15. Ijin Dari Ayah

2 1 0
                                    

Cinta pov*

 Sesuai dengan rencana yang dibuat Jong Hoon oppa pagi tadi, aku mencoba menghubungi ayah. Sementara itu Minki telah bersiap setelah Jong Hoon oppa memberikan penjelasan padanya. Panggilan pertama tak di jawab, hingga panggilan kedua dan ketiga pun masih sama. Aku mendesah kesal, terpaksa ia harus menghubungi mbak Laras.

 "Ada apa Cin? Lo udah nggak betah? Mau balik?" Ledek mbak laras diakhiri dengan sebuah tawa yang berhasil membuatku  mencebik kesal.

 "Mana Ayah? Aku mau ngomong sama Ayah."

 "Bentar-bentar, kok seminggu di Korea muka lo gitu?"

 "Gitu apa?" tanyaku bingung. Lalu aku mendekat ke cermin di dekat pintu kamar mandi, mulai memperhatikan wajahku yang sepertinya tak ada perubahan, tak ada satu pun jerawat di sana.

 "Gitu banget jeleknya, hahaha!"

 "Mbak Laras, stop!"

 Nada bicaraku yang tiba-tiba meninggi membuat Jong Hoon oppa dan Minki bingung. Aku pun meminta maaf dan memilih pergi dari ruangan. Akhirnya aku dapat melihat wajah Ayah, namun kini aku malah sedikit ragu.

 "Gimana kabarmu, nduk?"

 Pertanyaan yang membuatku merasa bersalah. Bagaimana mungkin aku akan berbohong sedangkan ayah menanyakan kabar dengan begitu lembut. Itu menyadarkanku, betapa besar kasih sayang Ayah padaku

 "Alhamdulillah aku baik. Ayah gimana? Sehat-sehat aja kan?"

 "Alhamdulillah kalau kamu baik. Ayah sehat kok. Ayah kuatir sama kamu, seminggu kamu di sana gimana kamu makan?"

 Aku tertawa, "Ya makan nasi, Yah. Kan orang Korea juga makan nasi."

 Ayah tersenyum."Kamu kan suka pilih-pilih makanan."

 "Disini banyak makanan yang aku suka kok. Ayah nggak usah kuatir."

 "Jadi, kamu sudah siap menetap di sana?"

 Pertanyaan Ayah membuatku terdiam. Apa mungkin Ayah akan mengijinkanku tetap tinggal?

 "Mak_maksud Ayah?" tanyaku dengan gemetar bersamaan bendungan di pelupuk mata yang semakin terasa.

 "Lho, bukannya kamu mau jadi tkw?"

 Air mataku luruh begitu saja, tapi bibirku tersenyum. "Ayah, ih. Nggak keren banget. Tkw apa? Aku bukan mau jadi tkw."

 "Kalau gitu tki?"

 Sekarang aku tertawa sambil menghapus air mata di kedua pipi. Aku terharu karena merasa Ayah kembali seperti ayahku yang dulu. Yang selalu hangat dan sering mengajak bercanda. Tapi sekarang aku merasa bersalah. Maafkan Cinta yang sudah berniat membohongi Ayah. Aku yakin bahwa tak semudah itu bagi Ayah untuk memberikan ijin. 

 "Ngapain kamu nangis? Udah lama ayah nggak liat kamu nangis."

 "Ayah beneran ijinin aku?"

 "Iya, ayah kasih ijin. Tapi ayah punya syarat."

 Mendengar itu benar-benar membuatku tak bisa menahan tangis. Ayah dan ibu tampak tersenyum, sedangkan di belakang mereka mbak Laras tampak kesal.

 "Cinta," Panggil ibu.

 "Iya, buk."

 "Pertama-tama, sebagai orang tua kami harus tahu dengan siapa kamu bekerja. Seperti apa mereka. Dan bagaimana nanti kamu tinggal."

 "Tenang aja, nanti aku tunjukin. Aku kenalin teman-teman aku. Mereka orang baik kok."

 "Nduk."

 "Iya, Yah?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 23 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

My Idol, My AhjussiWhere stories live. Discover now