11. Ujian

67 13 2
                                    

Bulan ini adalah bulan kedua Helena mendapatkan gajinya di Elephant Love. Maka hal pertama yang dilakukannya adalah mengirimkan sebagian uang itu untuk orang tuanya. Tapi belum sampai satu jam setelah mengirimkannya papa justru segera mengembalikan lagi uang tersebut.

Papa beralasan jika uang itu sebaiknya untuk Helena saja, tapi Helena juga menolak untuk menerimanya lagi. Ia meminta papa untuk membelanjakan kebutuhan rumah atau pengobatan mama saja. Padahal beliau sendiri juga masih kesusahan secara finansial terutama usaha mi ayamnya yang masih banyak kekurangan itu.

Sabtu sore ini, Helena akan menraktir adik laki-lakinya berbelanja baju di mal. Adik satu-satunya yang bernama Geo akan menjemputnya sesuai janji pada pukul empat sore, namun tampaknya Geo terlambat tiga puluh menit dari janji yang ditentukan.

Saat adiknya sudah tiba di depan kosan, Helena langsung menyambanginya. "Sorry telat Mbak, aku tadi mandi dulu," jelas Geo.

Helena berusaha memakluminya. Geo sudah sibuk seharian ini setelah bekerja di bengkel milik tetangga mereka dan ia sudah berusaha untuk datang dengan penampilan terbaiknya.

Motor mereka pun segera melaju pergi ke tempat tujuan. Beberapa menit setelah melalui jalanan ibu kota yang sesekali bertemu dengan titik macetnya, mereka pun akhirna sampai.

Perhentian pertama mereka adalah ke toserba yang menjual baju-baju keluarga. Helena langsung sibuk memilih beberapa kemeja untuk Geo.

"Perasaan kemarin kamu masih kecil, sekarang udah besar aja." Helena menyodorkan beberapa kemeja berukuran XL. Seingatnya setahun yang lalu adiknya tak sebesar ini badannya, sekarang ia sudah tumbuh lebih besar dan lebih tinggi darinya.

"Tadi aku ketemu sama Bang Naufal di bengkel, Mbak." Sahutan Geo membuat gerakan Helena berhenti mendadak. Geo dapat melihat wajah tanpa ekspresi dari kakaknya itu. "Dia udah nikah," sambungnya.

"..."

"Hidupnya udah berubah aja."

Tapi nampaknya Helena mengabaikannya, ia menyerahkan lagi dua potong kemeja kepada adiknya, "Nggak usah dipikirin. Fokus aja sama diri kita."

Geo mengangguk pelan sebelum pergi menuju ruang ganti.

Di sela-sela kesendiriaanya, Helena terduduk di salah satu kursi tunggu di dekatnya. Pikirannya berlabuh saat melihat foto seorang model di depannya. Ia membayangkan dirinya yang dulu pernah menjadi seorang model pakaian juga. Dulu Naufal—mantannya itu sering menemaninya pemotretan di studio.

Kehidupan menjadi model tak seindah yang dibayangkan, pendapatannya juga tak seberapa, tapi Helena tetap melakukannya. Sampai tiba di satu waktu yang mulai merubah segalanya. Tak ada lagi panggilan untuk pemotretan, Naufal yang memutusinya dan mama yang mendadak sakit. Semua itu terjadi tanpa diduga-duga dan Helena membencinya.

Bagaimana sebenarnya roda kehidupan itu berputar? Kenapa di saat semuanya baik-baik saja, ia tiba-tiba bergerak menjatuhkannya ke bawah?

Sebelum pikiran itu semakin menguasainya, Helena bangkit cepat dengan mengambil beberapa kemeja baru. Dari belakangnya terdengar suara jejak kaki yang mendekat, ia berbalik lagi dan menyerahkan kemeja yang baru kepada Geo.

"Dek, cobain kemeja—"

Namun bukan Geo yang didapatinya, melainkan orang asing yang ikut berdiri terkejut melihatnya. Helena terpaku melihat sosok itu.

"Sayang cobain ini..."

Seorang perempuan menghampiri pria yang berada di depan Helena. Melihat dua orang tersebut seperti mengundang rasa takutnya menjadi kenyataan. Pria itu—Naufal—yang berdiri di depannya kembali bertemu setelah bertahun-tahun mereka berpisah. Di kota yang seluas ini, mereka malah bertemu di sini.

into foreverDove le storie prendono vita. Scoprilo ora