Bab.1

421 26 0
                                    

Terlihat empat orang terdampar disebuah taman yang sangat luas dengan posisi berbeda.
Namun mereka sama sekali tidak merasa terusik didalam tidurnya.

Salma dengan posisi memeluk Nabila mulai terusik oleh cahaya matahari yang mengenai wajahnya, secara perlahan ia mulai membuka matanya dan melihat ke sekeliling yang sangat asing.

Lalu ia menoleh ke arah Nabila yang ada di dekapannya. Salma menggoyangkan badan Nabila secara pelan.

"Nab bangun nab" ucap Salma pelan membuat sang empu terusik.

"Enngghh kenapa kak?" Terdengar erangan dari bibir Nabila dan diakhiri pertanyaan. Sepertinya nabila masih belum sadar dengan sekitarnya.

"Coba kamu liat sekitar deh nab" suruh Salma membuat nabila akhirnya menatap ke sekelilingnya.

"Kak kita dimana?" Seakan sadar Nabila menggoyangkan badan Salma karna merasa panik.

"Ga taulah" jawabnya sebal.

"Mending cari Rony sama Paul nab" ucap Salma sambil berdiri dari duduknya dan diikuti oleh Nabila.

"Itu kak Rony sama Paul kak!" Ucap Nabila sambil menunjuk pohon yang tidak jauh dari tempat mereka berdua.

Mereka berdua berjalan menghampiri para boy's itu dan mereka dibuat gelengan kepala oleh posisi tidur Rony dan Paul, bahkan Nabila sudah menahan tawa.

Bagaimana tidak tertawa ketika Rony dan Paul yang masih tertidur dalam posisi pelukan membuat Salma dan Nabila saling bertatapan.

"Anjirr nab geli banget liatnya" ucap Salma sambil tertawa dan mendapat anggukan dari Nabila.

"Hahaha iya kak, tapi mereka cocok tau kak" sahut Nabila sambil tertawa dan mereka tertawa walau sedikit jijik dengan adegan didepannya.

Kenapa ya kalau cewek saling pelukan tuh kaya sweet banget, tapi kalau cowok tuh kayak jijik aja gitu ga cocok.

"Woyy bangun!" Seru Salma dengan suara nyaringnya.

Membuat mereka berdua terusik dan perlahan membuka matanya, mereka belum melepaskan pelukan itu karna tidak menyadarinya.

"Mau sampai kapan kak Rony sama Paul pelukan?" Tanya Nabila membuat mereka saling tatap dan tersadar dengan cepat Rony melepaskan pelukannya.

"Tai Lo ul! Ngapain meluk gue anjir" marah Rony sambil menepuk bajunya yang barusan kena virus Paul

"Rony anjirr mana gue taulah!" Sahut Paul sambil melirik kearah kanan dan kiri.

"Woyy kita dimana ini? perasaan tadi kita dirumah gue deh" lanjut Paul yang sudah menyadari ini bukan tempatnya.

"Iyakan paul. Mana baju kita sama lagi!" Seru Nabila sambil menunjukan bajunya dan mereka langsung memperhatikan pakaian masing-masing.

Mereka berempat masing-masing memakai atasan kemeja dan jas hitam, hanya bedanya Salma dan Nabila memakai kemeja warna biru sedangkan Rony dan Paul memakai kemeja putih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mereka berempat masing-masing memakai atasan kemeja dan jas hitam, hanya bedanya Salma dan Nabila memakai kemeja warna biru sedangkan Rony dan Paul memakai kemeja putih.

"Woah anjir keren banget kita, kayak detektif!" Seru Paul yang mendapat anggukan dari Nabila dan Salma.

"Seru apanya sih. Harusnya kita mikir ini dimana?!" Emosi Rony.

Jujur Rony tidak habis pikir dengan pikiran mereka, masih sempat-sempatnya happy karna pakaian. Bukannya mikir gimana caranya balik.

"Yaelah Ron, santai aja kali! Emosi banget Lo!" Ucap Salma yang ikut tersulut.

"Iya nih kak Rony kenapa sih! Kita itu juga mikirin caranya pulang, tapi tetap harus santuy" ucap Nabila.

"Bilang aja nab kalau Lo menghindar dari tugas akhir sekolah. Jadi merasa santuy, iya kan?" Sindir Paul yang membuat Nabila cengengesan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Ah udah deh cape kalau gini. Mending kita cari jalan keluar" sahut Salma yang diangguki mereka bertiga.

"Ada yang bawa handphone?" Tanya Rony yang mendapat gelengan dari mereka.

"Ga bawa gue" jawab Paul.

"Mana ada yang inget bawa handphone ronnyy" sahut Salma kesal, namun dihiraukan Rony karna takut ikut tersulut emosi.

"Iya kak ga ada yang bawa hp" ucap Nabila.

Mereka berempat pun terdiam, mereka sama-sama memikirkan cara untuk pulang.

Rony memikirkan bagaimana nasib teman-temannya karna ia seorang ketua BEM.

Salma yang juga ketua BEM tetap santuy, hanya saja yang ada dipikirannya hanyalah bombat (kucing kesayangannya).

Paul juga sama seperti Salma, ia memikirkan ayam peliharaannya. Untuk urusan kampus ia hanya mahasiswa biasa, Paul malas ikut segala macam organisasi.

Dari mereka berempat, Nabila lah yang paling bontot. Nabila masih bersekolah di SMA dan sedang memikirkan tugas akhir yang begitu menumpuk.

Dan mereka juga memikirkan orang tua serta keluarga mereka yang pastinya khawatir jika sadar bila anaknya menghilang tiba-tiba.

Ketika mereka asik melamun dalam ke terdiaman ini, Salma melihat sesuatu yang memantulkan cahaya diujung sana.

"Itu apa guys!" Seru Salma sambil berjalan menuju sesuatu yang berkilau itu.

Mereka pun berjalan bersama Salma untuk melihat benda yang berkilau itu.

Semakin mereka mendekat semakin Kilauan itu meredup dan Salma memberanikan diri mengambil barang itu.

Semakin mereka mendekat semakin Kilauan itu meredup dan Salma memberanikan diri mengambil barang itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ah ini mah cuman kartus AS dari Remi kemarin" ucap Salma sambil menunjukan kepada teman-temannya.

"Tapi sal ada yang aneh" sahut Paul diangguki Nabila, sedangkan Rony sedari tadi meneliti benda itu.

"Sal coba sini kartunya kasih gue" titah Rony yang langsung dituruti sang empu.

"Kartunya aneh tau masa jadi hitam gitu. Padahal yang kemarin kita mainin itu putih kan?" Mendengar ucapan Nabila membuat mereka menganggukan kepala.

Tiba-tiba kartu itu mengeluarkan cahaya yang sangat menyilaukan bahkan Rony langsung melempar kartu itu.

Mereka berempat memejamkan mata karna tidak sanggup dengan cahaya itu dan tak lama dari itu mereka merasakan kepala yang amat sangat sakit.

Erangan demi erangan kesakitan keluar dari mulut mereka dan saling bersautan, mereka yang tidak sanggup menahan sakit dibagian kepala hanya bisa memejamkan mata sambil memegang kepala.

Cahaya itu terus bersinar bahkan makin bersinar dan memancarkan sinarnya yang semakin terang.

Bahkan mereka berempat sudah pingsan. Dan yang mereka tidak tau jika cahaya itu meledak dan menggemparkan dunia itu.

Setelah meledaknya cahaya itu akhirnya kembali redup dan kartu itu berubah menjadi putih bersih seperti yang mereka mainkan waktu itu.

















Haii! Buat yang cerita ini aku bikin sesuai imajinasi aku ya, jadi banyak fantasi dan mungkin makhluk mitologi. Jadi kalau ga sesuai ekspektasi mohon maaf!

kartu ASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang