Episode 5 (Lima)

1.1K 7 0
                                    

Aku yang tidak bisa memejamkan mataku lantas menelepon pacarku.

"Sayang, kamu lagi apa?"

"Baru pulang kerja."

"Hmm... Pasti keteknya bau asem ya?"

"Maya sayang, kalau kamu mau kesini aja."

"Gak ah, kamu tuh pasti minta yang lain."

"Haha.... Gimana ya, kamu itu cantik mana menggoda juga. Aku jadi gak tahan kalau dekat-dekat sama kamu."

"Wus jangan keras-keras nanti kedengaran bapakku!"

"Oh, aku istirahat dulu ya. Masih sepet nih mata."

"Iya met tidur ya."

"Nanti malem aku ke rumah ya."

"Iya."

Karena sudah tidak bisa tidur maka aku keluar kamar dan menemui ibuku, tapi pas keluar kamar semua nampak sepi.

Aku yang panik lantas menuju kamar ibuku, astaga aku melihat ibuku sedang menjilati ketiak pak Angga dan gilanya aku menyaksikan ayahku sendiri ada di samping ibuku sedang terdiam.

"Ahhhhhh." Aku teriak dan itu semua hanya mimpi.

Segera aku keluar kamar dan disana sudah terkirim ibuku sedang menyapu teras.

"Bu, pada kemana?"

"Bapak kamu lagi keluar gak tahu kemana, kalau Baron udah berangkat kerja."

"Mas Bambang?"

"Ah kaya gak tahu aja kamu."

Kesal rasanya sama mas Bambang, setiap hari gituan sama mbak Yuni gak kenal waktu. Tapi aku gak bisa marah, karena mas Bambang merupakan kuli bangunan jadi kerja kalau ada proyek saja. Jadi kalau lagi gak ada kerjaan terus pingin gituan tinggal gas aja istrinya.

Alasan semua kakakku masih satu dengan ibu dan ayah adalah rumah kami yang masih cukup, selain dari itu mereka juga belum cukup uang kalau harus menyewa rumah.

Lantas aku duduk kursi yang ada di teras depan, tiba-tiba saja pak Angga keluar rumah dengan keadaan sangat rapi dengan rambut kelimis.

"Mau kemana pak Angga?"

"Warung, tapi saya gak tahu warungnya sebelah mana."

"Mau saya antar, tapi harus pakai motor."

"Jauh, tapi kalau mau jalan kaki sih gak apa-apa."

"Jalan kaki saja, Maya mau antar saya gak?"

Aku hampiri dia dan kamipun berjalan bersama menuju warung Bu Mimin, cuaca sangat panas sekali siang itu.

"Cuacanya panas sekali ya May?"

"Iya pak, apalagi daerah sini pohonnya dikit."

Pak Angga mengibaskan badannya dan aroma apa ini?

Aku meliriknya dan astaga aku lihat ketiaknya basah dan menimbulkan aroma jantan kesukaanku, aku menelan ludah karena ini seperti durian runtuh saja.

Aku yang tadinya gak mood buat jalan, justru sekarang sangat semangat sekali karena aroma keringat dari ketiak yang jelas tercium olehku benar-benar sangat menggoda.

Sesampainya di warung Bu Mimin aku duduk di bangku kecil yang ada disana.

"May, kamu ambil minuman kelihatannya kamu kehausan."

Ya bukan haus lagi tapi sudah pingin pingsan.

Aku yang sudah kenal sama Bu Mimin masuk ke dalam karena softcase-nya berada agak dalam dari warung.

"Eh Bu Mimin!"

"May, kamu sama siapa sih? Bau gini keteknya sampai kesini, kamu gak risih?"

Rupanya aroma ketek pak Angga bisa tercium oleh Bu Mimin yang jaraknya padahal cukup jauh.

"Gak kok Bu, hidung ibu aja kali yang lagi sensitif."

"Iya kali ya, tapi ini mah asli baunya kerasa banget." Ujarnya sambil berbisik.

Aku lihat pak Angga nampak sudah mendekati kasir untuk membayar belanjaannya.

"Bu ini berapa semuanya?"

"Totalnya jadi Rp 55.000."

"Sama minuman Maya."

"Oh, jadi Rp 60.000."

Pak Angga membayar dan kami berjalan pulang lagi saat matahari terik.

"May, kamu gak risih sama bau badan saya. Biasanya kalau panas gini suka agak gak enak baunya?"

"Gak sih pak biasa aja, kalau saya nyaman-nyaman saja."

Duh pak Angga mana ada aku risih yang ada aku pingin kaya mbak Yuni yang nyium terus jilat ketiaknya, tapi sayang itu cuma khayalan saja.

"Terimakasih sudah mengantar saya."

"Iya pak sama-sama."

Aku masuk ke rumah dengan perasaan penuh bahagia, belum juga aku masuk kamar terlihat kalau mas Alif sedang minum dengan kondisi telanjang dada. Jujur aja tumben juga mas Alif berprilaku seperti itu.

"Mas?"

Dia membalikkan badannya dan mataku terbelalak, aku telan ludah yang tak bisa ditahan lagi.

"Lebatnya." Ucapku dengan nada sangat pelan.

My Fetish with Tetangga.Where stories live. Discover now