☾16☽ What If

345 37 8
                                    

Yunike selesai mengerjakan soal-soal pengantar studi pemerintahan. Dia melirik Silma yang duduk agak jauh darinya, gadis itu masih berkutat dengan lembar jawaban. Tak mau keluar sendirian, Yunike kembali mengecek jawabannya lalu melirik Silma lagi setelah beberapa saat, dan kali ini tatapan mereka bertemu. Yunike langsung memberi kode, dan Silma mengangguk. Mereka pun mengumpulkan jawaban bersamaan.

“Akhirnya kelar juga.” Silma merentangkan kedua tangannya dan menghirup napas dalam-dalam.

“UAS anak kuliahan emang beda ya, gak ada sat sut sat sut minta jawaban.”

“Bener anjir. Hening banget lagi sampe gue mau ambil pulpen jatuh aja deg degan.”

Yunike dan Silma menuruni tangga bersama-sama. Siang itu langit Semarang tampak mendung, tetapi sama sekali tak mengurangi hawa panas yang mereka rasakan.

“Gerah banget kaya lagi di dalam kotak yang ditutup.” Silma mengipasi wajahnya dengan tangan.

“Nyari yang segar-segar yuk?” Ajakan Yunike langsung Silma iyakan.

“Ayo lah. Sekalian aja nyari makan yang enak.” Yunike sepakat.

Silma mengeluarkan kunci motor dari dalam tas lalu memutar-mutarnya sembari berjalan menuju tempat parkir yang berada tepat di sebelah gedung jurusan mereka.

“Kita mau makan dimana Yun?” tanya Silma setelah sampai di samping motornya. Namun begitu ia menoleh ke belakang, ia terkejut karena tak menemukan sosok Yunine. Matanya bergerak cepat menyapu sekitar, dan temannya itu terlihat sedang mengobrol akrab dengan seorang laki-laki.

“Yuni!” Silma berteriak memanggilnya. Beberapa orang yang lewat instan menatapnya.

Yunine menoleh dan melambai. Setelah bicara beberapa kata dengan lelaki berkemeja hitam itu ia berlari menghampiri Silma dengan wajah semringah.

“Jadi makan kan kita?”

“Iya. Mau dimana?”

“Barengan sama temen gue aja yuk?”

“Yang barusan ngobrol sama lo?”

Yunike mengangguk.

“Dia siapa?”

“Erland.”

“Oh. Mas crush rupanya,” ledek Silma. “Boleh deh ayo, gue kepo sama dia.”

“Jangan ngomong apa-apa ya lo entar!” Yunike memberi peringatan sambil melotot padanya.

Silma tak menjawab. Dia melirik ke belakang dan melihat lelaki tadi bersama kedua temannya berjalan ke arah mereka. Rupanya mereka juga memarkirkan motor di tempat parkir jurusannya.

“Gebetan lo anak Geo kan Yun?”

“Iya. Kenapa?”

“Gapapa. Cuma tempat parkir mereka kan lebih luas.” Silma menyunggingkan senyum terpaksa. Soal parkir gadis itu memang terkadang sensitif karena tempat parkir jurusannya agak sempit dan dia sering tidak kebagian. Tak masalah jika yang memenuhi adalah orang-orang dari jurusannya, tetapi Silma kesal kalau melihat orang dari jurusan lain yang memakainya. Yunike pernah terlambat gara-gara tidak kebagian tempat parkir.

“Mungkin karena parkiran di sini lebih deket.” Yunike membalas tak acuh.

Ya, ucapan Yunike ada benarnya. Tak seperti jurusannya, jurusan geografi menempati dua gedung. Yang satu berada di sebelah utara lapangan—dekat dengan parkiran mereka—yang satu lagi di sebelah selatan lapangan—dekat dengan gedung jurusan Yunike dan Silma.

“Ini kita mau kemana?”

Yunike segera menyebutkan tempat yang akan mereka tuju.

☾☽☾☽☾☽

BelamourDonde viven las historias. Descúbrelo ahora