Life : 01

5.7K 359 113
                                    

Kalau menurut KBBI, nikah atau pernikahan itu sebuah ikatan atau akad perkawinan yang dilakukan menurut ketentuan hukum dan agama, yang artinya lagi, ini adalah kehidupan baru sebagai pasangan suami istri tanpa melanggar ajaran agama. Secara teoritis mungkin memang itu arti nikah atau pernikahan. Tapi apa yang sebanar-benarnya arti dari pernikahan?

Soal perubahan status lajang jadi kawin kah? Kehidupan setelah itu kah? Tanggungjawab baru kah? Atau apa?

Tidak pernah terbayang, malah rasanya ini nih agak-agak di luar angkasa waktu Sang Kepala Keluarga yang beranggotakan empat orang ini mengatakan kalau ia yang selaku anak bungsu harus menikah. Di luar nalar banget!

Masalahnya... ia masih mengemban pendidikan di universitas. Lulus S1 pun belum, baru naik semester empat pula. Usianya bahkan blum genap 20 tahun. Tapi ya itu tadi, di luar nalar. Abian Bagaskara ini diharuskan menikah, yang bahkan ya, bahkan Abian sendiri tidak tau siapa yang akan ia nikahi! Benar-benar di luar nalar!

Sungguh.

Abian pikir ayahnya ini amat absurd. SANGAT!

Ia ingat sore hari waktu itu, sudah agak lama memang, sekitar dua bulan lalu lah, pokoknya sore-sore Abian baru pulang kuliah, sudah mah lelah, muka kucel bekas motoran di jalan raya padat polusi, inginnya kan sampai rumah pasti rebahan sejenak, eh ini malah diajak ngobrol ayahnya dulu. Awalnya Abian masih berpikir positif kalau ayahnya mungkin mau membicarakan soal kuliah, bayaran atau segala macamnya, tapi ya itu, bukan sama sekali.

Ingat benar kata-kata ayahnya waktu itu:

"Kamu nikah aja lah, sama anak temen Ayah."

Enteng. Enteng banget nyuruh anaknya nikah! Seakan nikah ini hal paling sepele di kehidupan. Padahal kan tidak. Ini nyuruh nikah sudah seperti nyuruh beli gula ke warung. Enteng banget!

Ini yang selalu jadi pertanyaan di benak Abian, nikah nih apa? Memangnya bisa segampang itu?

Abian tidak menolak, tapi tidak menerima juga, malah bertanya-tanya. Kok bisa? Ini ayahnya kesambet apa? Begitu-gitu. Karena amat tiba-tiba. Kalau ibunya, ya ibunya setuju saja, malah tidak ada penolakan atau membantah sama sekali. Mengikut apa kata Sang Kepala Keluarga.

Memang sih ayahnya Abian mungkin terlihat absurd, tapi di keluarga besar beliau ini amat disegani, terutama oleh istri dan anak-anaknya.

Dan harus digaris bawahi lagi, Abian tidak menolak tapi tidak juga menerima. Ayahnya menyuruh menikah, Abian selaku anak ya sudah saja. Pun titah tersebut keluar dari mulut ayahnya, bukan candaan pula, jadi Abian menurut saja.

Dua bulan berlalu dari kejadian absurd sore hari itu. Acara pernikahannya sebentar lagi, tapi sampai saat ini Abian masih belum tau siapa yang akan ia nikahi, siapa yang akan menjadi pasangannya ini. Tiap ia tanya pada keluarga, jawabannya selalu, "Ada lah, anak temen Ayah. Mapan." begitu saja.

Abian tidak peduli dengan mapan dan embel-embel lainnya, cuma ingin tau siapa. Siapa sih anak teman ayahnya ini? Tapi tidak pernah dapat jawaban, akhirnya lelah sendiri mau nanyanya lagi, jadi yasudah lah diam saja. Menjalani hari-hari seperti biasa seakan tidak terjadi apa-apa.

Kuliah, main, kerja kelompok, nugas, nongkrong dengan teman-teman. Semua seperti biasa, selayaknya tidak ada recana pernikahan ini. Oh jelas lah, soal nikah ini Abian tidak bilang teman-temannya. Untuk apa? Malu juga. Abian kan masih semester empat juga, aneh saja kalau tiba-tiba cerita, "Eh, aslinya gue mau nikah loh." Apa gak bikin geger satu tongkrongan? Jadi Abian diam saja.

Lagipula, kan memang belum tau juga siapa pasangannya. Tidak perlu lah diumbar-umbar. Privasi masing-masing saja. Pun mungkin setelah menikah nanti Abian tetap ingin merahasiakan hal konyol ini.

Imperfection (BL 18+) [COMPLETE]Where stories live. Discover now