Life : 25

2.9K 222 143
                                    

"Bi, Bian.. bangun yuk?"

"Masih ngantuk Kak.."

"Udah jam tiga lewat loh."

"Baru jam tiga lewat.." katanya makin lemas, seraya menarik bantal makin erat, menolak bangun tidur sore ini.

"Baby.."

Tidak Abian gubris sama sekali, mau dipanggil apapun tidak ia gubris. Buat Tristan juga akhirnya menyerah. Membiarkan Abian melanjutkan tidur siangnya, sementara Tristan kembali keluar kamar. Paling nanti Abain yang protes tidak dibangunkan. Padahal sudah.

Sebenarnya sampai umur segini pun, Abian masih belum tau arti pernikahan yang sesungguhnya tuh apa? Kalau menurut KBBI atau google ya gitu-gitu saja kan? Cuma secara kenyataannya ini, tidak benar-benar Abian pahami.

Pernikahannya bisa dibilang jauh dari kata sempurna, ya karena mereka sepasang laki-laki salah satunya, tapi dibilang tidak sempuran juga... tidak. Malah Abian ini, mungkin Tristan juga, mereka justru menemukan kesempurnaan di ketidaksempurnaan. Bahasa gaulnya sih gitu kira-kira. Tapi ya benar begitu.

Senangnya ada, lucunya ada, gemasnya ada, sedih-sedih dan masalahnya juga ada, namanya juga rumah tangga, malah hambar kalau tidak ada banyak rasa. Komunikasi buat mereka masih jadi andalan sebuah hubungan, kayaknya sekarang justru kalau tidak dikomunikasikan malah terasa jadi ada beban, jadi apa-apa dibicarakan berdua, cari solusi sama-sama, kan ini rumah tangga mereka. Bukan orang lain. Kalau butuh bantuan atau pencerahan orang lain yaa baru minta tolong.

Semakin bertambah usia Abian sebenarnya makin sedikit pula masalah sepele yang menyapa. Abian juga makin dewasa kok, Tristan melihatmya begitu. Jadi memang jarang sekali mereka membicarakan soal masalah, mau kecil atau besar, karena sebelum datang masalah, mereka sudah meminimalisir duluan. Tapi ya tetap ada, tidak mungkin tidak. Kan masalah tuh, kadang datang dengan pertanda, kadang tiba-tiba. Ya gas saja lah, nanti juga berlalu entah cepat atau lambat.

"Kaakkk??"

Nah, mungkin itu protesnya.

"Iyaa?"

"Babyyyy!"

"Iyaa, sebentar Bi. Aku masih nyiapin makan nih, kamu sini aja."

"Gak bisaaa!"

Tristan refleks menoleh, keningnya mengernyit. Kenapa gak bisa, pikirnya.

"Tolongiiiin~!"

Oke, yang itu langsung buat Tristan ambil keputusan mematikan kompor dan meninggalkan dapur. Langkahnya cepat-cepat ke kamar, mencari tau ada apa- "Astaga, Bian! Kamu ngapain?!"

"Tolongiiin~"

"Kok bisa jatoh?"

Ya bisa.. malu juga mau mengakuinya. Abian baru bangun masih mengumpulkan nyawa. Tapi bukannya langsung duduk malah guling-guling di kasur sampai terbelit selimut dan, jatuh lah.. kakinya tersisa di atas kasur, kepalanya sudah rebahan.

Untuk yang satu ini memang... Tristan agak sulit melihat dewasanya Abian di belah mana. Karena kalau sudah di rumah atau hanya berdua Tristan ya.. yaa... begini. Maksudnya- gimana ya? Bukan manja, bukan kekanakan.. ya.. yaa... begini. Begini lah pokoknya.

"Sakit gak?"

"Nggak sih.." malu aja. "Maaf."

"Kamu hati-hati dong, untung bawahnya ada bantal. Kalo urat leher kamu ketarik atau malah kejepit gitu gimana?"

"Hmm.." diceramahi deh, "Maaf Kak."

Tristan juga tidak bisa yang gimana-gimana, mau dimarahi juga pasti Abian sudah tau salahnya dimana. "Keluar yuk. Aku mau lanjut masak dulu."

Imperfection (BL 18+) [COMPLETE]Where stories live. Discover now