12. Pangeran & Kutukannya

82 12 1
                                    

Surat pengunduran diri ditolak...

Sudah hampir tiga minggu berlalu dan hari ini Azka baru mendapatkan kabar jika surat pengunduran dirinya ditolak oleh pihak Oxalife. Satu hal yang mengejutkan karena perusahaan masih mau mempertahankannya di saat dirinya sudah sibuk mengurus bisnisnya yang lain.

Apakah kakek yang menolak pengunduran dirinya itu?

Azka tersenyum singgung mengingat pria tua itu memperlakukannya seperti ini.

Maka pada pagi hari ini ia kembali ke Oxalife untuk mengurus beberapa kerjaan yang sempat tertinggal. Azka masih tetap akan mengajukan surat pengunduran dirinya sampai kakek mau bicara berdua dengannya. Sekalipun perusahaan sudah memiliki banyak pimpinan, kakek tetap akan menjadi yang tertinggi di antara mereka secara tak langsung.

Pintu lift langsung terbuka setelah sampai di lantai dua belas, Azka bergerak keluar seorang diri dari dalam sana sambil berjalan santai melewati kubikel karyawan dengan mengundang banyak perhatian sekaligus. Aroma Salvatore Ferragamo F Black Man itu sudah lama tak tercium di sekitar lantai ini.

Belum sampai di ruangannya, ia sudah disambut dengan kedatangan Julia yang menghampirinya dengan terburu-buru. "Pagi, Pak." Perempuan itu menyapanya lebih dulu.

Sebelumnya Julia lah yang mengabarkan jika surat pengunduran diri Azka ditolak pada pagi ini, namun perempuan ini tak akan menyangka jika Azka akan datang di pagi ini juga.

"Gimana kabar kerjaan kemarin?" tanya Azka.

"Lancar, Pak. Kemarin kita udah selesai ngelaksanain audit keuangan, tinggal nunggu laporannya aja," jelas Julia.

Azka mengangguk dan langkahnya berlanjut menuju ruangannya, namun saat menyentuh kenop pintunya, Julia langsung menahannya segera.

"Maaf Pak, ruangan bapak—"

CKLEK

Pintu di depan mereka terbuka, Azka mendapati seorang pria keluar dari dalam sana dan ikut terkejut melihatnya di sini.

"Azka??"

Shit?

Rupanya selama ini ruangannya telah digunakan oleh orang lain. Orang tadi segera menyambutnya dengan senyuman yang terkejut dan terpaksa, Azka sama sekali tak membalasnya.

"Kamu balik lagi?" Orang itu menyandarkan satu tangannya di kusen pintu itu tanpa terganggu.

Mata Azka melirik ke dalamnya, melihat di dalam sini sudah cukup berantakan dengan beberapa jas dan lembaran kertas yang tergeletak begitu saja di lantai. Bencana alam apa yang telah berhasil merusak ruangannya itu kecuali kelakuan orang di depannya ini.

"Ruangan lo ya?" Orang itu—yang disapa Charles di kantor ini, mengacungkan jempolnya ke arah belakangnya. "Sorry, gue makanya dua minggu ini. Gue bisa keluar—"

"Gak usah. Saya kerja di tempat lain aja." Selanjutnya Azka berbalik dan meninggalkan begitu saja Charles di depannya.

Charles terkejut melihat aksinya itu. Julia buru-buru pamit dari hadapannya demi mengejar Azka yang telah berjalan lebih dulu.

"Ada laporan yang masuk kemarin?" tanya Azka mengetahui asisten di Oxalife-nya itu sudah berjalan di sampingnya.

"Ada, Pak. Bapak bisa cek dulu, saya kirim ke Teams bapak ya," sahut Julia.

Bahkan setelah Azka sudah lama tak masuk, Julia masih tetap harus menjadi bawahannya. Dia masih mengurusi beberapa kerjaan Azka yang telah selesai sebelum hari pengunduran dirinya beberapa waktu lalu.

Langkah mereka tiba di salah satu ruang kerja dimana terdapat lima kubikel di sana. Ruangan ini menjadi tempat staf tim keuangan berada, dulu Azka bekerja di sini sebelum diangkat menjadi direktur. Saat pintu itu terbuka, beberapa karyawan di sana langsung tekejut dan segera berdiri untuk menyambutnya.

into foreverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang