Life : 07

1.9K 342 95
                                    

"Abi?"

"Hmm.." hanya menyahut, tidak menyambut ibunya masuk. Abian memilih memfokuskan pikiran pada pelajaran, bukan pada kehadiran ibunya yang sudah bisa Abian duga akan membicarakan apa.

Sudah seminggu penuh Abian selalu pulang ke rumah orangtuanya. Sempat sekali pulang ke apartemen Tristan, tapi hanya untuk mengambil buku-buku kuliah dan lainnya yang penting-penting. Sudah jelas lah jadi pertanyaan orangtua, kenapa Abian yang sudah menikah dan tinggal bersama suaminya ini malah pulang ke rumah? Tapi Abian juga tidak bisa menjawab dengan gamblang.

Ibunya kepikiran, ayahnya juga. Tapi anaknya tiap ditanya juga diam saja. Jadi ya makin bingung. Entah ini anaknya kenapa, atau ada apa dengan rumah tangga anaknya.

"Bi.."

"Apa sih Bu? Aku lagi belajar, sebentar lagi UAS. Interview yang buat ke Jepang itu juga bentar lagi."

"Ibu cuma mau kesini aja kok, nemenin. Emang gak boleh?"

"Gak. Nemeninnya Ibu pasti sambil tanya-tanya soal Kak Tristan."

"Kan Ibu kepo, Bi."

"Kalo kepo tanya langsung aja sono ke menantu kesayangan Ibu."

Ibunya malah cekikikan, padahal Abian sudah mendumal keras dan penuh penekanan, kesal, menunjukan kalau memang hubungan keduanya sedang tidak baik-baik saja.

Ditertawai ibunya begini juga Abian makin gondok, mau meluap tapi cuma bisa ditahan. Sampai berpikir, ibunya enak masih bisa tertawa, lah Abian? Bayangan yang waktu itu aja sama sekali belum hilang.

"Kenapa sih? Berantem sama Mas Tristan?"

"Gak tau."

"Mas Tristan ke luar kota lagi?"

Yang itu Abian tidak jawab. Mana Abian tau sekarang Tristan dimana? Waktu itu saat pulang ke apartemen saja ia tidak lihat Tristan di rumah, padahal Abian datangnya malam karena pulang dari kosan Atha juga malam. Tapi ya tidak ada. Bodo amat lah.

"Kenapa sih Bi? Udah seminggu loh kamu disini. Berantem ya?"

"Ibu kalo gak mau aku kesini, besok-besok aku gak bakal pulang kesini."

"Gak gitu, kamu nih ngomongnya. Ibu tanyanya baik-baik, kamu malah gitu."

"Ya makanya, coba Ibu tanya sendiri ke Kak Tristan. Terus baru tanya aku, biar aku juga tau Kak Tristan jujur gak ke Ibu soal apa yang dilakuin." makin kesal, dada dan kerongkongannya makin sakit. "Lagian apaan sih nikah-nikah begini? Hidup lagi tenang, damai, yang dipusingin cuma soal kuliah, ini disuruh nikah, malah nambah pikiran gak jelas. Sama stranger lagi." lanjutnya makin medumal. Selama ini cuma bisa ditahan untuk dirinya sendiri saja.

"Kamu nyesel?"

"Mending Ibu tanya Kak Tristan deh, atau Ibu tanya Ayah kenapa mau-mau aja nerima tawaran atasannya buat nikahin aku. Aku nih masih 20 tahun, Bu!"

"Tapi pas waktu itu kamu gak nolak Ayah juga."

"Gak bisa nolak, bukan gak nolak. Lagian Ayah tuh nyuruh nikah, bukan nawarin."

"Abi-"

"Ah udah ah, aku tuh pusing Bu mikirin ini terus. Maksud aku pulang biar gak kepikiran soal ini, biar aku bisa fokus buat UAS, buat interview juga. Kalo Ibu gak mau aku pulang ya udah, aku gak akan kesini."

"Apa sih Abi? Ibu gak suka ya kamu ngomong kayak gitu. Kesannya kayak Ibu ngusir kamu. Kan nggak. Ibu cuma nanya, kamu ada masalah apa sama Mas Tristan?"

Tangannya meremat, bukan malah bertengkar dengan ibunya yang Abian mau, tapi ia juga merasa sudah di ujung. Sesak. Kesal. Selama ini semuanya hanya bisa dipendam. "Ibu tanya Kak Tristan deh. Sekalian Ibu tanya tuh, karena alesan apa Kak Tristan sampe neriakin aku depan muka."

Imperfection (BL 18+) [COMPLETE]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें