Life : 18

2.3K 270 84
                                    

Tepatnya, 21 tahun kurang sehari, waktu akhirnya Abian memutuskan untuk naik satu level dalam hubungan pernikahannya. Tristan kira mereka bisa tunggu sampai minggu depannya lagi saja, tapi ternyata ingin hadiah diberikan di muka.

Tidak ada kopi, pagi-pagi tadi Tristan hanya sekadar minum air mineral saja, buah yang dikonsumsi juga lebih banyak dari hari-hari sebelumnya. Abian pun sama, cemilanmya berubah jadi buah-buahan. Yaa kan, mereka ingin kesan pertama untuk senggama nanti tuh bagus, menyenangkan dan yang paling penting, memuaskan.

Meski yang dicari dari senggama bukan sekadar puasnya saja sih.

Kalau ditanya gugup tau tidak yaa Abian gugup, tapi ingin, excited sendiri tapi ya gugup. Tristan juga mungkin sama, hanya pembawaan Tristan lebih santai saja, tidak seperti Abian yang memperlihatkannya.

"Tangan aku sampe dingin loh. Nih." Abian tangkupkan tangannya di pipi Tristan, "Iya kan?" memberi tau kalau tangannya ini dingin sekali.

"Kamu gugup banget itu."

"Iya. Deg-degan juga tuh." tapi meski begitu ekspresi Abian jauh dari keadaan fisiknya. Ia tersenyum, menunjukan gigi-giginya, memperlihatkan pada Tristan kalau Abian senang dan tidak sabar. "Kak Tristan gak deg-degan emangnya?"

"Deg-degan kok." katanya, seraya mendekat mengecupi Abian seperti biasa, kening, pipi kanan kiri, dagu, hidung dan tambah yang terakhir bibir. Tidak seperti dulu yang hanya sekadar menempel saja, kini Tristan bebas melumatnya.

"Aku gak salah kan ya? Maksud aku, seks di umur segini. Aku sama suami aku kok. Udah sah."

"Ya ampun, kamu kepikiran sampe sana?"

"Pikiran aku kemana-mana Kaak~"

Tristan agak terkekeh, ia kecup lagi kening Abian sekali. "Kamu gugup itu."

"Banget! Aku sampe mikir kayak.. Ibu sama Kak Afan bakal kepikiran soal ini gak ya? Soal seks aku sama Kak Tristan ini. Kayak, kok malu ya aku mikirinnya?"

"Astaga Bian.."

"Kepikiran Kak. Aku gak mau mikirin ini cuma yaa kepikiran gitu.."

Dalam-dalam Tristan tarik napasnya, ia paham Abian gugup cuma tidak menyangka gugupnya jadi kemana-mana. "Ya udahlah, nanti juga lupa kali."

"Iya.."

Sekali lagi Tristan kecup kening Abian, rasanya senang sekali bisa mengecupi Abian sesekali seperti ini. "Ayah kamu mau pensiun katanya. Lebih awal gitu." sambil Tristan coba alihkan gugupnya ke hal yang lain dulu. "Ayah bilang kamu gak?"

Abian sekadar angkat bahu.

Euh. Kalau melihat ekspresi Abian begini rasanya Tristan tau apa yang terjadi. "Bian.. kamu masih diem-dieman sama Ayah?"

"Gak tau deh.." Abian malah buang muka, yang makin bikin Tristan sadar kalau Abian dan ayahnya memang ada apa-apa.

"Udah lama loh Bi, kita aja udah bisa baik-baik begini, masa malah kamu sama ayah yang diem-dieman?"

"Ayah yang diemin aku kok, bukan aku. Lagian, kok Kak Tristan malah bahas ini sekarang? Kayak gak ada waktu lain."

Ya benar. Niat Tristan tadi mengalihkan rasa gugup Abian, tapi ternyata topik yang diambil salah juga. "Iya, iya.. maaf. Nanti lagi deh kita bahasnya."

"Hmm."

"Maaf, Bi."

Abian tidak menjawab, tidak merengut atau apa, sekadar menunduk. Gugupnya mungkin benar hilang sejenak tapi perasaannya jadi tidak enak mengingat memang tidak pernah ada komuniskasi apa-apa lagi dengan Sang Ayah sejak insiden tamparan melayang malam itu.

Imperfection (BL 18+) [COMPLETE]Onde histórias criam vida. Descubra agora