Life : 02

2.5K 309 76
                                    

Saat akad semuanya mengenakan pakaian serba putih. Untuk pengantin gak dirias sedikit agar tidak terlihat pucat. Abian sudah datang dari jam sepuluh tadi, walau acaranya baru akan dimulai jam empat nanti sore, untuk akad. Resepsinya baru akan terlaksana jam tujuh malam.

Ruang tempat Abian serta kekuarganya bersiap dibedakan dengan keluarga Tristan, dibedakan pula ruang untuk laki-laki dan perempuan. Abian ada di ruang tersendiri untuk siap-siap sebagai pengantin hari ini. Tapi di ruangan ini pun gabut, agaknya Abian datang terlalu pagi. Kalau perempuan sih harus makeup, jadi datang pagi pun tidak masalah, karena memang butuh waktu banyak. Abian kan hanya tinggal memakai jas, rias-rias tipis lalu selesai. Sisanya? Ya gabut.

Sesekali Abian datang ke ruang ganti laki-laki, merecoki ayah juga kakaknya, lalu ke ruang ganti perempuan menyusul ibu juga sepupu-sepupunya. Di sana juga ternyata hanya diam, akhirnya keluar lagi, duduk-duduk ngaso di sofa depan ruang ganti. Memperhatikan orang-orang berlalu-lalang.

Banyak yang keluar masuk ke ruang khusus keluarga Tristan, tidak Abian kenal, mungkin saudara? Entah lah. Abian hanya memperhatikan saking gabutnya. Sambil pikirannya mengawang-ngawang, ini beneran nikah nih?

Ya habisnya, memang masih di luar akal sehat Abian kalau hari ini, tepatnya sore hari ini ia akan dipinang, akan jadi suami orang, status di KTPnya bukan lagi Belum Kawin tapi berganti Kawin. Padahal Abian masih 20 tahun kan. Benar-benar di luar nalar.

Mana sampai detik ini Abian belum tau siapa si Tristan-Tristan ini. Orangnya seperti apa Abian tidak tau. Tadi memang sempat Abian bertemu orangtua Tristan, tapi katanya,

"Tristan masih belum dateng, ada yang harus diurus dulu katanya."

Memang nikahnya ini seperti sedang main ibu-ibuan jaman masih SD dulu. Sudah hari H saja masih santai mengurus yang lain, waktu itu dinner bareng pun orangnya gak nongol sama sekali. Kan lucu, tidak ada PDKT, tidak ada bertemu tatap muka dulu, tiba-tiba akad dan resmi jadi sepasang suami. Haaahh...

Mau protes juga protes apaan? Kalau mau protes sih dari pertama saja harusnya. Kan dulu waktu ayahnya menyuruh nikah, Abian juga diam saja, tidak protes atau apa. Masa sekarang yang tinggal hitungan jam mau protes? Telat lah. Yang ada malah bikin masalah.

Abian ini bukan menyesal sudah iya-iya manut apa kata orangtua. Tidak. Hanya mempertanyakan, siapa sih Tristan ini? Sesibuk apa memangnya sampai buat bertemu sulit sekali. Bahkan, sekadar komuniskasi pun tidak ada. Dulu di film Ayat-Ayat Cinta yang tidak ada PDKTnya saja masih ada pertemuan tatap muka, masih ada hari mereka buat ketemu dan kenal-kenalan gitu kan? Ini Abian sama sekali tidak ada.

Kenapa juga jadi Ayat-Ayat Cinta coba? Jadul amat. Filmnya malah sudah 15 tahun. Pikiran Abian memang sudah kemana-mana.

Mendekati jam tiga, Abian makin sering ke toilet. Mau bilang nikahnya ini seperti main ibu-ibuan jaman SD dulu juga tetap buat Abian gugup. Karena yang ibu-ibuan itu kan hanya 'seperti', yang nanti sore kan nyata. Rasanya Abian juga butuh menghirup udara segara agar gugupnya berkurang.

Ibunya sudah cantik, pakai kebaya putih dan bawahan batik. Sepupu-sepupunya juga sudah cantik, dengan makeup dan dress bahan satin warna putih juga. Ayah juga kakak Abian pun sidah siap, bahkan tadi Abian intip ke ruang ganti keluarga Tristan, semuanya juga sudah rapih.

Abian juga sebenarnya sudah rapih, bahkan dasi kupu-kupunya juga sudah ia pakai, hanya tinggap pakai jasnya saja, takut kusut jadi mendekati jam empat saja baru dipakai. Yang sudah rapih pada sibuk foto-foto, Abian malah wara-wiri bolak-balik toilet. Gugupnya tidak hilang. Sampai bercermin memandangi wajahnya sendiri saja terlihat jelas kalau memang sedang gugup.

"Haahh.." napasnya dibuang dalam. Hanya diam di sisi jendela mandangi orang-orang yang sedang berenang. Pikirannya kembali mengawang, mempertanyakan kesiapan Abian soal pernikahan.

Imperfection (BL 18+) [COMPLETE]Where stories live. Discover now