Life : 03

2.4K 331 55
                                    

Waktu Tristan kembali ke kamar setelah ia dari kamar mandi, yang ia temukan malah Abian yang masih terjaga mencari-cari sesuatu di ranselnya. Ia kira tadi Abian langsung tidur setelah mandi, ternyata belum. Padahal sudah tepat tengah malam.

"Ada yang ketinggalan?"

"Skincarenya gak kebawa."

"Skincare?" kerutan dahi Tristan makin jelas terlihat.

Abian sendiri malah lekas memalingkan muka. Pasti Tristan merasa aneh karena dengar soal skincare. Laki-laki pakai skincare itu pasti dianggap aneh kan? Padahal biasa saja.. namanya juga untuk merawat tubuh. Ah malu.. Tristan pasti berpikir kalau Abian aneh, atau kemayu atau apapun karena pakai skincare.

"Harus pake ya? Gak mau coba beli di apotek gitu? Pasti ada kan?"

"Hah? Eh.. gak tau." karena biasanya beli online sih.

"Mau cari dulu? Online aja, mungkin di apotek yang 24 jam gitu ada."

"Gak usah deh." lagian cuma ngeskip semalam saja bukan seminggu, tidak masalah lah.

"Yakin?"

"Iya." Abian bangkit, menyimpan ranselnya dan kembali lagi duduk di tepian kasur. "Besok.. eh, sekarang udah besok ya. Maksudnya, nanti boleh ke rumah ku dulu gak? Buat ngambil baju sama keperluan kuliah."

"Ya boleh, emang udah rencana kesana kok."

"Oh. Oke.."

"Lagian nanti kita gak tinggal di sini." yang itu terdengar seperti gumaman saja, makanya tidak Abian sahuti lagi, malah keduanya kembali saling diam.

Kasurnya memang lumayan lebar untuk tidur sendiri, berdua pun masih terasa lebar. Abian agak ke pinggir kiri, Tristan di pinggir kanan. Tengah-tengahnya seakan jadi pembatas lebar. Tidak ada yang mendekat malah masing-masing.

Karena masih canggung, masih asing. Lagipula, malah aneh buat mereka yang baru pertama bertemu ini langsung bisa tidur berdekatan, sekalipun mereka sudah menikah. Jadi tidak ada yang namanya malam pertama, agaknya istilah tersebut hanya untuk pasutri sungguhan.

Soalnya kalau mereka jejadian. Tiba-tiba disuruh nikah. Tiba-tiba sudah nikah.

Tapi dibilang tidur juga... sebenarnya tidak ada yang bisa tidur. Tidak Tristan, tidak juga Abian. Keduanya terjaga, lagi sama-sama mencoba untuk terlelap dengan memejamkan mata. Mau sambil menghitung domba sampai angsa juga tetap tidak bisa. Akhirnya balik lagi main handphone. Scroll, scroll, scroll.

Lampu utama kamar sudah padam, sisa lampu tidur yang hanya menerangi bagian saklar saja. Sisi lainnya tetap gelap. Abian sembunyi di balik selimut, tidur meringkuk sambil scroll-scroll YouTube. Mana tau ia nemu ASMR yang bisa bantu buat cepat tidur. Kini Abian benar percaya apa yang dikatakan di novel yang pernah ia baca. Kalau katanya, semakin lelah semakin sulit tidur. Sekarang kejadian oleh Abian.

Lelah memang, tapi tidak selelah waktu ia jadi panitia inti di acara fakultasnya tahun lalu. Terjun langsung jadi wakil dekdok a.k.a dekorasi dan dokumentasi, yang padahal Abian masih semester dua. Entah ambis atau apes. Tapi ya dikerjakan sesuai jobdesknya, dengan senang hati pula. Cuma ya tadi, lelah, banget. Lebih melelahkan dari hari ini, tapi kenapa hari ini yang tidak bisa tidur?

Ah.. mungkin yang Abian baca di novel itu juga tidak akurat.

Entah jam berapa keduanya baru bisa tidur, pokoknya hampir jam tujuh Tristan baru terbangun dan sadar Abian tidak di kasur. Kepalanya sakit karena kurang tidur, kelelahan juga bekas mengurus nikahan kemarin disambi kerja. Besok sudah Senin lagi, kerja lagi. Kapan rehatnya?

Imperfection (BL 18+) [COMPLETE]Where stories live. Discover now