BAB 12 : Persiapan

119 24 0
                                    

Setelah berita kematian Putra Mahkota Kekaisaran Austria - Hungaria tersebar, Eropa semakin memanas sekali lagi. Terutama Austro - Hungaria, dimana warga mereka melakukan demo di depan Reichstadt dan menggaungkan perang!.

Ya, kematian seorang Putra Mahkota sama saja dengan menyatakan perang, apalagi setelah mengetahui bahwa pembunuhnya adalah Orang Serbia.

Austria memberikan ultimatum ke Kerajaan Serbia, agar segera menyerahkan para pemberontak ini. Namun, Serbia nampaknya tidak ingin ambil pusing dengan ultimatum ini.

Ya, di permukaan. Namun nyatanya di dalam internal negara, Serbia juga panik setengah mati. Mereka hanyalah negara dengan populasi 4,6 juta, dengan Angkatan bersenjata sekitar 250.000 - 300.000 personel militer.

Ini bagaikan semut dihadapan seekor gajah, yang menjulang tinggi dan besar.

Austria - Hungaria mulai menempatkan pasukan mereka di perbatasan dengan Serbia, tindakan ini memberikan efek berantai di kawasan. Dimana Rumania juga menempatkan pasukan di perbatasan mereka.

Rusia meskipun memiliki mobilisasi terlama di dunia, dimana perlu setengah tahun melakukannya, mereka mulai menempatkan pasukan perbatasan Ukraina - Rusia dan Polandia - Rusia di perbatasan dengan Jerman dan Austria - Hungaria.

Bulgaria menempatkan pasukan mereka di perbatasan Vidin, Nish di Serbia dan sepanjang Sungai Danube yang berbatasan dengan Romania.

Italia mulai memperkuat perbatasan mereka dengan Prancis, dan Inggris di seberang lautan mulai sakit kepala karena kesalahan satu orang tolol yang ingin memulai perang... Yah, meskipun mereka sudah memprediksi bahwa perang tidak akan jauh.

Kekaisaran Jerman, menempatkan pasukannya di perbatasan Timur dan Barat, pabrik - pabrik mereka mulai bekerja keras untuk memasok persenjataan.

Di sebuah kantor militer di Bavaria, seorang pria tampan berkumis khas Kaisar Wilhelm II berjalan masuk, sambil membawa kertas rekrutmen tentara.

"Siapa?? Alamat? Kebangsaan? Pekerjaan?." Tanya seorang notulen dengan pakaian Tentara Bavaria.

"Adolf Hitler, Gelandangan, Austria, seniman jalanan." Balas pemuda bernama Adolf Hitler, dia berbicara dengan pelan namun jelas agar bisa di dengar.

Prajurit yang menjadi notulen menatap Hitler dari atas ke bawah, dia lalu bertanya heran. "Kenapa orang Austria sepertimu mendaftar kemari?."

"Disana.... Disana tidak ada yang bisa saya lakukan, jadi aku pergi kemari." Balas Hitler dengan masam, dia memiliki kenangan buruk di Austria.

Ayah pemabuk yang keras, tidak diterima di sekolah seni dan terpaksa hidup di kandang ayam.

"Hmm... Baiklah, kita sesama Jerman. Aku bisa memberikan identitas dengan mudah!." Angguk Prajurit itu, dia lalu menulis sesuatu di kertas dan menyerahkan formulir ke Hitler.

"Ini! Bawa ke loket sana! Dan perlihatkan kertas itu ke petugas." Ucapnya menyuruh Hitler ke sebuah loket, yang ada barisan panjang pria dengan pakaian lusuh sepertinya.

Ya, Kekaisaran Jerman ingin menyerap tentara dari berbagai kalangan, selama mereka sehat, mereka akan dimasukkan ke dalam tentara.

"Ya! Terima Kasih!." Hitler bersemangat, dia lalu berlari ke barisan dan ikut antri.

...

Di Jepang juga tidak kalah tegangnya, saat ini sedang berlangsung rapat di gedung parlemen. Dimana hal ini dihadiri oleh Hirohito, selaku Direktur Balitbang dan Biro Desain Angkatan Bersenjata Kekaisaran sekaligus sebagai Putra Mahkota.

Hirohito memakai seragam Laksamana Mudanya, dia duduk dengan tenang, tangannya terlipat di depan dadanya dan mata tajam nya menatap anggota parlemen yang sedang berdebat.

Rise of The Eastern DragonWhere stories live. Discover now