6. Terikat Kenangan Buruk

74 11 3
                                    

Setiap satu bulan, Azka selalu mempunyai agenda makan malam bersama kakeknya sebanyak dua sampai tiga kali. Setiap makan malam akan membawakan satu tamu baru di hadapannya, tamu-tamu yang tak pernah Azka kenali itu adalah teman atau kolega kerja kakek sendiri.

Semua tamu tersebut pasti akan menawarkan kerja sama dengan kakek. Azka tak masalah dengan semua ajakan kerja sama itu, namun terkadang mereka akan menyelipkan perkenalan itu dengan membawa orang baru yang tak terduga. Dan Azka harus dipaksa berada di dalam sana karena ialah alat yang akan kakek gunakan. Kasarnya mereka merencanakan sebuah perjodohan.

Seperti yang terjadi di malam ini, kakek mengajaknya makan malam di salah satu restoran di gedung pencakar langit ibu kota. Sekarang Azka tengah berhadapan dengan satu keluarga yang terdiri dari seorang suami istri paruh baya, bersama seorang anak perempuan mereka yang usianya sekitar dua puluh tahunan.

"Jadi Azka baru naik jabatan jadi direktur ya?" Perempuan paruh baya bernama Veronica itu melemparkan satu pertanyaan ke arah Azka.

"Iya, Tante," jawab Azka sambil tersenyum tipis. Ia kembali memotong pelan daging steaknya itu, tak ingin sekali pun membuat kontak mata degan semua orang di sini.

"Cecil, kamu masih kerja di Singapura?" Giliran kakek yang bersuara. Beliau menatap perempuan yang memakai gaun berwarna biru tua itu.

"Iya, Om." Senyumannya sedikit canggung. Bertepatan itu juga pandangannya tak sengaja menabrak pada Azka yang diam-diam mencuri perhatian ke arahnya.

Cecillia Manggala, putri tunggal dari pasangan Alan Manggala dan Veronica Sudrajat. Keluarga ini memiliki satu perusahaan makanan ringan. Cecillia sendiri adalah lulusan S1 Sekolah Bisnis di University of New South Wales, Sydney dan seminggu lalu baru saja menginjak usia dua puluh lima tahun.

Azka mengaduk pelan gelas anggurnya sebelum ia meminum wine di dalamnya. Pikirannya tiba-tiba teringat dengan penjelasan Kevin, salah satu asisten kakek yang menceritakan lebih dulu tentang pertemuannya dengan keluarga ini.

Cecillia terlalu muda untuk dirinya.

"Selamat ulang tahun, Cecillia. Saya punya hadiah untuk kamu, walau sedikit telat."

Kakek meminta Kevin yang berdiri tak jauh darinya untuk menyerahkan sebuah hadiah kepada perempuan itu. Sebuah kotak yang ukurannya lumayan besar dan berwarna putih itu segera diserahkan ke arahnya. Beliau pun menyuruh Cecillia untuk segera membukanya dan saat itu juga terlihat sepasang sepatu hak berwarna putih dengan permata berkilau di tengahnya.

Cecillia mendadak terpukau begitu menerima hadiah yang sangat mewah ini. Sebuah sepatu yang didesain khusus untuknya dari desainer sepatu di Italia. Kakek memesannya khusus untuk anak perempuan teman bisnisnya ini. Ia pun tak henti-hentinya berterima kasih saat menerima hadiah ini.

Azka hanya terduduk diam melihat kebahagiaan keluarga tersebut. Tak sekali pun ia berminat untuk mengucapkan selamat ulang tahun yang sudah terlambat itu. Kini ia memikirkan bagaimana jika posisi perempuan itu tergantikan dengan sosok perempuan lain yang sudah sangat lama ia kagumi.

Bagaimana jika Anora yang berada di sana, menerima hadiah sepatu tersebut?

"Cecillia, kamu suka balet, nggak?" Pertanyaan baru dari kakek kembali muncul.

"Hmmm... suka sih, tapi enggak terlalu mendalami," jawab Cecillia.

"Saya punya akademi balet dan panggung pertunjukannya. Kalau kamu belajar di sana, kamu bisa hubungi saya," jelas kakek.

"Oh ya? Aku pernah nonton swan lake di Rusia, nanti bakal ada pertunjukannya enggak di sana?" tanya Cecillia.

"Tentu ada, kalau kamu mau."

into foreverWhere stories live. Discover now