1. First Meet

25 7 0
                                    

Cinta pov*

Jika ada yang bertanya, "apa impianmu?", maka selalu dengan yakin ku jawab "Aku ingin ke Korea."

Ya, aku sangat ingin pergi ke negeri ginseng itu. Bukan hanya sekedar berlibur, tapi aku ingin hidup di Korea. Demi meraih impianku aku sampai rela habiskan uang hasil keringatku sendiri untuk kursus bahasa Korea. Aku sangat suka drama Korea, aku hafal aktor dan aktrisnya, aku mudah menghafal lagu soundtrack nya, aku suka hal-hal yang berbau Korea, kecuali Kpop.

Namaku Cinta Dewi Anjani. Biasa disapa Cinta. Usiaku 22 tahun, dan aku tidak kuliah karena tak lulus dalam ujian masuk universitas. Sejak itu aku memutuskan untuk membantu di rumah makan keluargaku. Selain itu hampir satu tahun ini aku mulai menekuni pekerjaan sebagai ilustrator lepas.

Saat ini aku sedang berusaha keras menabung untuk mewujudkan impianku itu. Jumlah tabunganku rasanya masih jauh, tapi aku selalu berharap Tuhan memberiku jalan agar segera terwujud. Hingga suatu hari Tuhan seolah menjawab doa-doaku....

Saat itu bukan sabtu sore, tapi suasana begitu ramai. Aku baru saja keluar dari toilet umum ketika seorang pria menyambar tas dari tangan kananku.

"Ja_jambret!"

Sontak orang-orang di sekitar menoleh, memperhatikanku yang sedang panik. Aku berlari, mencoba mengejar pria berhoodie hitam itu.

"Jambret! Tolong!"

Aku berlari kencang, jejaknya menghilang saat aku sampai di sebuah parkiran. Tak ada siapapun di sana, membuatku sangat frustasi. Tapi ketika terus menyusuri parkiran sampai ke ujung, ada seorang pria berhoodie hitam yang sedang memegang tasku.

"Dasar jambret!"

Dengan kesal aku merebut tas itu lalu ku gunakan untuk memukulnya bertubi-tubi tanpa ampun.

"Akh! Geumanhae!"

Aku mengerutkan dahi, kenapa pria yang merampas tasku berbicara dengan bahasa Korea?

"Kau orang Korea?"

Aku memperhatikan baik-baik pria itu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Sepertinya aku salah orang, sepintas memang mirip. Tapi pria ini lebih tinggi dan aku sangat yakin yang merampas tasku tadi memakai sandal jepit. Sedangkan pria ini memakai sneakers dengan merk ternama dan sepertinya itu barang ori.

"Kenapa memukulku?", tanyanya dengan bahasa Indonesia.

"Kau bisa berbahasa Indonesia?", tanyaku dalam bahasa Korea.

Pria itu sedikit terkejut karena aku bisa berbahasa Korea dengan cukup baik. Kemudian dia mengangguk sambil tersenyum padaku.

"Aku sedang belajar bahasa Indonesia."

"Ah..., begitu?" Aku mengangguk-angguk.

"Kau sendiri, bahasa Koreamu cukup baik." pujinya, membuatku tersipu malu.

"Ah, tidak juga. Aku juga masih belajar. Kebetulan aku pernah kursus bahasa Korea. Dan juga karena terlalu sering menonton dramanya."

Gara-gara pujiannya itu aku jadi lupa tentang jambret tadi. Aku kembali pada ekspresi kesal, menatapnya dengan serius.

"Eh, apa kau komplotan pencuri?"

"Pencuri?", Dia balik bertanya dengan bingung. "Ah, maksudmu pria yang melemparkan tas itu padaku?"

"Astaga, aku salah orang. Aku minta maaf." Ucapku penuh sesal.

"Coba lihat isi tasmu."

Aku segera memeriksa seisi tas. Di dalam tas masih ada buku catatan, tisu, dan sebungkus coklat, semuanya masih lengkap. Dan untung saja ponsel ada di saku jaket dan kamera digital milik kakakku ku kalungkan di leher.

My Idol, My AhjussiWhere stories live. Discover now