Jika Tanpamu

139 12 0
                                    

28 Desember 2023



















****

Park Jaechan mengamati sekeliling, jam di pergelangan tangannya menunjukkan hampir jam sebelas malam. Dan normalnya, dia sudah akan berada di rumah, berbalut selimut tebal guna menghalau dinginnya malam natal. Normalnya, dia akan menghabiskan malam natal dengan menonton film Home Alone, film masa kecil yang tidak pernah ia lewatkan setiap tahun entah itu sendiri atau ketika dia bersama "seseorang". Menghabiskan waktu dengan menertawakan kelucuan film sekalipun telah berulang kali dia tonton.

Normalnya akan seperti itu, tapi kali ini Jaechan memilih untuk tidak melakukan kebiasannya dan berakhir di taman yang tidak jauh dari apertemennya, menengadah menatap tetesan demi tetesan salju yang berjatuhan menyentuh ujung hoodienya.
Jarchan enggan beranjak sekalipun hidungnya dingin bahkan telah memerah karena sudah hampir setengah jam membiarkan dirinya di bawah guyuran salju, matanya terpejam sejenak sebelum terbuka dan diikuti oleh tetesan-tetesan kristal bening dari setiap sudut matanya. Tetesan itu kian menjadi setiap kali denyutan menyakitkan terasa di dadanya hingga membuat sebuah isakkan lolos dari bibirnya.

Isakan pelan itu kian menjadi hingga dadanya terasa sesak, sesuatu dalam dirinya menjerit hingga hatinya terasa kian sakit.

"Jae-ah, lihat. Salju tahun indah bukan?"

"Salju kali ini indah karena aku bersama kau Jae-ah"

Isakan itu kian menjadi saat sekelebat kenangan berlari dalam benaknya.

"Jae-ah, ini natal pertama kita"

"Selamat natal Jae-ah. Selamat natal Park Jaechan ku, aku mencintaimu"

Dadanya di pukul kuat, berharap dapat meredakan sedikit saja rasa sakit yang kian menyiksa, alunan isakan daru bibirnya berbaur dengan kembang api yang mulai menghiasi langit malam.

"Jae-ah. Malam ini akan ada kembang api di pusat kota. Haruskah kita pergi ke sana?"

"Jae-ah... Selamat natal. Ini natal kedua kita"

"Ku harap kita akan terus merayakan natal yang ketiga, keempat dan seribu natal berikutnya"

"Aku tidak akan pernah membiarkanmu merayakan natal sendiri"

Pembohong....

Bibir itu terus merapalkan kata itu, sosok itu adalah pembohong.

Sosok itu tidak memegang janjinya, sosok itu justru memilih pergi meninggalkannya tepat di natal ke tiga mereka.

"Pembohong. Kau benar-benar pembohong"


Air mata itu terus mengalir tanpa berniat di cegah.

"Harusnya.... Harusnya kau membawa ku saja. Harusnya kau tidak meninggalkan ku sendiri seperti janjimu"

"Bodoh, Park Seoham bodoh. Aku membencimu"

"Ya... Aku membencimu"

Park Jaechan membiarkan tubuhnya jatuh tertidur, membiarkan tubuhnya dibalut tetesan salju yang kian deras.

Tubuhnya dingin, hatinyapun dingin.

Bibirnya menggoreskan sepenggal kalimat sebelum matanya terpejam karena lelah.

"Aku membencimu.... "

"Park Seoham... Aku....
































































" Mencintaimu... Aku... Akan menemuimu. Sebentar lagi"

.
.
.
.
.
.
.

Aroma krisan menguar diantara dua nisan yang berdampingan, berbaur dengan aroma pekat kesedihan di mata beberapa orang.

Kehilangan memang tidak bisa dicegah, itu adalah surat takdir yang tidak seorangpun tau. Dan bagi Jaechan, kehilangan Park Seoham membuat kehilangan hidupnya.

"Bagi Park Jaechan, Seoham adalah hidupnya"

"Dan begitu juga Seoham, Park Jaechan adalah hidupnya"

"Jika salah satu tidak ada, maka yang satu akan ikut menghilang"























****

Fix ini ngacoooooo, gk tau ini apa 🤔🤔🤣🤣

Fe ❤

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 11 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Oneshoot SuamchanWhere stories live. Discover now