☾02☽ When We First Met

987 135 34
                                    

Setiap Rabu malam, para anggota Mapala akan berkumpul di ruang sekre atau yang biasa disebut basecamp oleh mereka. Terkadang ada jadwal latihan di sore hari, lalu malamnya lanjut masak-masak dan makan bersama. Agenda ini sudah ada sejak lama. Rabuan, begitulah mereka menyebutnya. Malam ini adalah rabuan pertama untuk kebanyakan anak-anak baru seperti Erland. Beberapa diantaranya ada yang sudah ikut rabuan karena mendaftar sejak awal.

"Lo beneran daftar Yun? Gue kira cuma bercanda," ujar Erland pada seorang gadis berambut panjang yang kini duduk di sampingnya.

"Jadi lah," jawabnya santai. Dia adalah Yunike, teman satu SMA Erland sama seperti Chiara, bedanya mereka sudah dekat sejak dulu. Bahasa kekiniannya, teman satu circle.

Sebenarnya Erland dan teman satu circle-nya yang berjumlah tujuh orang itu mendaftar kuliah di kampus yang sama, tapi pada akhirnya hanya Erland dan Yunike yang kuliah di sana. Ada yang tidak jadi karena tidak lulus seleksi, ada juga yang pada akhirnya memilih kampus lain yang lebih bagus.

"Tapi gue juga mau daftar Hima," sambung Yunike setelah beberapa saat.

"Gak akan capek emang?"

"Gak tau, tapi kating gue juga ada yang ikut lebih dari satu organisasi dan aman-aman aja kelihatannya."

"Yaudah semangat." Suara datar Erland sama sekali tak seperti orang yang sedang memberi semangat, tapi Yunike sudah sangat maklum dengan sifat lelaki itu.

Seperti menghadari acara lainnya untuk yang pertama kali, mereka mengawali agenda malam itu dengan perkenalan, dilanjut mengobrol seputar Mapala, main kartu, makan, main kartu lagi—ada juga yang mengobrol—pengumuman jadwal latihan rutin untuk ke depannya, lalu pulang.

Jarum jam sudah menunjukkan angka setengah sebelas ketika Erland sampai di kos-kosannya. Banyak lampu kamar yang masih menyala, kebanyakan sedang mengerjakan tugas kuliah, termasuk kamar Samudra yang ada di lantai dua.

"Udah balik lo?" tanya Samudra ketika Elang masuk ke dalam kamarnya yang dibiarkan terbuka.

"Jadi futsalan tadi?"

"Jadi."

"Sepupu lo jadi ikut?"

"Ehm."

"Kalau Chiara?" tanya Erland hati-hati. Untunglah Samudra tak mencurigai apa pun karena terlalu fokus menulis laporan praktikum.

"Ikut."

"Kapan mau futsalan lagi?" Pertanyaan Erland membuat Samudra berhenti menulis dan spontan menoleh ke arahnya dengan dahi mengernyit.

"Tumben?"

"Lain kali gue ikut deh."

"Apaan nih lo mendadak pengen futsalan. Biasa juga harus dipaksa dulu."

"Pengen aja," jawab Erland dengan nada cuek. Lalu bergegas ke kamarnya yang ada di sebelah. Sama seperti Samudra, ia juga mulai mengerjakan laporan praktikumnya sambil memutar lagu Dewa19 di ponselnya.

Sejak masuk kuliah jam tidurnya jadi berantakan. Erland jadi sering begadang, padahal dulu jam 10 saja dia sudah terlelap. Kalau ada pertandingan sepak bola yang biasanya tayang tengah malam pun dia akan lebih memilih menonton siaran ulang keesokan harinya. Intinya Erland bukan night person.

BelamourWhere stories live. Discover now