Bab.10

286 26 2
                                    

Setelah berbincang lama dengan fairy yang ternyata memiliki nama yang indah, yaitu Lilian. Salma merasa Lilian itu lumayan asik dan gaul, padahal ia merupakan seorang peri yang hidup ribuan tahun lamanya.

"Jadi Lo ngapain disini? Bahkan bisa masuk ke dalam ruangan rahasia ini" tanya lilian yang duduk didepan Salma lebih tepatnya diatas meja. Dan tentu saja Salma duduk dikursi kayu itu.

"Nyari buku cover hitam yang ada gemboknya, Lo tau??" Jawab Salma yang diakhiri pertanyaan.

"Taulah, buku itu ada di ruangan pertama tadi!!" Ucap Lilian.

"Yang bener?" Tanya Salma.

"Iya, ada di  bagian depan dekat pintu. di rak bagian atas sebelah kanan, dekat dengan buku tentang peraturan kerajaan"  jelas Lilian yang diangguki mengerti.

"Oke gue ngerti, Makasih ya Lilian. Ternyata lo ga cuma gaul, tapi juga peka!" Seru Salma dengan tersenyum manis membuat Lilian ngeri melihatnya.

"Tapi menurut gue buku yang lo butuhin bukan itu, tapi buku legenda yang keberadaannya tidak diketahui" ucap Lilian.

"Kalau bukunya aja tidak diketahui kebenarannya, gimana caranya gue pulang" sahut Salma dengan mata berkaca-kaca.

"Ya mana gue tau" ucap Lilian sambil mengangkat bahunya acuh.

"Aaaaa gimana dong gue mau balik ke dunia gue" rengek Salma dengan sedikit berkaca-kaca.

"Lah kocak kenapa nangis anjirr!" Sahut Lilian.

"Huaaa jahat bangett, Lilian ga mau bantuu gueee" ucap Salma sambil berusaha mengeluarkan air mata.

"Ga cocok nangis Lo! Nanti gue pikirin caranya lah" ucap fairy itu kesal.

"Terus sekarang gue gimana??" Tanya Salma.

"Pikir sendiri"

"Lilian!"

"Ya balik sana, nanti temen Lo nyariin!" Titah Lilian yang membuat Salma memukul dahinya, pantes ia merasa seperti melupakan sesuatu.

"Oke deh, gue duluan ya Lilian" pamit Salma sambil bangkit dari duduknya.

Sebelum pergi ia meraih buku yang tadi ia bawa dan memegangnya dengan erat.

Setelah Salma menghilang dari penglihatan Lilian, ia berbicara pada dirinya.

"Kenapa aura gadis itu sangat kuat! Ah sepertinya tidak mungkin, dia pasti hanya manusia biasa yang tak sengaja terbawa ke tempat ini" ucapnya berusaha meyakinkan dirinya, namun ia tetap tidak yakin dengan ucapannya sendiri.

***

Salma yang sudah keluar dari ruangan itu kembali menaruh buku itu ketempat semula dan rak buku itu kembali ke semula menutup ruangan itu.

Salma berjalan santai menuju ke tempat dimana Nabila berada.

Namun dari kejauhan ia melihat ke anehan. Salma berpikir apakah Nabila punya gangguan kejiwaan karna bisa-bisanya ia malah sibuk berbicara dengan tikus putih yang lucu, sepertinya Salma punya mangsa baru untuk meremukkan nya.

"Ekhem, nab ngapain ngomong sendiri?" Tanya Salma membuat kedua objek itu merasa terkejut.

"Ah kak Salma ngagetin! Lagian siapa yang ngomong sendiri sih" sahut Nabila dengan wajah terkejut.

" Siapa dia Nabila?" Tanya cuwit.

"Dia itu kakak aku, cantik kan!" Ucap Nabila dengan bangga.

"Iya sih cantik, tapi ko serem"

"Hush jangan ngomong gitu, nanti kalau didenger bisa di remukin badan kamu!" Ucap Nabila membuat tikus itu begidik ngeri.

"Heh nab, ko ngomong sama tikus? Ga gila kan nab?" Tanya Salma yang sedikit merinding melihat Nabila sedari tadi berbicara pada tikus putih itu.

"Ih kakak masa ga bisa denger, tadi cuwit ngomong tau"

"Yang bisa dengar aku ngomong, cuma kamu Ara"

"Cuwit siapa?"

"Tikus inilah kak?"

"Lah namanya aneh cuwit"

"Soalnya dia kayak ayam berisik!"

"Enak aja aku disamain sama ayam"

"Kakak udah Nemu bukunya?" Tanya Nabila tanpa menghiraukan protes dari tikus putih yang sudah ia beri nama cuwit.

"Belum, tapi kakak tau dimana bukunya. Kita nunggu yang lain dulu."

"Oke kak"

Setelah menunggu cukup lama, Paul dan Rony menghampiri mereka. Dengan wajah Paul yang lesu dan wajah Rony yang datar.

"Ketemu sal?" Tanya Rony dijawab gelengan kepala.

"Gimana dong masa ga ketemu" ucap Paul lesu.

"Tenang Paul, ada gue. gue tau dimana buku itu" sahut Salma dengan sedikit menyombongkan dirinya.

"Ga usah jumawa sal" ucap Rony mengingatkan.

"Hehe sorry Ron" ucap Salma sambil tersenyum tak bersalah.

"Yaudah ayo ambil bukunya. Dimana bukunya ditaruh kak?"   Tanya Nabila.

Mereka berempat pun berjalan mengikuti Salma, tentu saja dengan Salma sebagai pemandunya.

"Nab itu yang dipegang tikus?" Tanya Paul yang baru saja menyadari bahwa selain mereka berempat ada tikus putih yang diam di telapak tangan Nabila.

"Iya paul, lucu kan" jawab Nabila menunjukkan tikus itu kepada Paul dengan mengangkat tikus itu.

"Lucu dari mananya sih, jijik tau nab!" Sahut Paul.

Mendengar ucapan Paul membuat cuwit kesal jadilah ia mengoceh, Nabila yang mendengar ocehan itu hanya tertawa kecil, sedangkan mereka bertiga hanya bisa mendengar suara tikus seperti pada umumnya.

"Si Nabila bener-bener harus di ruqyah sal" ucap Paul dan diangguki setuju oleh Salma.

"Wajib sih. Dari tadi dia begitu!" Sahut Salma.

"Udah, nanti ga beres-beres. Kita harus cari bukunya dulu" ucap Rony menengahi.

Akhirnya mereka sampai di rak buku tujuan mereka. Salma memperhatikan rak buku itu dan mencari buku sesuai dengan info dari Lilian.

"Ah ketemu" ucap Salma.

"Mana sal?" Tanya Paul.

"Itu ul, gimana cara ambilnya?"  Tanya Salma membuat mereka berpikir keras.

"Nab aku bisa bantu."

"Gimana caranya" tanya Nabila pelan agar kakak-kakaknya tidak menyadari dengan ucapan Nabila.

"Aku dorong bukunya, nanti kamu suruh kakak kamu tangkap. Oke?" Jelas cuwit diangguki mengerti oleh Nabila.

Cuwit turun dari tangan Nabila, lalu berjalan naik ke atas dan berusaha mendorong buku itu agar terjatuh, sedangkan mereka yang melihatnya sedikit kebingungan.

"Kak Rony tangkap ya bukunya" titah Nabila dan dengan sigap Rony menangkap buku yang cuwit  dorong itu.

"Anjirr tikusnya keren" ucap Paul bangga.

"Hebat banget nih cuwit" sahut Salma yang semakin gemas dengan tingkah tikus itu.

"Memang terbaik cuwit" ucap Nabila bangga.

Membuat cuwit menjadi salting sendiri, kemudian tikus itu berjalan turun dan kembali duduk di telapak tangan Nabila.

"Bukunya sudah dapat, waktunya bertemu kakek" ucap Rony diangguki mereka semua.

Namun saat mereka akan keluar dari ruang perpustakaan itu, mereka dihadang oleh banyaknya prajurit kerajaan.

Sepertinya mereka sudah menunggu Salma, Rony, Paul dan Nabila sejak tadi, buktinya ketika mereka keluar para prajurit dengan gerakan gesit menodongkan pedangnya ke arah mereka berempat.

"Kalian pasti penyusup! Cepat bawa mereka ke hadapan yang mulia raja" titah prajurit yang sepertinya pemimpin dari pasukan itu.

Mereka ber-empat pun dibawa oleh para prajurit itu, untuk menghadap sang Raja. Raja Negeri Aldmoor.

kartu ASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang