1. Rekrutmen

99 20 2
                                    

Rekrutmen tenaga pengajar tahun ini kembali dibuka.

Bisik-bisik satu sama lain yang tak henti dan teriakan heboh tengah beradu menjadi satu. Suasana tersebut masih belum padam sejak dua jam lalu setelah pengumuman yang dikabarkan melalui selembar surat ditempelkan di depan ruang latihan.

Semua orang mengerubungi tempat tersebut sambil membicarakan rencana selanjutnya. Sedangkan gadis itu, seorang diri hanya mengamati kerumunan itu dari kejauhan.

Helena baru saja melepaskan sepatu pointènya saat pembicaraan itu menguar ke seluruh penjuru ruangan. Ada rekrutmen pelatih balet untuk kursus non akademik terbesar di ibu kota. Dulu ia pernah mendaftar dua kali di sana, tapi semenjak ia mendengar rumor bahwa yang lolos adalah yang terpilih oleh pelatih mereka, rasanya Helena tak ingin lagi menggantungkan harapannya di tempat itu. Masalahnya ia bukan anak emas.

Omong-omong, Helena sudah resmi menjadi bagian Akademi Balet Denona sejak dua tahun yang lalu. Salah satu pencapaian terbesar dalam hidupnya untuk mewujudkan mimpi sebagai seorang pebalet. Dan ia masuk ke dalam jalur khusus, dimana orang-orang yang dipilih berbakat akan belajar gratis selama di tempat ini.

Gerak matanya mengikuti seorang perempuan yang tengah berjalan mendekatinya. Helena mendongak melihat ada temannya tengah menghampiri tas latihannya di sampingnya.

"Kamu ikut, Dan?"

"Hmmm... mau coba aja sih nanti. Kamu?"

"Males kalo nggak kepilih lagi."

Danti—teman satu kelasnya tengah duduk mengamati keramaian yang perlahan surut di depan sana.

"Tapi aku kesal juga sih, yang dipilih nanti bakal yang itu-itu terus," jengkel Danti.

Memang benar, namanya saja untuk formalitas, tapi di belakangnya semua sudah direncanakan. Rumornya pelatih mereka akan memilih siapa saja pebalet yang cantik dan tampan untuk menjadi guru di Elephant Love—empat kursus yang selalu menjadi incaran anak-anak orang kaya.

Gaji pegawainya juga tak main-main, bisa sampai dua digit. Siapa yang tak menginginkan bekerja di sana, Helena juga mau. Tapi masalahnya permainan rekrutmen ini tak sepenuhnya bersih.

Dua orang ini mengalihkan pandangannya saat mendengar keributan dari satu titik di depan sana. Seorang perempuan yang tampak dielu-elukan temannya untuk mengikuti rekrutmen pengajar ini.

"Elina kenapa gak pernah kepilih ya?" tanya Danti.

Itu dia! Kenapa dia nggak pernah kepilih. Teman sekelas mereka itu selalu terpilih menjadi pemeran utama di banyak pertunjukan, bahkan dipuji banyak pelatih. 

Elina dan Helena sebenarnya sama saja, kedua orang ini cantik dan pasti akan dipilih di setiap pertunjukan. Tapi sayang nasib Helena sedikit sial, orang-orang lebih memilih Elina untuk bermain dari pada dirinya. Karena alasannya Helena sering melakukan kesalahan dan belum sepenuhnya matang.

Setiap kali ia memandang gadis itu, pasti selalu ada setitik kecil perasaan tak suka di hatinya. Helena ingin seperti dirinya, yang tak pernah diremehkan orang-orang dan mendapat peran yang akan dilihat oleh semuanya.

"Mungkin Bu Ira nggak mau ngelepasinnya. Dia kesayangan di sini, kalo nggak ada dia entar pertunjukannya jadi nggak bagus," balas Helena dalam satu poin.

"Kamu iri nggak sih?" Tapi Danti seolah tahu cara membalikkan perasaannya.

Helena hanya membuang napas dengan tenang, ia sebenarnya sudah lelah membahas tentang orang itu, "Siapa sih yang nggak mau kayak dia, main jadi pemeran utama, dapat sponsor dan bayaran lebih. Gak lama lagi bakal dikirim ke London."

into foreverWhere stories live. Discover now