☾03☽ Ordinary Day

736 127 24
                                    

Derik suara kipas angin menyambut pagi Chiara begitu gadis itu membuka mata dan mengerjap pelan. Ia regangkan kedua tangan hingga tak sengaja mengenai Rindu yang masih terlelap di sampingnya.

Chiara bangun sambil menguap dan mengumpulkan nyawanya yang masih tercecer. Kelopak matanya terasa berat sekali. Seharusnya tadi malan dia tidak  mengiyakan ajakan Rindu untuk mengerjakan tugas di Burjo. Alhasil mereka baru pulang tengah malam, dan Chiara baru bisa tidur satu jam setelahnya.

“Rin subuhan dulu Rin.” Chiara menepuk-nepuk tubuh Rindu.

“Ehmm.” Rindu hanya menggumam pelan tanpa membuka kedua matanya.

“Udah jam lima lebih,” kata Chiara setelah mengecek ponsel. Kemudian ia bangkit dan pergi mengambil wudhu. Selesai solat Chiara kembali membangunkan Rindu. Kali ini dengan cara menarik paksa kedua lengan gadis itu.

“Lima menit lagi plis.” Rindu bersiap merebahkan tubuh lagi, tetapi Chiara kembali menariknya.

“Solat dulu baru lanjut tidur lagi.”

Setelah terduduk lama, Rindu pergi juga ke kamar mandi. Sementara Chiara mengecek tugas-tugasnya yang akan ia kumpulkan pagi ini.

“Kamu hari ini gak ada kuliah pagi Rin?” tanya Chiara karena Rindu benar-benar kembali berbaring tepat setelah solat, bahkan masih mengenakan mukena.

“Ada, tapi nanti jam sembilan.”

“Oh.”

Selesai mengecek tugas-tugasnya, Chiara lanjut memasak nasi, beres-beres lalu pergi mandi. Gadis itu ada jadwal kuliah pukul tujuh nanti, karena itulah ia sudah sibuk sejak tadi.

“Rin aku mau beli lauk, kamu mau titip nggak?”

“Nggak.” Rindu menjawab dengan mata masih terpejam.

Meski tahu kalau Rindu bukan tipe orang yang suka sarapan seperti dirinya, Chiara kerap kali bertanya pada Rindu jika dia hendak membeli makan. Barangkali Rindu ingin menitip sesuatu.

Chiara membeli tempe kering dan sayur terong yang masing-masing seharga dua ribu. Dia tak perlu makan banyak, hanya beberapa suap supaya perutnya tidak kosong. Sisa lauknya ia simpan untuk nanti makan siang.

Ketika jam sudah menunjukkan angka 06.45 barulah Chiara berangkat. Letak kosnya berada tepat di belakang fakultasnya, hanya butuh waktu lima menit untuk sampai ke kelasnya lewat pintu khusus yang hanya bisa dilalui oleh para pejalan kaki.

Chiara masuk kelas dan duduk di barisan kedua, di ujung dekat pintu masuk. Ia mengeluarkan tugas yang sudah dikerjakannya lalu mengumpulkannya pada komting.

Tak lama kemudian seorang dosen muda masuk dan memulai perkuliahan production orale pré élémentaire. Chiara sebelumnya tak pernah belajar bahasa Prancis, ia pun tak mengira akan kuliah di jurusan itu. Sebenarnya pilihan pertama dan keduanya adalah sastra mandarin, tapi takdir mempertemukannya dengan sastra Prancis di pilihan ketiga, yang ia pilih secara acak.

Alih-alih nihao, dia malah belajar bonjour yang ternyata dibaca bongzhur dengan huruf r yang tak terlalu terdengar. Artinya pun bukan selamat pagi, melainkan sapaan umum mau itu pagi, siang atau sore, pokoknya selama matahari belum terbenam. Jika sudah malam atau matahari sudah tenggelam maka sapaannya menggunakan bonsoir atau yang dibaca bongsoar.

BelamourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang