Life : 14

2K 285 110
                                    

"Kayaknya aku emang gak jodoh sama Jepang deh."

Gitu katanya, sambil ketawa bercanda kalau memang Abian ini masih saja tidak dapat kesempatan pergi ke Jepang. Dulu waktu program pertukaran pelajar, ia gagal. Lalu yang kemarin lomba pidato pun, gagal.

Juara satu dapat hadiah pergi ke Jepang selama sepuluh hari, untuk trip mengunjungi beberapa kampus disana. Juara dua dapat beasiswa dan kulkas dua pintu. Juara tiga dapat beasiswa dan mesin cuci satu tabung. Nah Abian, ia yang dapat kulkas dua pintu.

Sebenarnya masih tidak menyangka juga bisa dapat posisi ke dua dari tiga belas peserta. Ia merasa itu semua mimpi, yang kalau orang lain lihat justru Abian ini hebat. Tidak terhitung berapa kali Abian diberikan selamat oleh dosen dan teman-teman di kampusnya. Abian punya dua piala hanya karena lomba pidato. Ah, tapi pialanya mau tidak mau diserahkan ke kampus sih. Tidak tau bisa Abian minta atau ya duplikat gitu? Tidak boleh ya?

Tapi yang jelas, Abian dapat beasiswa lagi sih dari kampus, ia bebas biaya uang kuliah selama setahun penuh. Dari jurusan juga dapat reward berupa yang saku. Foto Abian yang bersanding dengan pemenang lain sambil memegang piala dan piagam itu terpajang di mading kampus, bukan lagi mading jurusan.

Dan kembali lagi, ternyata memang Abian masih belum jodoh dengan Jepang. Ia masih belum bisa ke Jepang hasil usaha yang seperti ini. Mungkin kalau sekadar ke Jepang untuk jalan-jalan pakai uang pribadi sih bisa, mudah saja untuk Tristan mengabulkan keinginan tersebut, tapi tentu rasanya pasti beda.

Ya sudah, Abian bisa coba lagi kalau ada kesempatan lain. Ia bersyukur dulu tidak mundur, tidak cuti juga. Abian pribadi bangga ia bisa bangkit meninggalkan masa terpuruknya, demi dirinya sendiri dan percaya kalau mimpinya bisa diraih meski harus perlahan-lahan. Untung dulu Abian bisa mengikhlaskan, bisa merelakan dan menjadikan pelajaran. Kini bisa juara dua saja rasanya sudah luar biasa.

"Kulkasnya bawa ke rumah aja kali ya?"

"Iya, buat di rumah orangtua kamu aja. Disini udah ada."

"Oke deh." Abian terkekeh, "Lawak gak sih dapet kulkas? Aku tuh baru tau loh kalo hadiahnya tuh kayak beginian. Aku kira tuh cuma uang aja gitu, beasiswa itu. Terus kata dosen aku yang ngajar kelas kanji, kalo emang hadiah itu tuh dari tahun ke tahun ya begitu Kak. Kulkas, mesin cuci. Malah katanya pernah tv."

"Iya?"

"Iyaa~! Terus kata dosen aku tuh, kalo yang duluuu banget, hadiah juara pertamanya tuh gak ke Jepang Kak, ya udah kayak beasiswa sama elektronik aja, dulu laptop katanya. Kan laptop dulu mewah banget kan? Nah terus makin kesini makin keren, sampe bisa ngebiayain ke Jepang ini."

"Keren banget ya jurusan kamu. Aku dulu kuliah datar-datar aja."

Abian cekikikan, "Orangnya juga datar kok."

"Iya deeh~" melengos saja diterpa kenyataan. Hahahaa!

Kehidupan pernikahan ini malah jadi seperti kehidupan seputar perkuliahan Abian, karena memang rasanya hal-hal seru dan baru itu datang dari cerita dan kejadian Abian di kampus. Bukan dari kantor. Kalau kantor ya gitu-gitu saja. Datar. Tapi kalau dari perkuliahan ini banyak yang baru.

Kehidupan di rumah juga sama, karena keduanya juga lebih sering di luar rumah saat matahari masih tinggi, jadi waktu yang dipunya hanya sebentar saat malam. Pun, gitu-gitu saja. Pulang, mandi, makan, Abian belajar, Tristan kadang kerja, lalu siap-siap tidur, mengobrol sebentar sebelum tidur dan tidur. Besok paginya pun sama, bangun, sarapan, mandi, siap-siap lalu berangkat.

Yang beda mungkin saat akhir pekan saat dua-duanya di rumah, tapi ya gitu-gitu saja sih. Paling yang bikin beda hanya bangun lebih siang, atau jalan-jalan di luar anggaplah kencan.

Imperfection (BL 18+) [COMPLETE]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin