Bab : 17

982 91 7
                                    

"Kenapa kamu begitu saja menerima ku? Bagaimana jika aku adalah seseorang yang buruk pada akhirnya? " Sing bertanya dengan tatapan dalam yang terarah pada iris-madu itu, sedangkan si manis kini nampak terlihat berfikir sejenak

"Emm? Apa aku harus menjawabnya. "

"Tentu saja, aku ingin tau bagaimana aku dalam pandangan mu. "

Zayyan terkekeh melihat kilatan keinginan tahuan pada wajah Sing, ia berdehem sejenak, menaruh buku dalam genggaman nya pada meja lalu kini menatap kepada si tampan yang senantiasa menunggu jawaban nya

"Kamu tahu Sing? Aku berfikir kamu adalah orang paling menyebalkan yang pernah aku temui, kamu pasti ingat bukan awal kita bertemu? Kamu terlihat begitu angkuh dan sombong, tetapi ketika aku menemukan mu dalam ke adaan terluka, aku merasa bahwa jauh di dalam dirimu kamu adalah orang baik, hanya. . . . Kamu terlihat kesepian dalam beberapa waktu. "

Zayyan menghentikan sejenak ucapan nya, mata lembut itu kini memandang Sing dengan penuh ketulusan

"Aku pikir menjalani hari-hari berada di sekitar mu tak begitu buruk, sampai ketika kita bermain bersama di panti asuhan aku sadar bahwa aku mencintaimu, itu klise tapi aku menyukai nya, seperti sebuah bunga lily yang melambangkan cinta yang tulus tanpa memandang apapun itu, ku pikir perasaan ku terhadap mu seperti itu. Jadi entah bagaimana kita berakhir nanti yang aku pikir kan hanya lah waktu kini yang tak ingin aku sia sia kan, aku tidak menyesal sedikit pun jatuh cinta padamu dalam waktu singkat. "

Sing tersenyum mengingat percakapan singkat di kala sore hari pada perpustakaan sekolah hari itu, sebuah hal sederhana yang semakin membuat nya jatuh cinta pada si manis dengan begitu mudah nya.

Sebuah bucket bunga lily tergenggam pada tangan nya, ia menghirup sejenak aroma yang menguar pada bunga itu, sebelum meletakkannya pada meja nakas tepat di sisi ranjang dimana cinta nya masih memejamkan mata dengan damai.

Beberapa alat-alat penunjang kehidupan tertempel pada tubuh kecil itu, menghadirkan sebuah senyum getir pada Sing kala melihat Zayyan yang begitu rapuh dalam tidur nya

"Hai, bagaimana hari mu? Aku membawakan bunga. Bukan kah kamu bilang kamu sangat menyukai bunga? Dan kamu berkata bahwa cinta mu kepada ku seperti bunga lily, yah akupun begitu, kamu suka tidak? " Ia berbicara dengan begitu lembut pada si manis meski tak mendapatkan respon apapun. Sing kini sudah mendudukkan dirinya pada sisi ranjang rawat Zayyan, ia menggenggam tangan yang terkulai itu dengan erat di sertai kecupan penuh kasih dan rasa rindu yang ia bubuhi pada tangan kecil itu

"Aku merindukan mu. "

"Setiap waktu. Kamu tahu bagaimana rasanya aku berharap bahwa setiap aku terbangun ini semua hanya mimpi. Seandainya memang seperti itu aku tak akan terus merasakan sesak setiap kali memandangi mu yang hanya dapat terbaring damai di atas ranjang ini"

"Zayyan, aku rindu suara lembut mu, aku rindu tatapan hangat mu, aku rindu senyum manis mu. Ah lebih tepatnya aku rindu semua yang ada pada dirimu."

"Sebentar lagi tahun akan berganti, apa kamu tak ingin bermain salju dengan ku lagi? Atau sekedar menikmati pemandangan malam tahun baru dengan tangan yang saling menggenggam di bawah kerlap kerlip lampu cantik pada setiap jalanan kota. "

Iris-gelap itu terlihat meredup, pancaran kesedihan terlihat jelas pada tatapan yang dulu hanya menampilkan keangkuhan serta kesombongan itu. Nyatanya Sing kini merasakan bagaimana perasaan sesak yang mirip seperti sang ayah

Tetapi Zayyan nya masih memiliki harapan, dan itu adalah satu-satunya hal yang ia pegang teguh untuk tetap baik-baik saja sejauh ini, berusaha dengan keras untuk membuat mata cantik itu kembali terbuka dan memandang nya kembali.

FLOWER [ SingZay ] EndWhere stories live. Discover now