Step Twins [SUDAH TERBIT]

15. Marahnya Papa

H A P P Y

R E A D I N G

"Namanya Zea. Lucu, 'kan?"

"Iya, lucu."

"Mau coba ngasih wortelnya nggak?"

"Boleh."

Siang ini, sepulang sekolah Fani datang ke rumah Keisha untuk melihat kelinci Keisha. Temannya itu pun dengan senang hati mempersilakannya.

"Kei, kakak kamu mana?" tanya Fani saat melihat seisi rumah Keisha sangat sepi.

"Kak Arga main mungkin, kalo Kak Arka ada di kamarnya," sahut Keisha.

Fani mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti.

Tidak lama Fani pamit pulang, ia berkata jika sudah ditelepon ibunya untuk segera kembali ke rumah.

"Yah ... sendiri lagi, deh."

"Kata siapa?"

"Eh?"

Keisha membalikkan badannya terkejut saat mendengar suara tersebut. Ia baru saja mengantarkan Fani ke depan gerbang, saat memasuki rumah, sengaja tidak langsung masuk dan menatap ke arah luar dari pintu.

"Hm?"

"Ayo main sama aku!" ajak Keisha.

"Main apa?" tanya Arka.

"Mau nonton TV aja, ah. Kak, hidupin TV-nya, dong. Hehe."

"Tolongnya mana?"

"Ish. Kak Arka, tolong hidupin TV-nya."

"Pinter." Arka mengelus rambut adiknya yang tidak terlalu panjang itu.

Setelah Arka menyalakan televisi, ia kemudian ikut duduk di samping Keisha.

Tidak sadar Arka memeluk tubuh mungil adiknya, menyandarkan kepalanya ke pundak Keisha. Sejenak ia merenung.

"Kak Arka, ih! Berat," keluh Keisha, menyingkirkan Arka dari dirinya.

"Maaf, Cha."

Kemarin malam, kedua anak kembar itu dilarang oleh ayah mereka untuk tidak mendekati sang adik seperti biasanya dalam sehari penuh. Akan tetapi, pulang sekolah ini Arka sudah melanggarnya.

Bukan apa-apa, Julian hanya ingin mengetes. Jika mereka mampu, itu tandanya memang tidak ada sesuatu di antaranya.

Julian pernah muda, ia tau apa yang kini terjadi pada anaknya. Beberapa hari ini ia perhatikan, sikap Arka dan Arga terhadap Keisha memang berlagak seperti kakak dan seorang adik. Namun, tak memungkiri juga untuk Julian curiga.

"Zea udah dikasih makan belum, Cha?" tanya Arka.

"Udah, kok."