Bab : 19

1K 76 12
                                    

SING tak bisa menutupi tatapan penuh cinta dan rindu itu di balik matanya yang memancarkan kehangatan, ia bahkan tak beranjak sedikitpun dari duduk nya tepat di sisi ranjang kekasih manisnya

Sedangkan Zayyan kini tengah menerima suapan buah melon manis nan empuk dari sang ibunda

"Mau sampai kapan kamu memandangi anak ku seperti itu Sing? Kamu bahkan hanya duduk di sana selama tiga puluh menit tanpa bicara apapun? " Bibi Lee menegurnya dengan kekehan jenaka, membuat pemuda tampan itu tersadar dan kini hanya dapat tersenyum canggung

"Kamu tidak merindukan ku? " Si manis bertanya dengan lembut, sebuah senyum tipis hadir di sana, mau tak mau mengundang senyuman balasan yang Sing berikan

Sebenarnya Sing tengah memikirkan kondisi Zayyan sejak kekasih nya sadar, mengapa Zayyan bersikap begitu biasa saja? Padahal saa itu dokter menyatakan bahwa Zayyan koma akibat rasa trauma yang membuat nya mengunci kesadarannya, tetapi mengapa kekasihnya bisa langsung tersenyum lebar pada orang-orang yang datang?

Sedangkan Zayyan yang sepertinya cukup paham dengan raut wajah Sing hanya dapat menggenggam tangan hangat kekasih tampan nya itu, memancarkan ketenangan dari bola mata jernih yang kini menatap Sing dengan lembut

"Sepertinya ibu harus membiarkan kalian berdua untuk berbicara, kamu belum membahas banyak hal dengan Zayyan setelah dia sadar kan Sing. ? " Bibi Lee memberikan sebuah senyum penuh pengertian menatap kepada sepasang kekasih itu, Sing tersenyum tipis mendengarnya

Wanita yang melahirkan Zayyan itu sejenak membersihkan sisa dari buah melon tadi, lalu memberikan usapan sayang kepada kepala putra manisnya sebelum berlalu pergi dari sana meninggalkan keduanya dalam keheningan

"Jadi. . . "

"Apa kamu baik-baik saja Love?. "

Sing memutus ucapan nya begitu saja, membuat Zayyan kini terdiam mendengar pertanyaan Sing yang tiba-tiba itu

Mata keduanya saling menyelami seolah mengantarkan makna masing-masing disana, sampai akhirnya sebuah senyuman menenangkan hadir pada bibir manis Zayyan

"Aku baik-baik saja, jangan khawatir. Meski masih sulit untuk bergerak karena rasa nyeri yang tersisa serta tubuh ku yang menjadi sedikit kaku tetapi aku baik-baik saja. "

"Bukan fisik mu sayang. Tetapi perasaan mu setelah tersadar"

Kalimat sederhana itu berhasil membuat Zayyan terdiam kembali, senyum nya memudar, mata bulat yang masih lah terlihat lelah itu kini kembali menatap lurus kepada Sing yang senantiasa menunggu jawaban nya

"Sakit? Tentu aku sakit Sing." Si manis bergumam lirih, nada suara itu perlahan terdengar berubah

"Aku ketakutan kala itu, terkurung pada sebuah tempat yang aku sendiri pun tak tahu dimana. Sunyi, kesepian, ketakutan, dan di belenggu lah yang menjadi pengisi waktu ku. Leo bahkan mencoba menyentuhku." Zayyan memejamkan matanya sejenak, mencoba menekan perasaan sesak yang hampir meluap secara spontan. Sedangkan Sing mendengarkan dalam kebisuan, meski rahang tegas itu terlihat mengeras mengisyaratkan bagaimana emosinya yang kembali tertarik kepermukaan

"Hari itu aku memukul nya dengan vas bunga. Ia berdarah dengan hebat aku takut aku akan menjadi pembunuh Sing, tapi tubuhku dengan spontan tetap berlari menjauh menghindari Leo yang nyatanya tidak tumbang sedikit pun. Aku berusaha menerobos hutan asing di malam hari tanpa pencahayaan, terus berlari meski kaki kaki ku terluka akibat goresan ranting dan bebatuan yang ku pikirkan hanya lari sejauh mungkin dari jangkauan Leo. Kamu tau Sing? Aku berfikir Tuhan masih menyayangi ku ketika aku berhasil bertemu kembali dengan mu. Tetapi ketika timas panas itu terasa merobek jantung ku aku berfikir bahwa rasanya aku melayang jauh entah kemana. Aku terkurung dengan semua rasa takut itu. Aku hanya ingin hidup dengan tenang, aku hanya ingin bahagia..... Aku takut jika aku kembali aku hanya akan terus membawa kesialan untuk orang-orang di sekitar ku, ibu ku. Teman ku. Dan kamu.... "

FLOWER [ SingZay ] EndWhere stories live. Discover now