersihkan bagian bawahku yang sudah sangat basah.

"Permisi pak Angga, saya harus bantu ibu dulu."

Aku pamit karena jujur saja aku bisa lepas kontrol kalau seperti ini, pada saat keluar kamarnya aku berpapasan dengan ayahku yang baru beres dari kamar mandi.

"Kemana kamu?"

"Pulang, capek ah."

Bukan capek tapi aku semakin gak kuat akan rangsangan yang diberikan oleh pak Angga dengan ketiaknya yang basah.

---

Saat di rumah aku hendak masuk ke kamar, tapi aku risih dengan suara khas peraduan birahi dari kamar mas Bambang. Memang mas Bambang itu tidak tahu kondisi dan situasi, ini masih pagi tapi mereka cuek saja melakukannya kendati di luar ada ibu ataupun bapak.

Aku menuju kamar mandi untuk membersihkan bagian terpenting ku, tapi terdengar suara guyuran air pertanda ada yang sedang mandi. Maka aku ke dapur untuk membantu ibuku yang selalu sibuk.

"Lagi apa Bu?"

"Masak kue, buat tetangga baru."

"Ih ibu, emang udah kenal?"

"Ya sekalian kenalan dong, masa sama tetangga sebelah gak kenalan."

"Bu, siapa sih yang mandi?"

"Baron, lengket katanya udah lari pagi."

"Ohh.."

Tak lama berselang terdengar suara pintu kamar mandi dibuka, mas Baron dengan hanya memakai handuk saja mendekati kami.

"Buat apa Bu?"

"Kue, buat tetangga baru."

"Ajak Tini dong, kan dia suka buat kue juga!"

"Sama kamu dong mas, jangan di kamar terus seharian. Kan kita satu rumah." Sanggahku.

"Kamu ini, iya entar mas suruh bantu ibu."

Tiba-tiba saja mas Baron mencolek ketiaknya dan menepatkan telunjuknya pada hidungku.

"Mas Baron, apa ini bau sekali?"

"Masa masih bau ya? Padahal udah pakai sabun."

Jadi itu aroma ketiaknya, gila emang mas Baron. Mungkin kalau gak pakai deodoran, aroma ketiaknya bisa membius aku setiap hari.

"Biasa juga pakai deodoran mas, ini mana bau kecut gitu."

"Boros May, masa tiap udah mandi pakai deodoran. Pantas aja Tini, jarang nyium ketek aku ya."

"Baron, Baron sudah sana dibaju sana. Pakai deodoran juga baunya udah kecium gini." Ujar ibuku.

"Ah ibu bisa aja, ya udah Baron masuk dulu."

Dalam hatiku berkata ini adalah salah satu hari istimewa, karena selain bisa menikmati aroma ketiak pak Angga, tanpa harus dipinta aku bisa menikmati aroma ketek mas Baron juga. Oh sungguh hari yang istimewa.

My Fetish with Tetangga.Where stories live. Discover now