Bab : 16

1.4K 115 32
                                    


SING berfikir kehilangan ibunya akan menjadi hal terakhir yang begitu buruk dalam kehidupan nya. Namun nyatanya itu bukan lah satu-satu kejadian yang membuat dunianya runtuh.

Kini dirinya hanya dapat terpaku diam pada hadapan pintu ruang operasi yang tengah melakukan tugasnya di dalam sana. Zayyan-nya baru saja di bawa masuk kedalam, dan dirinya di minta untuk menunggu, iris-gelapnya menatap kosong pada kedua telapak tangan nya yang kini terbuka lebar, darah Zayyan masih tertinggal disana dan itu semakin membuat perasaan sesak itu membebani nya.

Tubuh besarnya kini jatuh merosot pada lantai, menyandarkan punggung tegap yang kini begitu rapuh itu pada dinding rumah sakit yang dingin, sedangkan kepalanya ia tundukkan dengan dalam tak ingin ada orang yang melihat dirinya yang menangis dalam kebisuan, meski kedua bahu yang selalu tegar dan kokoh itu kini terlihat tengah bergetar pelan.

Sampai suara ponsel nya yang berbunyi mengalihkan fokusnya, dengan jemari yang bergetar itu Sing membuka ponsel nya untuk melihat siapa yang tengah menghubungi nya saat ini

— bibi Lee —

Tertera dengan jelas disana dan semakin membuat perasaan nya terasa begitu berat, bagaimana dirinya harus menyampaikan ini pada ibu dari kekasih kecilnya?

"Sing?...... "

Hening melanda, Sing masih belum sanggup untuk membuka mulutnya. Hanya keheningan yang melanda beberapa detik itu hingga suara halus bibi Lee kembali terdengar

"Nak, terimakasih sudah menemukan Zayyan ya... "

"Bibi— Tetapi Zayyan. "

"Aku tau, Wain sudah menjelaskan semuanya beberapa waktu lalu. Dirinya juga berkata bahwa kamu tengah menunggui Zayyan di rumah sakit. "

"Bibi maaf..... "

"Kenapa Sing? "

"Maaf karena aku begitu tidak becus menjaga Zayyan. Maaf karena aku bahkan tidak bisa melindunginya sedikit pun. Bibi aku minta maaf untuk semua hal yang telah terjadi"

Isakan kecil kini lolos dari celah bibirnya, dan bibi Lee mendengar hal itu dari sambungan telfon yang masih terhubung.

"Sing, bibi sedikit pun tidak menyalahkan mu, justru bibi bersyukur bahwa Zayyan di cintai oleh orang setulus dirimu Sing..... "

"Aku bukan orang baik bibi, andai bibi tahu pada awalnya aku hanya ingin bermain-main dengan Zayyan.... "

"Tak apa nak. Tidak apa sungguh, bibi tetap menerima mu sekarang karena segala ketulusan serta usaha mu untuk menemukan Zayyan, bibi benar-benar berterimakasih untuk itu, jadi Sing jangan menyalahkan dirimu untuk apa yang terjadi kepada Zayyan saat ini, karena mungkin ini sudah jalan kehidupan nya, kamu tidak bersalah.... "

Ah Sing mengerti dari mana sikap lembut dan begitu baik hatinya seorang Zayyan, itu turun dari ibunya, dan itu semakin membuat dada nya terasa di tekan dengan berat, tanpa bisa dirinya tahan. Sing menangis dengan terisak membiarkan bibi Lee mendengarkan tangisnya yang begitu menyesakkan sekarang. Seseorang yang bahkan tidak pernah menangis selama ini meski banyak hal telah dirinya lalui kini runtuh begitu saja hanya karena ucapan lembut dari ibu sang kekasih yang justru kini tengah menenangkan nya.

Seandainya Sing dapat memutar waktu, dirinya akan dengan rela menjadi pelindung untuk Zayyan ketika timah panas itu melesat ke arah mereka.

"Bersihkan dirimu dulu" Ujar Wain pada akhirnya setelah hanya ada keheningan di antara mereka berdua yang masih setia menunggu di hadapan pintu ruang oprasi yang masih menampilkan lampu merah itu

FLOWER [ SingZay ] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang